Lima Belas

4.8K 603 103
                                    

Pemandangan di depan mereka sangat ganjil

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pemandangan di depan mereka sangat ganjil. Ella duduk di tempat tidur dengan darah menyembur dari tenggorokannya. Tangannya berusaha menutupi luka. Matanya melotot ketakutan. Dia seperti tidak mengira kalau perbuatannya bisa mengakibatkan pendarahan sebanyak itu. Lana bergegas menutup luka dengan selimut, benda pertama yang dilihatnya di kamar itu. Zac terus berbicara untuk menenangkan gadis itu, membuat gadis itu terus sadar saat dia mengulurkan perban dari kotak P3K.

Percuma sudah terlalu banyak darah. Ella mencengkeram tangan Lana sebelum matanya terputar ke menghadap langit-langit. Gadis itu mengejang beberapa kali sebelum terkulai lemas.

"Dia mati?" kata Zac yang menekan pembuluh darah di leher gadis itu. Ia berusaha mencari tanda kehidupan. Tidak ada. Luka tusuk di leher Ella meninggalkan lubang gelap. Saluran pernapasannya sobek. Tidak ada yang bisa dilakukan untuk menolongnya.

Lana terkulai lemas. Satu nyawa lagi melayang. Bajingan-bajingan di balik kamera itu pasti tertawa sekarang. Mereka mendapatkan tontonan bagus. Tas berisi uang tadi adalah ramalan untuk kematian ini. Mereka tahu Ella akan melakukannya.

"Aku yang memberinya senjata untuk bunuh diri," keluh Lana terduduk di lantai. "Aku memberinya kesempatan untuk mati.

Zac duduk di sebelahnya, menggeleng. "Kita semua makan dengan garpu itu, Lana. Tidak ada yang bunuh diri."

"Seharusnya aku tahu dia akan melakukannya. Seharusnya aku melihat tanda-tandanya."

"Kau tidak bisa menyalahkan diri sendiri atas semua yang terjadi. Kau bukan Tuhan, Lana." Zac menarik kepala Lana ke bahunya. "Lagipula... ini sudah terjadi. Menyalahkan dirimu tidak akan membuat Ella bangun lagi."

"Sampai kapan ini berakhir?" lirih Lana pada Zac.

Laki-laki itu diam saja, memandangi jasad baru di depannya. Sebenarnya, dia berharap Lana diam saja. Semua kata yang terucap pada saat seperti ini membuat kondisi menjadi makin buruk. Namun, tanpa suara Lana, tempat ini tidak berbeda dengan kuburan.

"Mereka mengumpulkan monster di tempat ini. Mereka hanya menunggu kita mati." Lana membersit ingus dan menyapus air matanya.

"Siapa monsternya?"

"Kita." Lana melihat padanya. "Mereka tidak melakukan apa pun, Zac. Mereka tidak menyakiti kita. Mereka tidak mengadu domba. Kita saling membunuh atas keinginan sendiri. Ada yang salah dengan kita. Ada kemarahan dalam diri kita. Kemarahan itu yang membuat kita brutal."

Zac duduk di sebelahnya, merangkul bahunya, tanpa mengatakan apa pun.

"Lihat dia! Dia datang dengan kemarahan. Dia menyalahkan ibunya. Dia terus-menerus menyerang ibunya. Setelah kematian tidak sengaja ibunya, dia baru merasa kehilangan. Dia... anak itu... masih terlalu kecil untuk menyimpan dendam pada Silvia. Lalu, lihat kita! Kau hampir membunuh All. Aku sangat ingin membunuhnya." Lana bernapas cepat dan pendek.

The Great Escape; Sweet Pea (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang