21

10K 836 124
                                    

Sudah seminggu lamanya setelah kepergian Jiho. Selama itu pula Krystal hanya bisa berdiam diri di kamarnya dan memikirkan fakta yang sama sekali tidak ingin ia anggap sebagai fakta. Fakta bahwa buah hatinya, jantung hatinya, dan hidupnya sudah pergi meninggalkan dirinya. Meninggalkan kenangan yang 5 tahun ini ia dapatkan. Meninggalkan seluruh kesenangan yang sudah mereka lakukan. 

Inilah faktanya. Ia harus menerimanya dengan baik.Seharusnya Krystal tahu jika setiap kehidupan pasti akan mati. Namun, kenapa harus secepat ini? Jiho masih muda dan seharusnya Tuhan berbaik hati untuk membiarkan Jiho hidup lebih lama lagi. Impian pertama Krystal saat Jiho lahir hanya ada satu; melihatnya tumbuh besar dan bahagia. Namun kini, Tuhan menggagalkan impian terbesarnya.

"Sayang..."

Panggilan lembut ibunya tidak membuat Krystal megalihkan tatapannya dari foto masa kecil Jiho. Foto kesukaannya, yang dimana di sana terlihat senyuman Jiho yang sangat manis. 

"Krystal..." 

Krystal akhirnya menoleh dan ia langsung memberikan senyuman sedihnya. "Aku akan ke pemakaman, sepertinya bunga kesukaan Jiho sudah layu." 

Tanpa menunggu persetujuan sang ibu, Krystal bangkit dari ranjangnya dan menggunakan tas tangannya. 

"Krystal."

Krystal tetap tidak menggubrisnya. Dirinya terlalu malas untuk memikirkan hal lainnya selain Jiho. Ia berlari keluar apartemennya dan menembus cuaca malam hari yang begitu dingin. Disaat dirinya akan masuk ke dalam mobil, Sehun datang dan menghentikan tangannya.

"Lepas."

"Ini sudah malam. Cuacanya tidak baik untukmu. Kau masih sakit, Krys."

Krystal tersenyum dan menggeleng. "Aku baik-baik saja. Ini tidak seberapa. Aku mohon biarkan aku pergi."

"Krys..."

"Kenapa kau peduli, hah? Kau akan memiliki anak dan dapat kupastikan bahwa kau akan melupakan Jiho. Jadi, sebaiknya kau urus Seulgi dan anak kalian terlebih dulu. Itu lebih baik daripada memikirkanku. Memikirkan ibu terburuk yang pernah ada di dunia. Memikirkan ibu yang bahk---" ucapan Krystal terhenti. Ia terisak dan tidak dapat menahan tangisannya lagi.

"Krys..."

"Kenapa kau harus hadir?!" Teriak Krystal geram. "Jika kau tidak muncul, ini semua tidak akan terjadi. Jiho tidak akan pergi dan hidupku tidak akan sehancur ini. Kau bajingan berengsek."

Sehun terdiam. Melihat air mata Krystal yang mengalir benar-benar membuat pertahanannya runtuh. Ini sangat aneh, melihat ia tidak seperti ini saat Krystal menatap sedih makam Jiho minggu lalu.

"Jika tidak ada aku, apa Jiho akan muncul?"

Telak. Krystal langsung terdiam. Namun, ia tidak ingin kalah.

"Lalu? Apa kau ingin menyalahkanku? Menyalahkanku yang tidak berdaya menjaga Jiho? Oke, lakukan itu. Anggap bahwa di dunia ini aku yang salah. Aku yang dengan bodohnya memberikan diriku pada pria berengsek sepertimu. Aku yang dengan bodohnya ... mencintai bajingan sepertimu."

Sehun terdiam. Mendadak pikirannya buram.

"Kau ... masih mencintaiku?"

Krystal memutar matanya jengah. Tidak seharusnya ia mengatakan hal itu.

Sehun berjalan ke arahnya dengan cepat dan menggenggam pundaknya dengan kuat. "Kau ... mencintaiku?" Tatapnya dengan tajam.

Krystal terkejut. Ia ikut menatap mata Sehun dan entah mengapa ia merasa ... berbeda? Mata ini sama, tapi kenapa berbeda?

My Baby's FatherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang