Lima

10.1K 979 20
                                    

Hai... Hai...

Saya update lagi.

Maaf ya lama banget. Saya kehilangan sinyal sekaligus sedang mengerjakan proyek baru untuk mengikuti sayembara menulis. Doakan saya, ya.

Kalau kalian suka dengan cerita ini, bantu saya share ceritanya, ya. Terima kasih banyak. Saya sangat menghargai kebaikan hati kalian, My Beloved Readers.

With thousands love,

Honey Dee

***

Lantai bawah kosong. Apapun bayangan lana tentang markas penculik langsung hilang ketika melihat lantai bawah bangunan itu.

Ruangan luas tanpa sekat itu juga putih tanpa ornamen, hiasan atau gorden. Hanya ada perabotan dapur yang serba keperakan, satu set meja makan logam dan kaca yang berkilau dan sofa putih di bagian lain ruangan yang mirip dengan ruang santai.

Zac dan All berhambur menuju arah yang berbeda. Mereka menyentuh dinding putih polos di hadapan mereka satu persatu. Laki-laki berkulit pucat hanya berdiri ketakutan bersama para perempuan.

Mata Lana menyusuri setiap detail ruangan.

Zac kembali pada kerumunan dengan wajah ngeri. "Tidak ada pintu atau jendela."

"Aku juga tidak melihat pintu atau jendela di dapur." All terlihat kebingungan. Dia memegangi kepalanya seperti orang yang kehilangan sesuatu. Tidak ada lagi tampang nakal dan mulut berbisa yang tadi diperlihatkannya.

Lana menutup mulut dengan telapak tangan. Ketakutan menghujam dadanya dengan cepat. Rasnaya nyeri. Lana ingin berpegang pada sesuatu. Ia ingin menjerit, sama dengan orang-orang lain di ruangan itu.

Perempuan berkulit hitam menangis tersedu. "Ella," rintihnya memanggil gadis remaja berkulit cokelat terang. "Bagaimana ini?"

"Kenapa bertanya padaku, Mom?" Gadis yang dipanggi Ella itu melihatnya dengan gusar. Matanya berair. Tapi wajahnya mengeras.

Lana menatap dua orang perempuan itu. Dia tidak menyangka mereka adalah ibu dan anak. Sejak awal mereka tidak saling bertegyur sapa. Mereka seperti orang yang tidak saling kenal. Lana mencoba menatap mereka pelan-pelan, mempelajari kemiripan yang mungkin ada. Beberapa anggota tubuh mereka memang mirip, seperti hidung dan bibir. Tapi, itu bukan identitas yang menjadikan mereka ibu dan anak.

"Hey, lihat!" Gadis latin melambaikan sebuah kertas yang mirip amplop. Dia membuka kertas amplop dengan hati-hati.

Lana menghampirinya dengan segera. Ia berdiri di belakang gadis itu untuk melihat apa yang ada di amplopnya. Sisa penghuni lain berdiri di depan mereka.

Surat itu dari kertas yang tebal dan mewah. Ada garis berlekuk di bagian pinggir kertas suratnya dan di bagian atas ada simbol sebuah perkumpulan yang terlihat seperti sebuah tengkorak dengan lilin di atas nya dan dua belati yang saling menumpuk di bagian bawahnya. Di bagian tengah kertas dan amplop juga diembos dengan logo yang sama.

"Yang terhormat peserta The 8th Looser," ucap Gadis itu dengan suara berdialek latin yang seksi. Ia memandang sekeliling yang penasaran menunggu kelanjutan surat itu.

Gadis itu lalu menelan ludah dan melanjutkan, "Saat kalian membaca surat ini, berarti kalian sudah mampu melewati tahap awal permainan ini. Apapun yang kalian lakukan untuk terbebas dari tahap awal tersebut merupakan pencapaian yang luar biasa. Kami harus mengucapkan selamat kepada kalian." Gadis itu melihat kepada Lana. Tatapannya seperti berterima kasih.

The Great Escape; Sweet Pea (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang