Episode 1

933 17 0
                                    

Mata jeli gadis kecil itu menatap tajam kepada kumpulan orang-orangan jerami dengan busur dan anak panah yang siap dilepaskan. Tidak tanggung-tanggung gadis kecil ini mau membidik kumpulan orang-orangan jerami dalam sekali bidik dengan empat anak panah sekaligus,sesuai dengan jumlah orang-orangan jerami untuk sekali bentangan busur. Seorang lelaki tampan dan berbadan tegap dengan seksama memperhatikan aksi yang akan dilakukan oleh gadis kecil ini.

"Ayo Purbasari,kalau semua anak panahnya tepat sasaran dalam sekali bidik maka ayah akan memberimu pisau kuku naga yang kau inginkan!". Kata lelaki itu.

"Wah benarkah itu ayah,kalau begitu jangan pernah remehkan kemampuanku ya!". Jawab Purbasari sumbringah.

Lalu Purbasari membidik dengan penuh keyakinan dirinya.
Siut...siut...siut...! Sekali bidik anak anak panah melesatan dari busurnya ke arah sasarannya. jleb...jleb...jleb...!. Semuanya mengenai sasaran,menancap tepat di setiap orang-orangan jerami. Purbasari melonjak gembira,
Sang ayah tersenyum seraya bertepuk tangan.

"Bagus Purbasari,kamu memang putriku yang hebat !". Kata sang ayah.

"Terima kasih atas pujiannya ayah,ini semua berkat bimbingan ayah juga!". Purbasari sunggingkan senyum.

"Ayah akan memberikan pisau kuku naga padamu nanti malam tepat pada saat terang bulan purnama. Sekarang ayah ingin mencoba kemampuanmu dalam bertarung sudah sejauh mana?!"

"Baik ayah!".

Purbasari bersiap,mata jelinya menatap ayahnya yang juga sudah memasang kuda-kuda menandakan kesiapan.

"Hyaaa...!"

Purbasari berteriak sembari maju menerjang,sekilas saja kaki kanannya berkelebat menyasar kepala. Dengan mudah sang ayah berkelit,tapi tubuh Purbasari berputar dan kali ini kaki kirinya yang berkelebat.

"Tep! ". Kaki kirinya malah ditangkap dan tubuhnya dibanting sehingga terhempaskan.

"Huh dasar kau ini anak lemah!". Hardik ayahnya.

"Aku tidak lemah...!''. Teriak Purbasari.

Gadis kecil ini kembali menerjang ayahnya. Dengan gerakan silat yang cepat dan akrobatik Ia berhasil membanting ayahnya walau Ia sendiri terhempas juga. Ini benar-benar tidak terduga oleh sang ayah.

"Bagaimana ayah,bukankah aku ini kuat?!". Kata Purbasari seraya kembali bangkit berdiri.

"Kuakui kau cerdas putriku!". Jawab sang ayah seraya bangkit berdiri pula.

"Mari kita lanjutkan lagi ayah!"

"Tentu bersiaplah!"

Keduanya kembali bersiap untuk bertarung dan kali ini keduanya sama-sama menghunus Kujang senjata khas Sunda. Mata mereka saling adu pandangan,kemudian!.

"Hiaaa...!"

"Ciaaa...!"

Keduanya sama-sama menerjang maju maka terjadilah pertarungan sengit seperti pertarungan dua ekor Harimau Lodaya. Keduanya sama-sama memperlihatkan gerakan silat jurus Harimau dengan tangkas dan memukau. Sehingga walaupun pertarungan ayah dan anak ini hanya latihan tapi berlangsung sangat mendebarkan.

Di kala sang Surya mulai tenggelam di ufuk barat dan hawa dingin pegunungan sore hari sudah mulai terasa menusuk,ayah dan anak ini baru menyudahi pertarungan. Purbasari langsung tidur terlentang di hamparan rumput karena saking lelahnya,sementara sang ayah duduk bersandar di pohon.

"Kita akan tetap di sini menunggu waktu malam tiba!"

"Kenapa kita tidak pulang ke desa?!"

"Lho bukankah malam ini ayah akan mewariskan pisau kuku naga yang sakti padamu. Sehingga tidak ada seorangpun yang tahu proses perpindahan senjata pusaka ini. Karena kalau sampai ada orang yang mengetahuinya,maka pasti ia akan berusaha merebutnya sebab sudah sejak lama senjata pusaka ini diincar oleh para pendekar!"

"O rupanya begitu,aku mengerti ayah!"

Setelah sang Surya tenggelam,langit mulai menghitam dan udara semakin bertambah dingin saja. Suara binatang-binatang malam sudah mulai terdengar riuh bersahutan bagaikan suatu orkestra yang padu.

Purbasari dan ayahnya bersama-sama mengumpulkan kayu bakar. Setelah cukup terkumpul,mereka menumpuk dan membakarnya. Api menyala dan mulai membesar,purbasari duduk menghadap api sambil mendekatkan kedua telapak tangannya ke api karena saking kedinginan. Sementara ayahnya sibuk membakar ubi. Setelah ubi masak,ayah dan anak ini makan ubi bersama dengan lahap.

Malam yang gelap berubah gemerlap setelah bulan purnama dan bintang-bintang menampakan diri. Meskipun begitu suasana tetaplah mencekam karena lolongan serigala kerapkali terdengar.

"Purbasari anaku bersilalah menghadap ayah!"

"Baik ayah!"

"Usiamu sudah sebelas tahun anaku ,ayah rasa sudah waktunya bagimu untuk mengetahui rahasia ini!"
Sang ayah menghela nafas lalu menengadah mengamati bintang-bintang yang gemerlapan di langit,kemudian berkata.

"Apakah kamu dapat melihat susunan rasi bintang naga?!"

Purbasari menengadah mengamati bintang-bintang di langit untuk mencari susunan rasi bintang yang dilihat ayahnya hingga menemukannya di langit Utara.

"Ya ayah aku melihat rasi bintang naga!"seru Purbasari.

"Apakah kamu percaya kalau naga itu benar-benar ada?"tanya sang ayah.

"Walaupun aku belum pernah melihat naga tapi aku percaya kalau naga itu benar-benar ada. Sebab menurut Kitab Purana,bangsa naga dan ular lahir dari satu ibu yang sama. Kemudian,karena mereka takut pada Garuda yang sering memangsa bangsa mereka,akhirnya mereka memilih tinggal di Vatala,atau nagaloka,di sebuah planet di bawah orbit bumi!"terang Purbasari.

"Kalau kamu percaya naga dan planetnya itu ada,apakah kamu juga akan percaya kalau sebenarnya ayahmu ini adalah naga?!"

Purbasari dan ayahnya saling adu pandangan, Purbasari begitu terkejut mendengar pengakuan ayahnya.

"Ma...na mungkin ayah itukan manusia sama sepertiku!"kata Purbasari.

"Agar kamu yakin ayah akan memperlihatkan wujud asli sebagai naga padamu setelah pisau kuku naga berpindah tangan padamu,nah sekarang bersiaplah untuk menerima senjata pusaka itu!"

Sang ayah menempelkan kedua telapak tangannya di depan dada. Matanya terpejam,cakra di buka. Setelah itu telapak tangannya di arahkan kepada Purbasari . Di mana dari kedua telapak tangan itu memancar cahaya biru yang sangat menyilaukan.

Darah NagaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang