Dua

12.5K 1.2K 12
                                    

Dear Readers,

Sudah lama sekali ya sejak terakhir saya tidak update cerita ini. Karena sekarang akun Wattpad ini ulang tahun, saya akan update semua cerita. Hehehe...

Cerita ini mengalami perubahan dan perbaikan dari cerita awal yang pernah saya tulis dulu. Semoga Readers suka, yah.

Mohon bantuan vote dan comment, Please... It means a lot to me. 

Terima kasih banyak, Readers.

Honey Dee

***

Pelan-pelan, Lana menggerakkan ujung jarinya yang kaku, lalu pergelangan tangan, kemudian siku dan bahunya. Ia berusaha menarik tangannya ke depan. Lemas. Ia ingin sekali berbaring lama di tempat tidur empuk itu hingga rasa sakit yang dirasakannya pergi.

Apa masih ada waktu?

Ia harus segera melepaskan kegelapan yang melingkupinya agar bayangan ayahnya menghilang. Agar dia tidak perlu lagi menangisi kematian Dmitri tersayang.

Penutup kepala itu diikat dengan kencang di bagian leher. Ia memeriksa lagi simpul yang mengikatnya. Jari-jarinya masih lemas. Seperti jari boneka tali yang terkulai. Kepalanya makin terasa nyeri.

Hanya simpul mati biasa. Lana hanya perlu berkonsentrasi agar jemari lemasnya bisa menjepit tali kecil itu.

Simpul di lehernya terlepas.

Matanya memicing silau menerima cahaya terang saat penutup kepala apek itu terlepas. Kepalanya berdengung seperti dengung lampu neon. Ia menelan ludah dengan susah payah. Tenggorokannya kering.

Dia mengatur napas. Helaan demi helaan terasa segar. Udara di tempat ini bersih sangat berbeda dengan tempat yang mungkin menjadi sarang penculik rendahan. Lagi pula, kain yang digunakan untuk menutup kepalanya adalah beludru tebal. Tidak mungkin penculik sembarangan menggunakan kain semahal itu.

Apa yang melakukan ini adalah orang kaya? Maniak kaya raya yang suka menyiksa perempuan?

Lana mengerjap. Dia harus berbuat sesuatu. Jauh lebih mengerikan kalau ini perbuatan maniak kaya raya. Mereka tidak tersentuh hukum. Mereka akan melakukan apa saja untuk melindungi diri. Ini artinya, tidak akan ada yang bisa menolongnya.

Lana melihat pada tubuhnya sendiri. Ia memakai pakaian lengkap. Celana jin dan kaos tanpa lengan warna biru tua, pakaian yang dipakainya ketika pulang dari klub tempatnya bekerja. Ya, ia ingat benar. Jaket kulit sapinya terbaring lemas di sisi lain tempat tidur.

Ia baru membayangkan kemungkinan terburuk seseorang telah memperkosanya dan membawanya ke tempat ini untuk menjadi budak seks. Mungkin seorang klien yang terobsesi padanya tapi tidak bisa membelinya.

Pekerjaannya sebagai penari telanjang memang memberinya resiko menjadi korban kejahatan seksual. Memang selama ini tidak ada yang berani menyentuh penari-penari kelas atas Darling. Mika, Pemilik tempat itu, mengeluarkan uang yang sangat banyak untuk menjaga gadis-gadisnya. Mika adalah perempuan tua yang berbahaya. Ia percaya perempuan yang tidak tersentuh akan menghasilkan aura berbeda.

Lana mempelajari ruang tempatnya sekarang. Kamar sempit hampir tanpa perabot. Tidak ada hiasan sama sekali. Dinding dan lantai keramiknya berwarna putih bersih. Seprei baru yang ada di tempat tidurnya juga putih bersih. Ruangan ini lebih membosankan dari kamar perawatan rumah sakit. Bahkan jendelapun tidak ada. Hanya pintu kayu yang sama putihnya.

Sebuah napas panjang meluncur dari bibir keringnya. Berkali-kali dia menelan ludah untuk membasahi tenggorokannya yang perih. Tapi, sejenak kemudian dia tersenyum. Tidak semua buruk. Hatinya lega ketika melihat tas besarnya di atas meja di sudut lain kamar. Bukan dompet yang ia pikirkan, tapi buku yang menyimpan seluruh hidupnya. Jika ia masih hidup, buku itu harus terus bersamanya. Buku yang menceritakan kisahnya.

***

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
The Great Escape; Sweet Pea (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang