Dua Puluh Satu

5.3K 569 243
                                    

Satu hal penting yang Lana pelajari dari A; laki-laki itu tidak suka kekalahan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Satu hal penting yang Lana pelajari dari A; laki-laki itu tidak suka kekalahan. Dia begitu terobsesi untuk mendapatkan semuabyang diinginkannya, tidak peduli cara yang dutempuh. A bisa sanhat sabar dan tekun menjalani langkah demi langkah untuk mendapatkan keinginannya. Ia juga bisa jadi sangat pemarah dan tidak sabar. Perubahan perasaan yang sangat drastis ini membuat Lana sering merasa muak padanya. Tidak jarang Lana mendapatkan pukulan di luar seks mereka.

'Aku tidak akan bisa menyerahkan diri pada laki-laki labil seperti ini. Dia bisa membuangku kapan saja dia berpikir tidak lagi menginginkanku,' putus Lana saat A memintanya menjadi miliknya, hanya miliknya. Terlalu banyak rencana yang ingin dilakukannya. Keterikatan dengan satu orang akan membuat hidupnya terbebani.

Muda dan bebas, itu yang diinginkan Lana. Saat gadis lain memilih menjadi simpanan lelaki kaya, Lana lebih memilih sendiri. Laki-laki, walau tanpa status hubungan, selalu mengikat gadisnya dengan kecemburuan. Aaron bukan termasuk lelaki yang bisa diajak bermain-main dengan kecemburuan. Lana tidak ingin membuat masalah dengannya.

"Kurasa, kau tidak bisa memiliki bintang, Darling. Bintang bukan hanya untukmu sendiri," ucapnya lembut dengan nada menggoda, seperti saat ia menenangkan lelaki lain yang ingin memilikinya.

Penolakan ini membakar jiwa A. "Tapi kau bukan bintang, Sweet Pea. Kau pelacur."

Ada rasa sakit yang biasa di dalam dada Lana. "Tentu saja. Karena itulah aku tidak bisa kau miliki, aku milik umum," ucap Lana menampik semua rayuan yang akan dilontarkan lelaki itu.

Pelecehan dan kata-kata menyakitkan sudah menjadi sarapannya. Lana tidak mau repot sakit hati. Dia punya kebebasan, satu hal yang tidak akan dimiliki gadis dalam ikatan. Dia punya impian sendiri dan A sama sekali tidak ada di dalam daftar impiannya. Namun, laki-laki itu tidak bisa melepasnya begitu saja. Dia tetap datang walau Darling sudah menaikkan harga Lana.

"Berapa pun hargamu, Sweet pea. Berapa pun."

Lana hanya tersenyum sopan. Di dalam hati, dia sangat suka diperjuangkan. Dia senang melihat A melampiaskan kekecewaan di ranjang. Jika ia melihat A tidak bersemangat, sebuah tamparan akan membangkitkan emosi laki-laki itu. Permainan yang menyenangkan. Sangat mudah mengendalikan lelaki itu sesuai keinginannya, hal yang membuat Lana mudah bosan.

"Bagaimana kalau kau hamil? Aku ingin melihatmu memiliki anakku," kata A suatu malam saat mengikat kedua tangan Lana di St. Andrew's cross.

Lana tertawa. "Aku tidak habis pikir mau sampai kapan kau mengecewakan diri sendiri, Love." Lana membelai dada lelaki itu dengan jempol kakinya. "Ovumku tidak ingin bertemu dengan spermamu."

Lalu, pukulan bertubi-tubi mendarat di perutnya. Lana memejamkan mata, menggigit ball gag di mulutnya, membayangkan Siberia bertahun-tahun lalu, saat Dmitri menerima pukulan dari ayahnya. Dia yang tidak bisa apa-apa hanya menangis dan terus menangis.

'Seharusnya aku yang dipukul. Seharusnya aku yang merasakannya. Seperti inikah rasanya, Sayang? Seperti inikah rasa sakit yang membuatmu kehilangan nyawa?'

The Great Escape; Sweet Pea (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang