Dua belas

5K 638 38
                                    

Lana dan Silvia bertukar kertas yang mereka coret-coret dengan bolpen

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lana dan Silvia bertukar kertas yang mereka coret-coret dengan bolpen. Mereka tidak mengeluarkan suara sama sekali. Saat menulis pun mereka menutup kertas seolah khawatir ada orang yang mencontek tulisan mereka. Senyum yang mengembang di bibir mereka membuat teman-teman mereka penasaran. Siapa yang tidak? Mereka membicarakan soal jalan keluar tanpa berunding dengan yang lain. Sebagian dari teman mereka berpikir mungkin saja mereka membuat perkiraan yang salah atau mungkin saja mereka membuat kesalahan fatal.

"Kalian membuat laki-laki jadi tidak berharga," keluh All tidak berusaha menutupi kekesalannya. "Ayolah, kalian belum tentu melakukannya dengan benar."

"Aku akan memberitahukan kepadamu nanti, Sayang," ucap Silvia dengan lembut sambil menepuk pipi All. "Kami harus menyelesaikan semua ini dulu."

"Bagaimana kita tahu ukuran rumah ini dengan benar?" Lana mendongak dari kertasnya.

Pertanyaan yang membuat All tersenyum senang. Lana tidak sepandai yang ia kira.

"Tidak tahu? Jumlahkan saja petak lantainya."

Silvia tersenyum dan mencium All dengan gemas. "Kalau begitu kalian berdua akan melakukannyan untuk kami." Dia menunjuk All dan Mike.

"Aku?" tanya Mike tidak percaya. "Kenapa aku?"

"Kalau kamu mau membusuk di sini sih tidak masalah. Lupakan saja." Silvia tidak menoleh, terus mengerjakan denah rumah. Dia menggambar garis dengan bagian pinggir kertas sebagai penggaris. Cukup rapi untuk mahasiswa yang merasa salah masuk universitas.

Mike menelan ludah. Sebenarnya dia tidak yakin dengan yang dilakukan Lana dan Silvia. Apa memangnya yang dipikirkan penari erotis dan anak mahasiswa? Namun, dia menyimpan gerutuan itu di dalam hati. Toh dia sendiri tidak punya solusi untuk kondisi mereka. Paling tidak ada yang berusaha melakukan sesuatu di sini.

Lana meninggalkan Silvia. Dia meraba permukaan dinding rumah untuk melihat kemungkinan adanya celah untuk menyimpan sesuatu. Ia berharap pendiri rumah ini melakukan kesalahan seperti meninggalkan lubang paku atau sesuatu yang membuat dinding berlapis logam itu terlihat lemah. Nihil. Dinding rumah itu kokoh dan dingin.

"Dingin? Apa ini malam? Apa karena musim dingin? Apa ini berarti kami masih berada di negara empat musim? Kami masih berada di Amerika?" Lana mencoba mencari kemungkinan mereka tidur terlalu lama sampai melewatkan musim dingin. Tidak mungkin. Mereka pasti sudah dalam keadaan lemas dan memerlukan tambahan cairan makanan. Saat bangun, dia memang lemas, tapi tidak parah. Dia hanya merasa kurang cairan dan kering. Efek ini juga bisa didapat dari efek samping bius.

"Bagaimana jika kami diterbangkan ke tempat lain? Ke tengah hutan Amerika? Tengah gunung? Bunker bawah tanah? Ada banyak tempat di Amerika yang jauh dari pemukiman penduduk. Jika memang begitu, setelah keluar dari tempat ini kami butuh sesuatu untuk bertahan hidup sampai bertemu dengan pemukiman warga," batin Lana lagi.

The Great Escape; Sweet Pea (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang