Episode 3

370 11 0
                                    

* * *

Sehabis mandi di sebuah sungai Purbasari berjalan dengan lesu menuju desa. Wajah manisnya masih terlihat murung. Lalu sampailah di rumah panggung sederhana tempat ia tinggalnya bersama ayahnya. Dia memasuki rumah, mengemasi beberapa lembar pakaian juga busur dan anak panah seendong penuh dipersiapkanya. Purbasari tidak punya pilihan lain selain menuruti apa yang dikatakan ayahnya.

"Sekarang juga aku akan berangkat ke gunung Wanara,percuma aku tinggal lama di desa ini karena aku sudah tidak punya siapa-siapa lagi!"pikir Purbasari.

Purbasari membawa barang bawaanya lalu melangkah ke luar rumah. Saat berpapasan dengan beberapa penduduk desa ia berpamitan,beberapa penduduk desa yang baik bahkan memberinya bekal beberapa kepeng kori(uang).

Mengetahui Purbasari akan meninggalkan desa,Bapak Kuwu desa(kepala desa) mencoba mencegahnya. Sebab Bapak Kuwu sangat memperhatikan Purbasari dan ayahnya karena ayah Purbasari sudah berkali-kali menyelamatkan desa dari kawanan perampok. Bapak Kuwu begitu menyayangi Purbasari seperti anaknya sendiri lagipula Purbasari dan anak Bapak Kuwu berkawan baik.

"Sudah bulat tekadmu untuk meninggalkan desa ini anaku?"tanya Bapak Kuwu.

"Sudah Bapak,aku harus pergi. Sebab sebelum ayah pergi meninggalkan aku. Ayah berpesan padaku agar aku pergi ke gunung Wanara untuk berguru di padepokan Sekar Jagad milik Mahaguru Resi Prada Wisnawa!"Jawab Purbasari.

"Memangnya telah pergi ke mana ayahmu itu anaku?"tanya Bapak Kuwu lagi.

"Ayahku pergi ke dunia naga,entah sampai kapan akan kembali!"jawab Purbasari.

Mendengar jawaban Purbasari Pak Kuwu sangat terkejut,jawaban anak ini terdengar tidak masuk akal bagi orang biasa. Tapi ia meyakini kitab purana sehingga mempercayai mempercayai adanya mahluk naga, Bapak Kuwu lantas mempercayai apa yang dikatakan Purbasari,lagipula setahunya Purbasari selalu berkata jujur.

"Anaku Purbasari,walaupun kamu masih kecil dan seorang gadis pula. Tapi Bapak yakin kamu bisa menjaga dirimu sendiri karena Bapak percaya pada kepandaian beladirimu. Tapi Bapak tetaplah khawatir padamu,apa tidak sebaiknya kamu tetap tinggal di sini bersama Bapak. Bapak akan mengangkatmu menjadi anak!". Pinta Bapak Kuwu.

"Terima kasih atas kebaikan Bapak,tapi aku sudah banyak mendengar tentang nama besar padepokan Sekar Jagad. Aku sangat ingin belajar disana,jadi aku putuskan untuk tetap pergi ke sana!". Jawab Purbasari dengan sopan.

Bapak Kuwu menghela nafas panjang. Ia cukup menyesalkan keputusan yang diambil Purbasari. Tapi ia tak kuasa menghalangi niat anak cerdas yang haus dengan ilmu ini. Akhirnya Bapak Kuwupun berkata.

"Baiklah anaku,Bapak memahami niat muliamu dan Bapak tidak bisa mencegahmu. Pergilah kamu anaku,jagalah dirimu baik-baik dan kalau perlu Bapak akan menyuruh orang untuk mengantarmu sampai ke gunung Wanara!"

"Sekali lagi aku ucapkan banyak terima kasih atas kebaikan Bapak tapi sepertinya Bapak tidak usah menyuruh orang untuk mengantarku. Cukup Bapak memberiku seekor kuda yang kuat saja!". Jawab Purbasari.

"Baiklah anaku!"

Purbasari berpamitan kepada Bapak Kuwu dan Bapak Kuwu membekalinya dua kantung kepeng kori dan seekor kuda hitam yang kuat dan bagus. Purbasaripun meninggalkan desa dengan berkuda,Bapak Kuwu dan Para penduduk desa melepas kepergianya. Purbasari melambai ke arah mereka dengan penuh haru.

* * *

Rombongan pedati saudagar yang berisi penuh barang-barang dagangan khas negri Cina melintas di jalan Bongkor (jalan pedati) yang melewati sela-sela perbukitan. Jumlah pedati ada dua puluh dan masing-masing ditarik oleh dua ekor lembu yang kuat. Sekitar dua puluh lima orang pendekar berkuda mengawal rombongan ini.

Jalan yang mereka lalui sekarang sangatlah sepi. Di kanan dan kiri merupakan perbukitan dengan hutanya yang masih sangat lebat. Melintasi kawasan seperti ini cukup berbahaya. Setiap saat bisa saja mereka bertemu binatang buas seperti harimau dan serigala. Bahkan bisa saja bertemu dengan makhluk yang lebih berbahaya daripada binatang buas sekalipun yaitu para perampok. Karena para perampok kerap beraksi di tempat-tempat sepi seperti ini. Hal ini sudah diperhitungkan oleh Sang saudagar sehingga Ia menyewa jasa dua puluh lima orang pendekar bayaran untuk mengawal rombongannya.

Rombongan tiba-tiba gempar, anak-anak panah menghujani mereka dari segala penjuru. Para pengawal yang terlambat bereaksi berjatuhan terkena anak panah. Para pengawal kini harus beraksi menangkis setiap luncuran anak panah yang menghujani mereka dengan menggunakan senjata masing-masing.

"Hai para begundal keparat, cepat tampakan diri kalian. Hadapi kami jangan cuma bisa membidik sambil sembunyi! ". Teriak salah seorang pengawal sambil sigap menangkis setiap anak panah yang meluncur ke arahnya.

Orang-orang bersenjata menghambur dari segala penjuru, menyerbu rombongan. Para pengawal menyambut mereka dengan perlawanan yang sengit. Sehingga perkelahianpun terjadi. Suasana yang sepi berubah riuh oleh suara denting senjata tajam yang beradu dan teriakan garang.

Rupanya para penyerang yang datang berjumlah cukup banyak. Sehingga satu orang pengawal harus menghadapi tiga atau empat orang lawan sekaligus. Jelas para pengawal dibuat keteteran menghadapi mereka. Satu-persatu pengawal mati terbunuh begitupun di pihak penyerang.

Darah NagaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang