Episode 6

341 10 0
                                    


***

Sang Rani berada di suatu tempat yang benar-benar indah. Bunga-bunga nan cantik bermekaran beraneka jenis dan warna. Kupu-kupu dengan sayap indah beterbangan di atasnya. Burung-burung cantik beraneka jenis bertengger di atas dahan-dahan pohon sambil perdengarkan suara kicau merdu yang riang bersahut-sahutan. Danau yang sangat luas berselimut kabut tersaji elok dihadapanya. Sungguh pemandangan yang memanjakan mata.

Di pinggir danau tertambat perahu bercadik dengan seorang pria bercamping yang berdiri di dekat perahu sambil memegang dayung. Pria itu memanggil Sang Rani.

"Gusti Sri Maharani mari naik perahu hamba, hamba akan membawa Gusti Sri Rani ke sebuah Nusa di tengah danau. Di sana ada sesuatu yang menakjubkan! "

Tanpa menunggu anggukan setuju dari Sang Rani, pria itu lantas menjemputnya dan membimbinya naik ke atas perahu. Perahu di dorongnya ke tengah lalu pria itu naik di belakang dan mulai mendayung. Perahu mulai melaju ke tengah, berpapasan dengan beberapa ekor angsa yang sedang berenang. Perahu semakin meninggalkan daratan, menembus pekatnya kabut yang menyelimuti permukaan danau.

"Ki silah ini siapa, bolehkah aku tahu siapa diri Ki Silah? "tanya Sang Rani.

" Mohon maaf Gusti, hamba akan memberi tahu siapa hamba setelah sampai di Nusa yang dituju! "jawab pria itu.

Pria bercamping misterius ini mengenakan cadar sehingga wajahnya tidak terlihat. Namun suaranya seperti sudah tidak asing di telinga Sang Rani. Seperti suara orang yang pernah dekat dengannya. Namun Sang Rani enggan memaksa untuk mengetahui siapa dia.

Ikan-ikan berwarna-warni yang indah dan bercahaya menampakkan diri berenang ke permukaan danau. Ini membuat Sang Rani semakin takjub. Sebab, adakah Ikan yang bercahaya? Pikir Sang Rani. Sehingga walaupun permukaan danau diliputi kabut pekat namun tidak membatasi pandangan mata karena cahaya yang berasal dari Ikan-ikan itu menjadi penerang.

Samar-samar Nusa mulai terlihat. Pria misterius semakin semangat mendayung perahu sehingga laju perahu semakin cepat. Sang Rani hanya terpaku diam memandang ke arah Nusa yang semakin di dekati semakin terlihat besar. Sampai Sang Rani melihat sesuatu yang menakjubkan dimana terlihat pohon Kiara (Pohon Beringin) yang luar biasa besar dan berdaun rindang, tumbuh di tengah tengah Nusa. Saking besarnya sampai terlihat seperti payung raksasa yang menaungi seluruh Nusa.

"Gusti, Nusa yang akan kita singgahi bernama Nusa Kiara Payung. Sesuai dengan adanya pohon Kiara raksasa yang tumbuh di tengah Nusa , yang rindang daunya sampai memayungi seluruh Nusa. Pohon itu dikeramatkan dan di puja oleh para penduduk di sekitar danau! "terang pria misterius.

Daratan Nusa sudah menanti perahu mereka yang akan segera menepi. Tak perlu waktu lama perahu akhirnya menepi juga. Pria bercamping segera melompat turun dari atas perahu lebih dulu untuk menambatkan perahu. Kemudian membantu Sang Rani untuk turun dari perahu. Pria itu mengajak Sang Rani untuk melihat batang pohon Kiara raksasa secara lebih dekat. Sang Rani mengikutinya saja tanpa banyak bicara.

Orang-orang bertubuh raksasa terlihat berkumpul mengitari batang pohon Kiara raksasa, entah berapa ratus jumlah mereka. Sepertinya mereka sedang melakukan ritual upacara pemujaan yang ditujukan untuk pohon Kiara. Secara serempak orang-orang itu melakukan sembah sujud yang dipimpin oleh salah seorang dari mereka yang mengenakan mahkota dari rangkaian tulang. Sang Rani yang melihat pemandangan itu terkejut bukan kepalang dan bersikap waspada. Sebab Sang Rani tahu bahwa mereka adalah kaum Asura yang terkenal suka memangsa manusia. Raut kecemasan tampak jelas tergambar di wajah cantik Sang Rani.

"Gusti tidak perlu cemas, mereka adalah para penduduk sekitar danau dan mereka tidak berbahaya!". Kata pria misterius meyakinkan Sang Rani.

Para Asura menghentikan kegiatan mereka ketika menyadari kehadiran dua manusia ini. Mata para Asura tertuju kepada kedua orang ini. Cahaya menyilaukan keluar dari telapak tangan pria misterius ini, cahaya itu membentuk menjadi sebuah tombak dengan ujung Kujang. Melihat tombak itu, para Asura serempak bersimpuh menghaturkan sembah penghormatan kepada pria ini.

"Siapa sebenarnya kamu ini Ki Silah , ayo katakan?! ". Kata Sang Rani dengan tatapan mata tajam.

" Dinda pasti sangat mengenalku! ".

" Apa?!. Kamu sebut aku dinda, memangnya siapa kamu?! ".

Pria misterius membuka camping dan cadarnya. Sang Rani amat terkejut melihat siapa sebenarnya dia. Sang Rani sangat mengenalnya sekali.

" Ka... Ka.. Kanda Arya Taksaka rupanya kau! ". Kata Sang Rani dengan terbata bata.

"Iya ini aku dinda! ".

Mata Sang Rani tampak beringas, sepertinya dia tidak senang dengan laki-laki ini. Kedua belah tangannya dikepalkan. Kemudian memaki laki-laki ini.

" Dasar naga penipu!. Kenapa kamu menampakkan dirimu lagi kepadaku! ".

" Sabar dinda, mungkin engkau menolak kehadiranku karena kebencianmu terhadap naga. Tapi apakah kau akan menolak kehadiran buah cinta kita? ! ".

" Ibu...! ".

Seorang gadis kecil yang cantik tiba-tiba muncul dan memanggil Sang Rani sebagai Ibu. Gadis kecil itu mendekati Sang Rani sambil tersenyum manis seperti apsari kahyangan. Sang Rani amat terperanjat dengan kehadirannya. Naluri seorang Ibunya mengatakan bahwa gadis itu memang anaknya.

"Apa... Apakah kau benar-benar anaku! ". Kata Sang Rani dengan terbata bata.

" Iya Ibu! ". Jawab gadis itu.

Sang Rani meraba kedua pipi halus gadis itu. Gadis itu memegang kedua belah tangan Sang Rani sambil tetap tersenyum manis. Rasa rindu dan haru membuncah di dada Sang Rani.

" Benarkah engkau ini adalah Purbasari anaku,mimpikah ini! ". Kata Sang Rani.

" Engkau tidak sedang bermimpi dinda, di hadapanmu ini benar-benar putrimu Purbasari. Lihatlah anak kita baik-baik, dia manusia sama seperti dirimu. Tidak ada ciri ciri naga sedikitpun darinya kecuali kesaktian yang dimilikinya! ". Terang Arya Taksaka.

Sang Rani memeluk Purbasari, menumpahkan rasa rindu dan haru yang sudah tak terbendung. Purbasari balas memeluknya sehingga keduanya berpelukan mesra. Cukup lama keduanya berpelukan sampai akhirnya sosok Purbasari yang tengah dipeluk oleh Sang Rani berubah menjadi cahaya putih yang melesat pergi meninggalkan Sang Rani, masuk ke dalam danau. Sang Rani merasa sangat dipermainkan.

"Kanda,pasti ini perbuatanmu kenapa kau pertemukan aku lalu kau pisahkan lagi aku dengan anaku! ". Protes Sang Rani.

" Sabarlah Dinda, Purbasari akan segera datang padamu di alam nyata. Tempat ini hanyalah dunia gaib yang seperti nyata namun tak nyata! ". Jawab Arya Taksaka.

Kemarahan tergambar jelas di wajah Sang Rani. Tapi Arya Taksaka menanggapinya dengan tenang.

" Dinda, ketahuilah Arcapada berada dalam ancaman apabila aku gagal menghentikan ambisi Permoda yang tak lain dari adikku sendiri. Aku membawamu kemari bermaksud untuk berpamitan sekaligus meminta maaf padamu yang telah membuatmu tertipu hingga harus menjalin hubungan cinta dengan naga sepertiku. Apabila aku gagal menghentikan ambisi adikku. Maka aku berharap putri kita Purbasari akan mampu melindungi Arcapada dari ancaman para naga pimpinan Permoda! ". Kata Arya Taksaka panjang lebar.

Arya Taksaka kemudian menyerahkan Tombak miliknya kepada Sang Rani

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Arya Taksaka kemudian menyerahkan Tombak miliknya kepada Sang Rani.

" Dinda kutitipkan Tombak ini padamu. Apabila nanti Purbasari telah datang menemuimu berikanlah padanya! ". Kata Arya Taksaka.

Sang Rani menerima Tombak itu, Arya Taksaka tersenyum lega. Dia menatap Sang Rani penuh arti.

" Ketahuilah dinda, para Asura Nusa Kiara Payung akan menjadi abdi bagi siapapun yang menjadi pemegang Tombak pusaka Kudi Hyang. Karena mereka sudah terikat sumpah. Mereka sangat kuat dan ganas sehingga tidak diragukan apabila harus melawan para naga! ". Kata Arya Taksaka kemudian.

Darah NagaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang