Kapan menikah?
MEMASUKI usia 30 tahun, jumlah undangan pernikahan yang diterima Aries menyurut dan digantikan foto-foto bayi atau anak berseragam sekolah yang dipasang teman-temannya sebagai display picture di media sosial atau aplikasi chatting. Dia sudah kebal melihatnya. Lagi pula selama empat tahun terakhir, Aries absen mendatangi pesta pernikahan karena sebagian besar temannya menetap di California.
Sementara di Indonesia... sepertinya jumlah sendok di atas meja makan lebih banyak daripada daftar teman yang Aries kenal di Bandung.
Lain cerita dengan Winona.
"Bawa jaketmu, please." Winona keluar dari kamar tamu sambil merapikan lipitan gaun lengan pendeknya. "Kondangan malam-malam bisa bikin aku masuk angin."
Aries menahan napas kala mengamati Winona mengikat rambutnya ke atas dan membentuknya jadi cepol kecil. "Kardiganmu ke mana?"
"Lagi masuk penatu. Ayo, ayo." Winona menyambar sepasang wedges yang hanya dipakai untuk acara-acara formal. "Kalau aku sampai enggak kelihatan, Nindya bakal kasih banyak tugas aneh begitu dia selesai bulan madu."
*
Nindya, pemimpin redaksi YummyFood, melepas masa lajangnya di usia yang ke-33 tahun. Mulanya Aries hanya mengetahui sosok tersebut dari keluhan pekerjaan yang sering Winona ceritakan. Namun berkat kiriman pai apel beruntun selama beberapa bulan, Aries mulai mengenal kepribadian Nindya dan memahami alasan Winona menyegani sosok tersebut.
Sesampainya di salah satu hotel berbintang di kawasan Dago Atas, Winona langsung menyeret Aries ke area taman yang disulap menjadi tempat garden party sang pemimpin redaksi. Mereka sengaja datang sekitar satu jam setelah acara dimulai demi menghindari antrean menuju pelaminan yang biasanya mengular.
"Duh, salah lagu," gerutu Winona saat mereka menapaki karpet merah yang mengantar ke singgasana pasangan pengantin. "Apa Nindya enggak analisis lirik lagunya sebelum dimasukkan ke wedding playlist?"
Aries menajamkan pendengarannya. Dua orang vokalis laki-laki dan perempuan sedang berduet menyanyikan sebuah lagu; diiringi band yang berhasil membangun suasana romantis di tempat tersebut. Aries tidak mengenali lagu yang mereka dendangkan dan yang bisa dia tangkap hanya marry you.
"Oh, kamu enggak tahu ya ini lagu siapa?" bisik Winona. Tinggal lima pasangan lagi sebelum mereka bertemu Nindya dan suaminya. "Marry You, Bruno Mars. Satu hal yang menurutku jadi masalah adalah penggalan lirik di bagian awalnya."
"Tahan." Aries menepuk punggung tangan Winona begitu mereka berhadapan dengan kedua mempelai. Nindya, dalam balutan brokat peach dan hiasan bunga-bunga kecil yang menghiasi kepangan rambutnya, menyambut dengan binar kebahagiaan yang terpancar kuat dari wajahnya. Winona sampai dibuat terkejut karena sang atasan yang biasanya judes tiba-tiba memberinya pelukan erat.
"Halo, Tuan Pai Apel." Nindya menggenggam salah satu tangan Aries. "Terima kasih sudah datang. Sayang kamu enggak bisa isi bagian dessert di acara ini. Tapi aku masih menunggu in case kamu tertarik dengan tawaranku tempo hari. Tentang bisnis makanan itu."
"Itu," Aries mengerling ke arah Winona yang sudah menunggunya di ujung tangga, "akan aku pertimbangkan lagi."
Setelah menyalami suami Nindya dan orangtua mempelai, Aries lekas menghampiri Winona yang kini menatapnya dengan sorot mata horor. "Masih sempet ya bikin kesepakatan di atas pelaminan?"
"Coba lanjutkan analisismu tentang lagu Mars Mars tadi," Aries dengan cepat mengubah topik dan membawa Winona ke stan makanan. Sebenarnya dia tidak terlalu lapar, tapi makanan dapat membantu suasana hati kekasihnya membaik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nights with Aries
RomanceAries menyodorkan empat pak pembalut kepada kasir. "Buat istrinya, ya, Mas?" "Iya." Aries punya kehidupan normal dari pukul enam pagi sampai enam sore. Di luar jam itu, ada kisah-kisah tak terduga menantinya setiap malam. *** © 2016 Erlin Natawiria