20

8.1K 787 46
                                    

Tidak ada yang lebih menyakitkan saat sang ibu melihat sendiri kepergian putra satu-satunya. Bagaikan dihantam beribu bara panas, sang ibu hanya bisa merasakan sakit tanpa tahu bagaimana cara agar rasa itu hilang.

Gereja yang indah, kerabat yang banyak, pakaian serba hitam, dan haru tangis menghiasi suasana hati Krystal. Kedua mata cokelatnya tidak pernah berhenti menatap peti cokelat berukuran persegi itu. Di dalam peti indah itu, menampakkan sosok pujaan hatinya yang terbaring lemah,  dan tidak dapat merasakan apapun.

Ini kesekian kalinya Krystal menatap Jiho dengan tatapan tidak bisa dipercaya. Ia tidak bisa berteriak karena seluruh inderanya sudah membeku. Ia hanya menatap lurus ke arah putranya yang tampak gagah dalam balutan jas. Jiho benar-benar tampan, membuat senyum Krystal tidak pernah pudar, meskipun hatinya tersakiti.

"Krys..."

Krystal mendongak dan melihat Sehun yang sudah berada di sampingnya dengan suntai bunga mawar.

"Aku pikir kau tidak akan datang," ucap Krystal sambil mengalihkan pandangannya kembali ke arah Jiho. "Disaat tunanganmu sedang hamil."

"Krys..."

"Terima kasih untuk bunganya, tapi Jiho tidak suka mawar merah." Krystal menoleh. "Kau boleh pergi jika sudah mendoakan Jiho."

"Apa kau mengusirku disaat putraku yang terbaring di sana?"

Krystal tersenyum sinis. "Putra? Apakah ia pernah memanggilmu dengan sebutan ayah? Tidak, kan?"

"Aku tidak butuh itu semua. Karena faktanya Jiho adalah putraku dan aku memiliki hak untuknya."

Krystal sekali lagi tersenyum sinis. Namun, kali ini ia tidak membalas perkataan Sehun. Dilain lelah untuk berdebat, ia juga tidak memiliki apapun lagi yang harus diperdebatkan. Entah mengapa, selepas kepergian Jiho, ia serasa kehilangan segalanya.

***

Plak...

Tangan Johyun memerah. Tangan besar itu berhasil ia layangkan pada pipi Jongin. Ini kali pertama ia menampar pipi putra satu-satunya itu.

"Apa kau akan membuat Ayahmu ini masuk penjara? Dasar anak tidak tahu diri."

Jongin tersenyum sinis dan menatap Johyun dengan tajamnya. "Itu memang pantas Ayah dapatkan setelah membuat Jiho sekarat!"

Johyun merasa geram, sekali lagi ia mencoba untuk menampar Jongin. Namun, Jongin dengan sigap menangkis tangan Johyun dan melemparnya begitu saja.

"Jika Ayah tidak segera ke kantor polisi, maka jangan salahkan aku jika pihak kepolisian yang datang kemari." Jongin membalikkan tubuhnya dan pergi meninggalkan Johyun yang tampak frustrasi.

Johyun sama sekali tidak pernah menyangka bahwa Jongin akan mengetahui semuanya dan mengancamnya seperti itu. Ia pikir, rahasia ini hanya dirinya yang tahu.

Sialan!

Johyun tidak bisa melakukan apa-apa lagi. Di rumah ini, dirinya dikurung Jongin. Putra sialannya itu benar-benar berbahaya untuknya.

***

Rumah duka masih berduka. Ya, itulah yang terjadi di rumah besar keluarga Jung. Ada Sehun dan Chanyeol di sana.

"Bagaimana keadaan Krystal?" tanya Chanyeol.

Sehun menggelengkan kepalanya. "Ia sedang tidak baik-baik saja. Ia memang tidak histeris saat di rumah sakit, tapi diamnya membuatku semakin khawatir. Jika diminta memilih, aku ingin dia berteriak."

Kini, kedua mata Sehun dan Chanyeol menoleh ke arah Krystal yang masih melamun di sofa.

"Bagaimana dengan Sean?"

My Baby's FatherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang