09

8.7K 795 41
                                    

Jongin terus menegak alkoholnya selama dua jam. Dan selama itu pula, ia belum menunjukkan tanda bahwa ia akan mabuk. Sepertinya alkohol di Jepang sangat berbeda dengan Korea, atau mungkin hanya ia saja yang tahan.

Entahlah, yang jelas keinginan Jongin kemari agar ia bisa mabuk. Namun, mabuk di negeri orang berbeda dengan negaranya sendiri.

"Tuan, anda harus berhenti."

Jongin menoleh ke samping, dan ada pengawal yang dikirimkan ayahnya sedang berbicara padanya.

"Kenapa kau kemari lagi? Apa ayah mengatakan sesuatu?"

"Tidak, tuan. Ini keinginan saya sendiri untuk membawa anda kembali ke hotel."

Jongin tersenyum sarkastik. Kemudian ia berdiri dan berjalan ke pintu keluar. Ia terus berjalan ke mobil, dengan diikuti pengawal yang sudah bertambah menjadi dua. Setibanya di parkiran, ia membuka pintu dan masuk ke dalam.

"Cari tempat yang dingin."

"Tapi tuan, ini sud---"

"Ikuti saja perintahku," sela Jongin.

"Baik."

Mobil pun meluncur dengan cepat untuk mencari tempat yang diinginkan Jongin. Dan di sinilah mereka berada, di taman yang sepi dan cuaca yang dingin. Jongin keluar dari mobil dan berjalan untuk menikmati udara musim semi di malam hari.

"Kalian tahu? Terkadang aku iri dengan Sehun yang memiliki segalanya," kata Jongin lemah.

Kedua pengawalnya hanya mendengarkan nada itu dengan tatapan sedih.

"Aku tidak tahu Tuhan menciptakan dia begitu sempurna," katanya lagi dengan senyum yang dipaksakan.

Jongin menghela napasnya. Ternyata rasa sesak di hatinya benar-benar membuat ia kelelahan.

"Bagaimana kondisi Seulgi?" tanya Jongin serius.

"Nona baik-baik saja, tapi nona masih belum menyadarkan diri."

Sekali lagi Jongin menghela napasnya. Kali ini dengan kasar. Ia menatap langit Jepang yang indah dan mulai menutup kedua matanya.

Ingatannya kembali lagi saat ia menerima telepon dari ayahnya bahwa Seulgi kecelakaan. Saat itu dunia Jongin hampir saja runtuh. Bagaimana tidak, Seulgi terbaring tidak berdaya di jalan sepi dengan darah yang banyak. Dan lebih parahnya lagi, Jongin tahu siapa yang melakukan hal sekejam itu.

Demi dewa apapun, Jongin rasanya ingin membunuh dirinya karena kondisi Seulgi. Wanita yang ia cintai sejak SMA. Seharusnya ia yang mendapatkan Seulgi daripada Sehun, tapi sepertinya Tuhan menakdirkan kedua insan itu untuk bersama.

Lagipula, Jongin tidak ingin menghancurkan persahabatannya hanya karena satu wanita.

"Ayo kembali," kata Jongin sambil membuka kembali matanya dan berbalik ke mobilnya.

***

Hari ini Krystal pulang dan ia langsung menuju ke rumah Suho untuk menjemput Jiho. Di rumah itu, ia sempat mengobrol dengan istri dan anak Suho. Setelah mengobrol cukup lama, ia membawa Jiho pulang. Namun, mereka tidak langsung pulang melainkan memilih untuk berjalan-jalan.

"Eomma, Jiho mau pulang."

Krystal menoleh ke arah Jiho. "Kenapa?"

"Jiho tidak mau di sini."

"Kenapa sayang? Terjadi sesuatu?" Krystal sedikit menundukkan dirinya agar tingginya sama dengan Jiho.

Jiho mengangguk. "Di sini banyak orang jahat."

My Baby's FatherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang