Empat Belas

4.6K 573 65
                                    

Lana menutup pintu kaca di boks kamar mandi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lana menutup pintu kaca di boks kamar mandi. Dia menarik napas dalam-dalam sebelum menyalakan pancuran air hangat. Kepalanya benar-benar nyeri. Ada dengung memekakkan telinga yang membuatnya sangat ingin menjerit. Kelebat peristiwa yang terjadi dalam beberapa jam terakhir menekannya. Semua seperti misteri yang saling tumpang tindih.

Dmitri pernah mengatakannya, lelaki itu juga pernah mengatakan hal yang sama, Svetlana Orlov adalah gadis yang selalu penasaran.

"Suatu hari, rasa penasaran itu akan membunuhmu, Cantik. Hentikan saja. Tidak semua pertanyaan harus ada jawabannya," kata lelaki itu setelah mereka bercinta. "Banyak orang berpikir tahu lebih sedikit berarti lebih aman."

"Tidak," jawab Lana cepat. "Lebih baik aku tahu siapa yang membunuhku daripada tiba-tiba mati tanpa tahu yang terjadi."

Lelaki itu tertawa, renyah. Dia menyibakkan rambut pirang ikalnya yang selalu beraroma busa pencukur jenggot. "Itulah yang membuatmu berbeda dengan gadis lain." Dia memegang wajah Lana dengan dua tangan. Mata birunya menggelap, seiring perubahan ekspresinya yang menjadi keras. "Aku memperingatkanmu, Babe. Berhenti menjadi detektif. Ini demi kebaikanmu."

Itu kalimat terakhir sebelum lelaki itu melanjutkan percintaan mereka, sebuah percintaan tidak biasa yang mengerikan. Lana menikmatinya. Rasanya, dia kembali ke saat bertahun-tahun lalu, saat ia melihat Dmitri berbaring dengan mata terbuka di lantai dingin di Siberia.

"Hei, Lana!" panggil suara perempuan di luar. Silvia?

"Ya?" jawab Lana dengab suara keras, berharap cukup keras untuk mengimbangi suara pancuran airnya.

"Kami akan ke kamar lagi. Kau sendirian di sini," kata Silvia dengan suara keras lagi.

"Ya, tidak masalah. Aku hanya sebentar," jawab Lana lagi. Padahal, dia tidak ingin sebentar. Dia ingin selamanya ada di bawah pancuran air hangat ini. Sekalipun mereka berkata mandi air panas yang terlalu lama bisa menyebabkan vertigo dan kerusakan kulit, dia tetap akan melakukannya. Hanya kehangatan ini yang membuatnya merasa lebih baik.

Ia hanya duduk diam di lantai pancuran, membiarkan air hangat membasahi tubuhnya. Perban di tangannya basah, tapi tidak meninggalkan bekas nyeri. Ia melepas pelan-pelan perban itu. Lukanya belum menutup, tapi tidak mengeluarkan darah lagi. Dia menekan luka itu, mencari rasa sakit yang mungkin masih tersisa. Tidak ada. Luka itu sudah hampir sembuh. Sudah berapa hari mereka di sini? Kenapa luka bisa sembuh secepat ini? Apa sebenarnya mereka sudah lama di dalam rumah ini?

Ah, manusia tanpa waktu tidak akan punya takaran untuk hidup. Seharusnya di menyembunyikan sesuatu yang bisa dipakai untuk mengukur waktu.

Ia teringat kamera di sekeliling rumah. Ia menatap pasrah ke bagian atas kamar mandi berharap tidak ada kamera yang mengintipnya. Mustahil. Mereka menonton. Mereka menikmati semua yang terjadi di rumah ini.

Mereka? Benarkah ada banyak orang yang terlibat semua ini?

"FUCK YOU!"

Lana menjerit pasrah. Mengerikan rasanya berada dalam ketidakberdayaan dan sadar kalau ada orang yang menikmati keadaan itu. Lana menutup kepalanya dengan tangan. Sudah lama dia tidak merasakan tekanan seperti ini. Sesuatu di dalam kepalanya menggali lagi kenangan bertahun-tahun silam, saat ia sangat ingin pergi dari Siberia.

The Great Escape; Sweet Pea (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang