Bagian 24

1.2K 73 10
                                    

"YHA KECIAN DITOLAK." Ledek Dirga kesenengan.

Juna menatap Dirga dengan sinis.

"Sudah, sudah. Lagian kita kesini buat belajar, bukan buat pacaran." Bejo menasihati.

Reihan diam-diam sangat senang karena Juna ditolak. Ya dia masih bisa berharap lah.

"Mas Jun, ke kamar aja dulu nenangin diri. Aku sama Dirga dan Reihan ada keperluan." Ucap Bejo.

Juna mengangguk dan pergi.

Melihat Juna sudah menghilang, Bejo menatap Dirga dan Reihan bergantian.

"Kenapa, Mas? Jangan menatap kami seperti itu." Ucap Reihan.

"Apa karena kami terlalu ganteng, ya?" Tanya Dirga kepedean.

Bejo menatap mereka sebal. Lalu dia mencoba tenang. "Kalian harusnya tidak boleh begitu kepada Mas Juna."

"Kenapa?" Tanya Dirga.

"Kalian tahu kan kalau Mas Juna suka sama Des—"

"Terus kalau Mas Juna suka sama Desyca, kita gak boleh ganggu gitu?" Potong Reihan.

Dirga mengangguk menyetujui omongan Reihan. Padahal dia kalau ditanya suka sama Desyca pasti jawabannya 'gak'.

Tapi namanya orang, keluar di mulut lain di hati.

"Ya ndak gitu juga." Bejo akhirnya salah tingkah.

Reihan berdiri menuju kamar mandi. "Sudahlah. Aku tidak ingin membahas mereka berdua, moodku jadi turun."

"Ehm... Dirga juga mau belajar aja." Dirga pergi mengambil bukunya lalu pergi.

Akhirnya Bejo sendirian.

Ting.

Ponsel Bejo berbunyi.

Rieva: Mas, apa bener Kak Juna nembak Desyca?

Bejo: Iya dek

Rieva: Terus gimana nasib Reihan?

Bejo: Ya begitulah dek.

Rieva: Oh gitu ya, Mas, maaf ya kalau ganggu

Bejo: Ndak apa dek

Ps: Bejo tahu nomor Rieva karena Rieva adalah Teman sekamar Desyca. Jadi kalau Desyca hilang, Bejo bisa menghubunginya.

Bejo menghela nafas lalu pergi keluar kamar.

Bruk.

"Maaf. Apa kamu baik-baik sa— Irene?" Bejo kaget karena yang ditabraknya Irene.

Irene memandang Bejo. "A-aku ti-tidak apa-apa, Mas, aku harus pergi dulu."

Sekilas Bejo melihat Irene menitikan air mata.

.

"Ish, Irene mana sih? Katanya dia penasaran sama cerita Kak Juna, tahunya malah kabur." Omel Desyca.

Rieva hanya menatap Desyca.

"Kenapa, Va? Jangan menatapku seperti itu ah."

"Kamu cantik, Des." Ucap Rieva tanpa sadar.

Desyca kaget. Tumben-tumbenan Rieva memujinya.

"Kamu sakit, Va?" Desyca memegang dahi Rieva.

Rieva menggeleng.

"Kamu memang mirip loli kuncir dua dibanding Irene." Tambah Rieva lagi.

Desyca tambah bingung.

"Irene? Kok jadi ke Rene sih?"

Rieva pergi sambil membisikan sesuatu kepada Desyca.

"Kamu itu memang gak pernah peka, Des."

Lalu dia pergi.

"Riev—" Terlambat. Rieva sudah pergi meninggalkan kamar.

"KENAPA DENGAN SEMUA ORANG?!" Desyca melemparkan bantalnya frustasi.

.

Rieva terus berlari dan berlari.

Sebuah tangan menghentikan Rieva hingga hampir terjatuh.

"Siapa sih?" Rieva berbalik badan dan bertemu pandang dengan Reihan.

"Hai." Sapa Reihan.

"Hai juga." Balas Rieva.

Suasana hening.

"Ehm, kamu kenapa narik tangan aku?" Tanya Rieva.

"Lagi pengen aja." Jawab Reihan santai.

Lagi pengen aja?! Jawaban macam apa itu?! Batin Rieva.

"Aku hampir jatuh tahu karena kau." Rieva mengomel.

"Ku tapi tidak peduli."

"ISH DASAR COWOK—" Rieva hendak mengomel tapi sudah ditarik oleh Reihan ke dalam pelukannya.

Reihan memeluk Rieva beberapa lama.

Mereka tidak sadar kalau ada yang melihatnya.

Diam-diam pria berambut pirang itu mengepalkan tangannya lalu pergi.

.

Farah note:

Hai ketemu lagi!

Udah berapa lama ya gak update?

Maafkan aku😭 aku tidak punya idee

Maafkan aku lagi kalau gak nyambung...

Vomment please💞

My Name Is DesycaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang