Episode 14

237 7 3
                                    

Sementara Patih Anggadaseta dan tiga Senapati utama berkumpul di kemah utama membahas strategi perang.

Malam hari telah tiba,suara lolongan serigala dan binatang - binatang malam terdengar riuh bersahutan. Obor menyala di tiap-tiap kemah. Semua prajurit Medang Kahirupan beristirahat mengumpulkan tenaga untuk menghadapi perang besok.

Menjelang pagi hari, para telik sandi yang ditugaskan untuk mengintai musuh telah kembali dan melaporkan hasil pengintaian mereka. Sayang sekali dua orang diantara mereka telah tertangkap musuh.

* * *

Di lokasi kota yang telah mereka rebut yang merupakan bekas keberadaan Istana Kerajaan Salakabentar dahulu. Balatentara Salakabentar membangun kembali benteng kota dan menggali parit di sekelingnya. Pangeran Dharma Wirapaksi memimpin langsung pekerjaan itu. Parit yang digali cukup dalam dan lebar serta ditancapi bambu-bambu runcing yang bertujuan untuk menghambat gerak maju pasukan berkuda dan pasukan gajah. Pembangunan benteng dan parit telah dikerjakan siang dan malam selama dua minggu lebih pasca penaklukan.

"Gusti Pangeran, mereka berdua kami dapati sedang melakukan pengintaian!".

Tujuh orang prajurit Salakabentar menyeret dua orang lelaki kehadapan Pangeran Dharma Wirapaksi, kedua lelaki ini menggigil ketakutan.

"Ampun Gusti, kami hanya penduduk Desa yang kemalaman!". Kata salah seorang dari mereka.

"Bohong tindak - tanduk kalian berdua jelas mencurigakan!". Bentak seorang prajurit.

"Sudahlah, lepaskan mereka dan biarkan mereka pergi!". Kata Sang Pangeran mengejutkan.

"Tapi Pangeran, hamba tidak mungkin salah mereka pasti mata-mata musuh!". Kata prajurit.

Pangeran Dharma Wirapaksi hanya tersenyum lalu secepat kilat menghantam kepala salah satu dari lelaki asing itu dengan pukulan bertenaga dalam. Sekali hantam kepala orang itu langsung hancur tak berbentuk. Tubuh tanpa kepalanyapun roboh ke tanah.

Kawan dari lelaki yang terbunuh itu bereaksi. Dengan sigap ia merebut tombak dari tangan seorang prajurit Salakabentar. Lalu menerjang dan hujamkan tombak ke dada Sang Pangeran. "Tak!". Tombak menghujam dengan tepat namun tak mampu menembus dada Sang Pangeran yang keras laksana baja.

"Kurang ajar, badanya keras sekali!". Kata lelaki itu.

Beberapa kali lelaki itu menghujam - hujamkan tombaknya ke tubuh Sang Pangeran namun usahanya hanya sia-sia. Lelaki ini akhirnya mencoba melarikan diri, walau sebenarnya sangat tidak mungkin baginya untuk bisa meloloskan diri. Panah-panah beracun prajurit Salakabentar segera menamatkan riwayatnya seketika.

"Pertempuran menghadapi bangsa Medang Kahirupan akan segera dimulai. Kita buat pertempuran nanti menjadi pertempuran paling mengerikan bagi mereka!". Kata Pangeran Dharma Wirapaksi kepada para Hulu Jurit (pimpinan pasukan) yang menyertainya.

"Hidup Salakabentar...!". Teriak Pangeran Dharma Wirapaksi yang segera disambut oleh teriakan - teriakan para pengikutnya.

"Hidup Salakabentar... Hidup Salakabentar... Hidup Salakabentar...!".

* * *

Pasukan besar besar Medang Kahirupan telah bergerak menuju ke lokasi pertahanan musuh. Tiga ribu prajurit infantri pimpinan Senapati Bayu Aji bergerak lebih cepat, karena pasukan inilah yang akan melancarkan serangan terlebih dahulu.

Sementara pihak Salakabentar telah mempersiapkan diri. Empat ribu prajurit telah bersiaga di luar benteng pertahanan. Mereka telah benar-benar siap menyambut kedatangan musuh. Empat ribu prajurit ini berkekuatan seribu prajurit berkuda, seribu lima ratus infantri dan sisanya bersama lima ratus gajah perang.

"Lapor Gusti Senapati, pasukan musuh telah bergerak kemari!". Kata seorang Tumenggung Salakabentar kepada seorang laki-laki berkumis tebal, bertubuh tinggi besar beratribut Senapati.

"Kalau begitu cepat kumpulkan para Hulu jurit (pimpinan pasukan) kita !". Tandas lelaki ini.

"Sumuhun dawuh Gusti!". Jawab Sang Tumenggung.

Para Hulu juritpun segera menghadap Sang Senapati. Sang Senapatipun memberi arahan siasat perang secara singkat namun dapat dengan mudah dipahami oleh para Hulu Jurit. Sehingga segala persiapan untuk menghadapi perang telah selesai dilaksanakan.

* * *

Gemuruh tiga ribu prajurit infantri Medang Kahirupan telah terdengar mendekat. Panji-panji yang bertebaran dan umbul-umbul yang berkelebatan mulai menampakan diri. Pasukan Salakabentar telah mempersiapkan diri mengatur barisan formasi perang.

Empat ribu prajurit Salakabentar dengan semua persenjataan dan kendaraan perangnya telah siap berhadapan dengan tiga ribu prajurit infantri Medang Kahirupan yang bersenjata lengkap.

"Tandang Jurit! (Maju perang)!". Senapati Salakabentar berteriak dengan lantang sambil mengacungkan keris terhunus, sebagai komando untuk maju berperang.

Genderang perang dipukul berkali-kali sebagai aba-aba bagi para prajurit untuk maju ke Palagan (medan perang) sesuai perintah Sang Senapati. Seribu prajurit kavaleri Salakabentar segera maju. Derap kaki kuda - kuda perkasa yang bergemuruh menghentak bumi. Diselingi teriakan - teriakan para prajurit Salakabentar yang menghela kuda-kuda mereka.

Senapati Bayu Aji memerintahkan para prajurinya yang berkemampuan tinggi untuk menyongsong musuh di garis depan. Sekitar seribu lebih prajurit Medang Kahirupan bergerak menyongsong pasukan kavaleri musuh.

Saling serang dengan bidikan anak panah dan lemparan lembing mengawali dimulainya pertempuran. Hingga akhirnya dua pasukan besar inipun bertemu,maka pertempuran yang sengitpun terjadi. Suara ringkik kuda dan teriakan garang para prajurit yang mengadu nyawa diselingi oleh jerit pilu prajurit - prajurit yang akan tewas meregang nyawa membuat suasana terasa mencekam.

Senapati Salakabentar rupanya ingin melibas pasukan lawan dengan cepat dengan menerapkan taktik perang Amuk Sagara. Pasukan kavalerinya membuat pasukan garis depan Medang Kahirupan kacau balau. Kini Sang Senapati memerintahkan seluruh prajurit infantrinya untuk bergerak.

Namun rupanya pasukan infantri pimpinan Senapati Bayu Aji hanya pasukan pancingan. Karena dua ribu prajurit kavaleri pimpinan Senapati Sutamanggala segera muncul dari arah perbukitan. Kemudian lima ratus pasukan gajah pimpinan Senapati Rajendrapati juga telah muncul. Pasukan kavaleri Medang Kahirupan yang datang dari kanan dan kiri segera menjepit dan membendung pergerakan pasukan Salakabentar. Sehingga pasukan Salakabentar terkepung dan formasi perangnya menjadi kacau balau.

Senapati Salakabentar sangat murka, Ia segera menaiki gajah perangnya dan memerintahkan pasukan bergajah untuk segera maju. Maka lima ratus pasukan gajah Salakabentarpun bergerak. Namun pasukan gajah pimpinan Senapati Rajendrapati segera melakukan penghadangan, sehingga perang pasukan gajahpun terjadi. Gajah - gajah yang kuat dan ganas saling hantam sementara para penunggangya saling serang pula dengan bidikan anak panah dan lemparan lembing.

Senapati Salakabentar dan Senapati Rajendrapati bahkan bertemu dan berhadapan secara langsung. Mereka juga saling serang dengan bidikan anak panah dan lemparan lembing, tapi keduanya sama-sama tangkas dalam mementahkan setiap serangan.
Ketika gajah perang dua Senapati ini berdekatan. Maka Senapati Rajendrapati segera melompat ke atas gajah perang Senapati Salakabentar. Dengan sigap Senapati Rajendrapati menangkap Senapati Salakabentar lantas membanting lawanya ini hingga terhempaskan dari atas gajah perangnya.

Tubuh Senapati Salakabentar terhempaskan ke tanah. Tapi dengan sigap segera berdiri lalu kerispun dihunusnya dengan penuh kemarahan.

Lawanya terlihat berkelebat ke arahnya dan melancarkan serangan "Trang!". Senapati Salakabentar dengan sigap mementahkan serangan hujaman keris lawan. Perang tanding antara dua Senapati inipun terjadi, keduanya sama-sama mempergunakan senjata keris.

Darah NagaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang