Bagian 11

1.6K 104 14
                                    

Dirga pov.

"Desyca!" Panggilku.

"Dirga?" Balasnya dengan tidak percaya.

"Ehmm... Kamu mau ke Resto?" Tanyaku dengan gugup.

"Iya, mau bareng?"

"Ya udah ayo!" Aku menggandeng tangan Desyca.

Sebenernya tidak cocok untuk dibilang menggandeng, lebih tepat aku menyeret Desyca.

Tatapan iri melihat kami berdua. Terutama para fans-fans gila. Para pria ternyata juga iri kepada kami, mungkin dia fans Desyca. Aku tahu bahwa Desyca adalah murid populer di sekolahnya. Sayangnya, dia tidak menyadari kecantikan, kepintaran dan kepolosannya.

"Ga? Kok kamu diem aja dari tadi?" Tanyanya.

"Enggak apa-apa kok" jawabku.

Seorang pria mendatangi kami berdua.

"Desyca? Kamu ikut OSN juga?" Tanyanya dengan nada yang dimaniskan.

"Ryan? Aku gk nyangka bisa ketemu kamu disini" balas Desyca.

Aku hanya bisa melihat mereka berdua mengobrol.

Bahkan dia tidak sadar, kalau aku masih menggandeng tangan Desyca.

"Pacarmu des?" Dia iri melihat kalau aku menggandeng tangan Desyca.

"Bukan kok, dia temen OSN aku" Desyca menarik tangannya.

"Kirain des, kamu udah ngelupain dia" ucapnya.

Dia? Dia itu siapa?. Batinku.

"Aku emang udah ngelupain dia kok" Aku melihat mata Desyca berkaca-kaca.

"Des, jangan nangis" ucapnya.

"Aku gk nangis, Ryan!" Bentak Desyca.

"Tapi..." ucapan Ryan terpotong.

"Diam kau!" Teriak Desyca sambil berlari menuju Resto.

"Desyca!" Aku hendak mengejar Desyca, tapi Ryan menghentikanku.

"Aku tahu kamu khawatir kepadanya. Jadi, tolong jaga Desyca untuknya" ucap Ryan yang bikin aku tambah bingung.

"Dia itu siapa?" Tanyaku.

"Dia itu adalah mantan pacar Desyca, dia meninggal tertabrak kereta api 2 tahun yang lalu. Namanya Gerald" jawabnya.

"Des...desy...Desyca punya... Mantan?" Tanyaku gagap.

"Kamu gk tahu? Dulu Desyca dan Gerald adalah pasangan paling populer di sekolahnya" jawabnya heran.

Aku hanya terdiam dan berlari mengejar Desyca.

"Desyca!" Aku melihat dia di Resto sedang duduk sendirian.

"Dirga, tidak usah menghiburku" balasnya dengan lesu.

"Des, kamu sudah membantuku untuk berbaikan kepada ibuku. Lalu kenapa aku tidak boleh menghiburmu?"

"Dir, masalahnya kamu tidak tahu masalahku. Masalahku sangat banyak"

"Des... Aku sangat berterima kasih, karena kamu sudah membantuku. Sekarang, giliranku untuk membantumu" ucapku tegas.

"Dirga..." matanya berkaca-kaca.

"Ayolah des... Ceritakan semua masalahmu kepadaku, biar aku pikirkan bagaimana penyelesaiannya" ucapku.

My Name Is DesycaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang