******************************
Hana tak percaya orang ini adalah satu diantara penulis favoritnya dan dia ternyata tak terlihat buruk di dunia nyata. Bahkan terlihat lebih baik daripada di foto. Dia terlihat classy, rapi karena tentu saja Axel yang memilihnya.
Tapi Hana harus ingat, ia melakukan ini sekedar untuk membuat Axel kesal. Membuatnya kesal? Yap, untuk membuatnya sadar bahwa dia tak bisa mempermainkannya terus dan lagipula ia bisa terbebas dari kesemenaan Axel sementara.
Baru bertemu saja mereka berdua sudah bicara dengan akrab. Mereka berdua selalu nyambung saat bicara. Hana malah berpikir ia mungkin kembarannya yang terpisah?
Tapi saat asik-asiknya mengobrol, bencana datang.
Ia lihat Axel datang dan sekarang duduk diantara mereka berdua, ia mengambil kursi dan duduk di sebelahnya berlagak seperti bos, memang bos.
Hana menegerutkan keningnya, "Ngapain kamu di sini?"
Axel sekarang menggunakan topi baseball dan kacamata hitam, jadi pria yang bernama Thomas ini tak mengenalnya.
"Observing."
Hana mengeruktan kening. "Observing apanya coba?"
"Umm, dia siapa? Kamu mengenalnya?" tanya Thomas bingung.
"Oh dia, dia..." Ia menatap Axel sejenak lalu ke Thomas. "Adik saya."
Alis Axel bertaut. "Adik?!"
Hana menginjak kakinya sambil tersenyum paksa pada Axel. "Owh!" Axel berkelit padanya.
"Adikmu? Hmm kenapa dia disini?" tanyanya lagi.
"Kenapa? Keberatan?" Axel langsung mengambil roti dari piring Thomas dan menggigitnya asal. "Silahkan lanjutkan obrolan boring kalian. Anggap saja aku tak ada di sini." Axel lalu bersender dan membelakangi kepalanya di bangku.
"Jadi sudah berapa banyak buku yang kamu tulis?" tanya Thomas pada Hana, menepati janji tak menganggap Axel ada.
"Hmm sejauh ini, saya menulis tujuh buku."
"Wow, saya harus membaca semuanya, pasti sangat menakjubkan seperti layaknya dirimu," pujinya.
Axel mendengus mendengar ini, corny!
Hana tertawa ringan. "Kamu mau baca? Aku bisa beri beberapa buku dari apartemen saya."
"Bisa aku baca buku tersebut sekarang?"
Axel tiba-tiba memukul meja, membuat keduanya tersentak. "Kau harus melalui banyak rintangan untuk bisa ke sana," ujarnya.
Thomas mengedik. "Saya tidak peduli."
"Kau tahu, orang yang keras kepala akan kena getahnya," balas Axel asal.
"Tapi menyerah dari awal tidak menunjukkan lelaki sejati bukan? Saya bukan tipe orang yang menyerah atas apa yang saya mulai."
Axel mengerutkan kening, sedangkan Hana terkekeh melihat perubahan ekspresi Axel.
"Mungkin kita bisa bertemu lagi lain waktu?" usul Thomas pada Hana.
"Dia sangat sibuk, bisa kau atasi itu?" sela Axel lagi.
Ia membenarkan kerahnya. "Saya orang sibuk pula. Tapi, orang sibuk adalah orang yang memprioritaskan apa yang ia pikir penting dan saya rasa saya mungkin sudah menemukan apa yang menurut saya lebih penting." Thomas menatap Hana dalam.
Hana tersenyum akan ini, sekali lagi Axel mengernyit.
"Kau sangat perhatian tidak seperti seseorang." Ia melirik Axel sebentar. "Mungkin, kita pergi lagi lain kali?"
KAMU SEDANG MEMBACA
[2] Dear Mr CEO | ✔
Ficção Geral*Sequel to 'Dear Mr Nerd'* Apakah Hana akan berpendirian teguh pada hatinya yang lama atau sekarang? Ketika ia perlahan mulai membuka pintu hatinya, dia kembali membuka luka dalamnya. NO PLAGIARISM! COPY! ATAU SEJENISNYA. Highest rank: #9 General Fi...