Satu

19.5K 1.3K 48
                                    

Svetlana Orlov tersadar dengan rasa sakit di seluruh tubuhnya. Terutama kepala yang berdenyut keras membuatnya mual.

Ia hampir tidak bisa merasakan tangannya. Kedua tangan itu seperti dipuntir ke belakang dan tertahan pada sesuatu. Gagal. Ia tidak mampu menggerakkan ke dua tangan itu sama sekali. Semakin ia mencoba, semakin perih pergelangan tangannya tergores tali.

Pelan-pelan, gadis itu membuka mata. Ia berpikir mendapatkan cahaya terang benderang khas rumah sakit. Namun, yang menyambutnya adalah kegelapan. Ternyata yang dilihatnya adalah kain penutup hitam legam yang terlalu tebal untuk dilalui cahaya. Ujung kain itu terikat di leher dengan erat membuat udara tidak bisa masuk ke paru-parunya dengan bebas.

Ia mulai mengeluh panik. Namun, akhirnya sadar bahwa itu bukan hal yang cerdas. Bisa jadi seseorang yang melakukan ini memang menunggunya bangun, tapi siapa? Siapa yang melakukan ini? Kepalanya yang berdenyut gagal berpikir. Ia terlalu sakit untuk berpikir.

Mulut Lana membuka untuk mengambil napas. Bau seperti bau kaos kaki basah penutup kepala itu membuatnya mual, apek dan pengap. Lana berkonsentrasi agar bisa mengambil napas dengan baik untuk menenangkan diri agar dapat mempertajam indera. Dalam keadaan panik, ia tidak akan bisa memaksimalkan kerja otak. Lana tahu itu.

Ia berusaha mencerna bagaimana kondisinya sendiri saat ini. Ia terikat di atas tempat tidur empuk dengan tangan terikat dengan kuat di belakang dan wajah tertutup kain tebal berwarna hitam yang berbau apek. Tidak ada sumpalan di mulutnya. Ia bisa mendengarkan suaranya sendiri.

Napasnya berangsur stabil dengan ketenangan yang baik. Walau ia bisa merasakan bau apek kain tebal itu menyeruak masuk ke tenggorokannya, tapi dia bisa bertahan.

Ia sudah berlatih bertahun-tahun menghadapi keadaan serupa ini. Di besarkan oleh seorang ayah yang gemar melakukan kekerasan kepada anak-anaknya membuat Lana memiliki kemampuan beradaptasi dengan cepat dalam kondisi ini. Ayah pemabuknya sering mengikat dan menyekapnya di mana saja. Jelas ia sudah lama mati jika tidak memiliki kemampuan untuk melepaskan diri. Kemampuan istimewa yang membuatnya tetap hidup.

Nama-nama simpul bukan hal yang penting baginya. Ia bukan pramuka atau pelaut. Yang ia tahu adalah bagaimana cara melepas simpul yang mengikatnya. Ia memiliki sendi yang lentur dan terlatih di pergelangan tangannya. Buku-buku jarinya bisa melakukan hal-hal yang tidak bisa dilakukan orang kebanyakan, berputar seratus delapan puluh derajat misalnya.

Setiap simpul, serumit apapun, memiliki kelemahan. Selama simpul itu dibuat oleh manusia, Lana percaya pasti ada titik lemah yang bisa ia uraikan terlebih dahulu. Tidak ada yang bisa mengikatnya. Borgol dan gembok sekalipun.

Tali tambang plastik yang mengikatnya sangat kencang. Ia bisa merasakan kulitnya tergores saat berusaha menggoyangkan tangan. Ia sudah tahu simpul apa yang dihadapinya. Tali yang melilit masing-masing tangannya diikat beberapa kali dengan simpul mati sebelum kemudian menjalin menjadi satu di tengah. Rumit. Seseorang yang sangat berpengalaman dengan tali-temali yang melakukannya.

Sebentar lagi ia akan menguraikannya seperti bertahun-tahun lalu. Sebentar lagi ia kan bisa melepaskan semua tali yang mengikatnya seperti bertahun-tahun lalu.

Suara-suara tangisan mengisi ruang di kepalanya.

Lana memejamkan mata. Hantu-hantu kenangan masa kecil kembali bermain di benaknya. Bayangan kegelapan yang berusaha diusirnya selama bertahun-tahun. Kali ini ia tidak mengusir suara-suara itu. Ia membiarkan suara-suara itu mengisi seluruh ruang di kepalanya agar bisa memacu tangannya untuk mencari jalan keluar dari ikatan yang kejam.

Ia membiarkan bayangan suram ayahnya yang berdiri memegang gesper ikat pinggang hadir di dalam kegelapannya sekarang.

Air matanya menetes.

The Great Escape; Sweet Pea (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang