Para perampok mengambil alih pedati-pedati dan membunuh pengemudinya. Pedati yang ditumpangi Sang Saudagarpun tidak luput dari serangan mereka. Seorang perampok bersenjata gada melompat ke atas pedati lalu menghantam kepala pengemudi pedati sehingga kepalanya hancur Sang saudagar yang waspada segera menghunus pedang dan menyerang perampok itu. Sehingga perkelahian seru terjadi di atas pedati yang sedang melaju.
Sang Saudagar ternyata memiliki ilmu beladiri yang cukup hebat. Ia meliuk dengan lincah menyerang lawan. Pedangnya menarai-nari mengincar tubuh lawan. Tapi perampok bersenjata gada mampu mengimbangi setiap jurus-jurunya, bahkan dengan gerakan secepat bayangan dia bisa melucuti pedang sang saudagar. Pedang itu terpental lepas dari tanganya.
Kehilangan senjata membuat Sang Saudagar berada dalam bahaya. Ia tak mungkin mampu menghadapi lawannya dengan tangan kosong. Sehingga Ia memutuskan untuk segera melarikan diri dengan cara melompat ke atas punggung lembu penarik pedati lalu melepaskan lembu dari pedati. Ia memukul-mukul tubuh lembu sehingga lembu berlari dengan liar. Sang Saudagar lebih mementingkan nyawanya dan merelakan seluruh harta bendanya dirampas. Ini merupakan pilihan wajar bagi manusia jika berada dalam posisi dalam bahaya seperti ini. Seperti dalam pribahasa Sunda "Banda tatalang raga" artinya harta sebagai penebus keselamatan badan. Seorang perampok sempat melemparkan tombak ke arah Sang Saudagar tetapi meleset.
Sang Saudagar bisa lolos sementara pembantaian terhadap orang-orangnya masih berlangsung. Para pengawal dan anak buah saudagar yang tidak sempat melarikan diri menjadi korban pembantaian. Pembantaian ini secara kebetulan disaksikan oleh seorang gadis kecil berkuda bersenjata panah. Gadis ini tergerak untuk menghentikan pembantaian.
Empat anak panah sekaligus dilepaskan untuk pertama kali. Tiga anak panah berhasil memakan korban sedang satu lagi meleset. Selanjutnya gadis kecil yang tak lain dari Purbasari ini terus melepaskan anak panah secara berturut-turut ke arah para perampok membuat para perampok kalang kabut. Mereka menyerbu Purbasari,namun sebelum mereka mampu mendekati Purbasari anak-anak panah Purbasari sudah melumpuhkan mereka. Beberapa orang perampok membalas serangan Purbasari dengan melemparkan tombak dan melepaskan anak-anak panah sehingga saling serang jarak jauh berlangsung dengan sengit. Sampai semua anak panah Purbasari akhirnya habis. Maka Purbasari memutuskan untuk melawan para perampok secara langsung sebab pantang baginya untuk lari menjadi pengecut.
Purbasasari memacu kudanya ke arah lawan-lawanya. Namun anak-anak panah yang dilepaskan para perampok terus menerjangnya sehingga Purbasari harus berusaha menangkisnya dengan kibasan busur. Tapi kuda tunggangan Purbasari mengalami nasib nahas, binatang itu terkena anak panah di leher dan tubuhnya sehingga akhirnya tersungkur jatuh menemui ajal. Membuat penunggangya ikut terjatuh pula.
Purbasasari merasa sedih melihat kematian kudanya. Ia mengelus kepala binatang itu dengan penuh rasa kasihan. Sementara para perampok sudah mengepungnya. Purbasari segera bangkit dan menghunus Kujang yang terselip di sabuknya untuk menghadapi lawan-lawanya.
"Majulah kalian, aku tidak takut menghadapi kalian semua! ". Gertak Purbasari.
" Hyaaat...! ".
Para perampok maju menyerbu melakukan pengeroyokan. Purbasari menyambut mereka dengan perlawanan yang penuh keberanian. Baginya ini merupakan pengalaman pertamanya dalam menghadapi pertarungan sesungguhnya yang mempertaruhkan nyawa. Sehingga Purbasari tidak main-main dalam mengerahkan kemampuan ilmu beladirinya. Purbasari sudah terbiasa menjalani pertarungan latihan bersama ayahnya, bahkan kerap menjuarai tarung pencak silat antar desa. Sehingga dalam menghadapi pertarungan kali ini bukanlah masalah yang berarti baginya. Namun untuk membunuh lawan secara langsung, ini merupakan suatu ujian mental baginya yang belum pernah melakukannya. Membunuh dengan anak panah baginya bukanlah hal yang sulit, tapi jika dengan cara berjibaku secara langsung dengan lawan jelas berbeda!.
Perkelahian ini sebenarnya terlihat sangat memalukan. Bagaimana para pria sangar yang rata-rata tinggi besar mengeroyok seorang gadis kecil berusia sebelas tahun. Namun yang mereka hadapi bukanlah gadis kecil biasa melainkan Purbasari yang berdarah naga dan mempunyai kemampuan yang luar biasa hasil dari tempaan keras latihan dari ayahnya.
Purbasasari menerkam salah seorang lawanya dan mencabik lehernya dengan Kujang yang membuat lawanya ini menemui ajal seketika. Purbasari harus kembali berkelebat menghindari senjata tajam yang datang dari arah belakang. Serangan lawan begitu gencar dari berbagai arah dengan berbagai senjata tajam yang belomba-lomba memburu tubuhnya. Kibasan Kujangnya berkali-kali berhasil mementahkan setiap serangan gencar lawan-lawanya.
Purbasasari benar-benar bertarung seperti harimau yang sedang marah. Sepak terangnya kembali menimbulkan korban. Seorang lawannya berhasil dicabik perutnya oleh Kujangnya sampai robek dan terburai keluar ususnya yang membuatnya tewas seketika.
Tewasnya dua orang perampok di tangan Purbasari secara mengenaskan membuat para perampok yang lainnya semakin marah. Mereka melakukan serangan semakin membabi buta. Beberapa kali Purbasari harus berjumpalitan menghindari serangan senjata tajam lawan-lawanya yang semakin membahayakanya. Sehingga Purbasari memutuskan untuk segera mengakhiri perlawanan mereka dengan cara mengerahkan Jurus Naga Bayu.
"Hyaaattt! "
Tubuh Purbasari berputar kencang sampai tidak terlihat dan menciptakan pasaran angin yang sangat kencang juga dahsyat yang mampu menerbangkan apapun di sekelilingnya. Para perampok yang tengah mengeroyoknya beterbangan terbawa ke dalam pusaran angin. Jurus Naga Bayu yang dikerahkan Purbasari merupakan jurus dari kelima jurus Avatar Naga Panca Mahabhuta yang diajarkan oleh ayahnya yang merupakan jurus pengendali lima unsur alam semesta. Jurus Naga Bayu adalah jurus naga angin. Purbasari sudah menguasai kelima jurus ini namun baru tingkat dasar saja. Tapi inipun sudah cukup mengerikan. Tubuh-tubuh para perampok yang beterbangan dilemparkan begitu jauh ke segala penjuru oleh angin yang menderu dahsyat.
Setelah merasa telah berhasil mengalahkan semua perampok Purbasasari menghentikan pengerahan jurusnya, tubuhnya berhenti berputar. Ia berdiri tegak sambil mengatur nafas untuk memulihkan keadaannya. Sampai keadaannya benar-benar pulih kembali. Namun Purbasari keliru karena menyangka telah mengalahkan semua perampok.
KAMU SEDANG MEMBACA
Darah Naga
AksiKisah heroik, tentang perjuangan seorang gadis manusia setengah Naga bernama Purbasari ayu wangi,yang menggantikan ayahnya dalam berjuang menghadapi para naga jahat dari planet Vatala yang datang menginvasi Bumi. Berlatar kerajaan-kerajaan Nusantara...