Apa cara terbaik untuk menghadapi masa lalu?
SETELAH tujuh tahun menetap di Santa Monica, Aries memutuskan untuk pulang ke Bandung.
Pada hari terakhirnya bekerja di Farmshop, Aries menyalurkan kemampuan terbaiknya ke dalam hidangan yang hendak dikirim ke meja-meja pengunjung. Beberapa pelanggan yang selama dua tahun lebih mengikuti perkembangan Aries bahkan sengaja memesan kursi-kursi di dekat dapur. Sang pemilik sekaligus head chef Farmshop, Jeff Cerciello, pun membiarkan asisten chef favoritnya melayani hingga ke pesanan yang terakhir.
Aries sempat ragu dengan keputusannya. Selepas menyelesaikan studi di Arts Institute of California-Los Angeles, dia bekerja sebagai asisten dapur di salah satu hotel bintang tiga dan berhasil jadi chef pastry satu tahun kemudian. Dalam satu jamuan makan malam, Aries bertemu dengan Jeff yang menawarkan posisi menjanjikan di restoran yang akan dia kelola.
Restoran itu, Farmshop, adalah rumah keduanya selama hampir tiga tahun. Di tengah ruangan semi-industrial yang didominasi warna putih, Aries meniti karier sekaligus memperbaiki taraf hidupnya. Jika sebelumnya dia harus puas tinggal di flat sempit bersama seorang bartender, maka sejak bekerja di Farmshop, dia bisa menyewa apartemen sendiri. Aries punya rekan kerja yang lambat-laun menjadi teman-teman terbaik yang tidak dia dapatkan di bangku kuliah.
Aries mengatupkan rahangnya. Jika bukan karena surel dari notaris ibunya.... Notaris yang selama ini memegang dokumen-dokumen penting yang dititipkan Bulan untuknya, termasuk rumah yang berlokasi di Dago, Bandung.
*
Aries, seorang kerabat Bulan menanyakan perihal rumah itu. Saya tahu kamu adalah pemilik sahnya dan Bulan sudah meminta saya untuk menjaganya demi kamu. Namun, sepertinya, pihak keluarga Bulan mulai bergerak dan mencari cara demi mendapatkan rumah tersebut.
Jika ada waktu, pulanglah sebentar ke Bandung. Keberadaanmu mungkin akan sedikit atau bahkan bisa memukul mundur mereka.
"'Ries!" Seorang pria tinggi berambut pirang kecokelatan masuk ke ruang ganti dengan sebotol wine. Di belakangnya, tiga pria lain mengekor sambil membawa gelas. "Party?"
"Bukannya kita mau ke Hooters?" Aries menaruh ponselnya di saku jaket, lalu menerima gelas dari Seb-butcher di Farmshop. "Lalu, itu wine dari market, kan?"
"Ssh, Captain, menyelundupkan wine mahal bukan perkara mudah." Daniel, yang bertugas sebagai chef pastry, merangkul pundak Aries dan mengisyaratkan Zack, sang baker, membuka botol wine. "Kamu seharusnya berterima kasih sama asisten kesayangan kita. Tanpa Deneb, wine ini tidak bisa kita nikmati sekarang."
Pria yang disebut-Deneb-menyunggingkan senyum seraya mengangkat gelasnya.
"Oke, mendekat semuanya." Zack menghela napas dan mengangkat botol wine ke hadapan Aries. "Malam ini kita akan melepas Aries Himadri, asisten chef Farmshop, yang sudah mengabdi selama hampir tiga tahun. Sebagai bentuk perpisahan, aku akan menuangkan gelas pertama untuk Aries.
"Hal ini juga menjadi tanda kalau aku akan segera menggantikan posisi Aries."
"Juga menyadarkan Chef Jeff kalau kemampuanku di bidang pastry sebenarnya lebih baik dari Aries," Daniel melanjutkan.
"Dan mengembalikan pelanggan yang lebih memilih saran Aries daripada saranku untuk memotong daging," imbuh Seb.
"Berengsek kalian," gumam Aries. Sementara itu, Deneb hanya menyaksikan para seniornya di ambang pintu.
Zack mengambil jeda dan melanjutkan, "Pergi yang jauh, Aries. Jangan pernah kembali lagi ke Farmshop."
Mereka berempat saling bertukar pandang, lalu dalam satu hitungan, mengejutkan Deneb lewat ledakan tawa yang membahana di ruang ganti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nights with Aries
RomanceAries menyodorkan empat pak pembalut kepada kasir. "Buat istrinya, ya, Mas?" "Iya." Aries punya kehidupan normal dari pukul enam pagi sampai enam sore. Di luar jam itu, ada kisah-kisah tak terduga menantinya setiap malam. *** © 2016 Erlin Natawiria