Delapan Belas

4.2K 577 101
                                    

"Tutup mulut dan matilah!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Tutup mulut dan matilah!"

Lana mencekik Irina di bawahnya. Wajah gadis itu sudah pucat. Kakinya menendang-nendang liar. Tangannya mencakari tubuh Lana. Percuma, Lana sudah terbiasa dengan rasa sakit. Kuku-kuku Irina tidak menggetarkan cengkeramannya.

Lana menunggu. Dia terus mengeratkan cengkeraman pada leher adiknya dan terus berhitung, berharap Irina cepat lemas.

'Apa aku salah menekan pembuluh darahnya? Kenapa lama sekali?' batin Lana kesal. Dia mengingat cara mencekik yang telah diajarkan A. Seharusnya penekanan di pembuluh besar samping leher ini cepat mematikan. Ibu jarinya pada jalur pernapasan juga sudah sangat kuat. Kenapa Irina masih bisa meronta sampai dua puluh hitungan?

Irina tidak selemah penampilannya. Gadis itu seperti robot yang memiliki baterai dan nyawa cadangan. Kekuatan Lana sama sekali tidak membuatnya berhenti melawan. Hingga sampai pada hitungan keempat puluh lima, Irina lemas. Dia melepaskan kuku yang menancap pada tangan Lana. Kakinya berhenti menendang. Bola matanya terputar ke atas, lalu menuup perlahan. Ah, pas sekali. Tenaga Lana juga sudah nyaris habis menekan tubuh adiknya terus. 

Saat irina sudah benar-benar tidak bergerak, Lana mengendurkan cekikannya. Saat itulah dia merasakan nyeri luar biasa pada lengan kirinya. Irina menancapkan pisau ke lengannya. Lana mundur, terkejut melihat Irina melompat berdiri. Dia tidak percaya ada gadis sekuat itu. Seharusnya gadis itu sudah lemas. Tidak mungkin gadis kurus itu bisa berdiri lagi dan tersenyum. Lehernya saja sudah merah. Wajahnya sudah membiru.

"Kau tidak tahu apa yang kupelajari selama kau pergi, Lana." Suaranya serak dan kering. Seharusnya memang dia merasa sangat tersiksa dengan cekikan itu. Dia terbatuk sebentar, lalu kembali tersenyum penuh kemenangan. Dia memindahkan pisau dari tangan kiri ke tangan kanan dengan gaya seperti pelempar pisau profesional di sirkus.

"Kau setan. Kau bekerja sama dengan setan," gerutu Lana sambil memegangi lengannya.

Senyum Irina makin lebar. "Tidak, Sistra. Setan tidak bisa mengajarkanku selamat dari kematian. Kau ingat bagaimana Sergei dari sirkus Stumopov selamat dari berbagai aksi berbahaya? Aku belajar dari dia. Jangan khawatir, aku masih punya banyak sekali trik. Semua ajarannya membuatku hidup sampai hari ini."

Lana berusaha mengingat Sergei Stumopov. Laki-laki gemuk pendek yang sangat lincah. Kelincahan dan keseimbangan yang seharusnya tidak mungkin dimiliki dengan postur tubuh seperti itu. Sergei seperti membantah kemustahilan. Bertahun-tahun Kana begitu mengidolakannya. Sergei seperti memberikan kekuatan dalam impian Lana kecil untuk keluar dari hidupnya yang mengerikan. Mendengar Irina belajar dari idola yang dipujanya, hati Lana terasa sakit. Kenapa Irina selalu berusaha mendapatkan semua yang disukainya?

Lengan kiri Lana terasa panas. Darah mengalir hingga ke jarinya. Biasanya, dia menyukai luka. Dia senang melihat kukit pucatnya merah dan berdarah. Kali ini, rasa luka itu mengerikan, perpaduan antara panas dan kemarahan. Lana ingin menjerit hingga paru-parunya pecah.

The Great Escape; Sweet Pea (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang