Episode 10

273 10 0
                                    

* * *
Tiga orang berkuda yang sama-sama mengenakan cadar berpacu ke arah padepokan Pakujajar. Mereka melaju beriringan menapaki jalan tanah yang gersang berdebu. Orang yang berkuda paling depan adalah Pangeran Kumarapati, sedang dua orang lain yang mengikutinya tak lain dari Lira, gadis cantik jelmaan Naga Emas dan Panji Manggala pemuda tampan dan gagah yang merupakan seorang Senapati muda yang menjadi kawan dekat Pangeran Kumarapati.

Setibanya di depan gapura padepokan ketiganya dihadang oleh empat orang Cantrik padepokan. Namun tatkala tiga orang ini membuka cadar yang menutupi wajah masing-masing, keempat Cantrik segera berlutut sambil merangkapkan kedua telapak tangan tanda menyembah. Karena tahu siapa orang yang sedang mereka hadapi. Salah seorang Cantrik berkata mewakili kawan-kawanya.

"Sembah kami Pangeran, maafkan kelancangan kami. Karena kami tidak tahu kalau yang datang adalah Pangeran, keponakan Ajar Ageung kami! ".

" Sudahlah aku memakluminya, berdirilah dan antarkan kami untuk menemui Ajar Ageung ! ". Jawab Pangeran.

" Sumuhun dawuh Gusti Pangeran! ". Jawab Cantrik itu.

Cantrik itu mengantar ketiganya menemui Ajar Ageung di kediamanya. Ajar Ageung menyambut kedatangan mereka dengan ramah. Mereka bertiga dipersilahkan duduk. Sementara Cantrik yang mengantar mohon diri.

" Sudah lama sekali rasanya kau tidak datang berkunjung kemari, kau kemana saja keponakanku!? ". Kata Ajar Ageung membuka pembicaraan.

" Ketahuilah Paman, selama ini aku tengah mempersiapkan sebuah rencana besar yang akan mengubah takdir hidupku. Kuharap Paman turut membantuku! ". Jawab Pangeran Kumarapati.

" Rencana besar apa itu keponakanku? ". Tanya Ajar Ageung penasaran.

" Aku akan merebut tahta kerajaan dari Kanda Kusumapati dengan rencana yang telah lama kususun! ". Jawab Pangeran Kumarapati sambil mengepulkan tangan, tatapan matanya tampak menyala penuh ambisi.

" Oh, benarkah itu keponakanku. Tapi apakah caramu itu telah benar-benar sudah kau perhitungkan dengan baik keponakanku?! ". Kata Ajar Ageung.

" Jangan pernah meragukanku paman, aku yakin upayaku ini tidak akan gagal. Sebab aku sudah memiliki sepuluh ribu pasukan naga yang kuat serta perwira-perwira istana sudah banyak yang memihaku. Terlebih lagi apabila paman bersedia membantuku dengan cara mengerahkan murid-murid padepokan Pakujajar. Serta paman juga dapat mempersatukan sisa-sisa pasukan karaman Salakabentar yang tercerai berai untuk bersama-sama membantu perjuangan kita! ". Terang Pangeran Kumarapati.

Mendengar penjelasan demikian dari sang keponakan. Ajar Ageung manggut-manggut mengiyakan. Raut wajahnya yang berwibawa kini tampak berseri.

" Sungguh dewata benar-benar maha adil. Kehancuran akhirnya akan dibalas dengan kehancuran pula. Dulu Medang Kahirupan telah menghancurkan negriku. Sekarang keturunan Medang Kahirupan sendiri yang berdarah Salakabentar akan berbalik menghancurkan Medang Kahirupan. Sungguh pembalasan yang sempurna!! ". Pikir Ajar Ageung.

" Lantas bagaimana rencanamu itu keponakanku?! ". Ajar Ageung lantas berkata.

Pangeran Kumarapati lalu menjelaskan rencananya secara rinci kepada sang paman. Sang paman menyimaknya dengan seksama sampai dengan selesai. Setelah puas mengutarakan semua rencananya Pangeran Kumarapati lantas berkata.

" Peran paman sangat penting bagi tercapainya keberhasilan upayaku merebut tahta. Setelah nanti kerajaan berada dalam genggamanku, maka aku akan membangunya menjadi sebuah kerajaan terkuat di Arcapada dan paman akan selalu berada bersamaku sebagai penasehatku ?! ".

" Tentu saja keponakanku, paman akan berusaha sebisa mungkin untuk membantumu!". Jawab Ajar Ageung.

"Terima kasih atas kesediaan paman!". Kata Pangeran Kumarapati dengan penuh rasa gembira.

Setelah itu, Pangeran Kumarapati mohon diri dari hadapan sang paman diikuti oleh kedua kawanya. Sang Pangeran hendak beristirahat karena lelah sehabis menempuh perjalanan jauh menuju padepokan Pakujajar yang ditinggali pamanya ini. Sementara Ajar Ageung tetap duduk bersila di tempatnya sambil termenung. Ingatanya kembali ke dua puluh tahun silam.

Saat itu Ajar Ageung adalah seorang pangeran mahkota kerajaan Salakabentar bernama Pangeran Dharma Wirapaksi. Hari-harinya disibukan dengan belajar ilmu tata negara, tata praja dan olah keprajuritan. Sebagai persiapan untuk bekal kelak dirinya saat menjadi Narpati.

Namun takdir hidupnya seketika berubah saat Prabu Anggadipati dengan pasukannya yang besar dan kuat menyerbu kutaraja Salakabentar. Pangeran Dharma Wirapaksi bersama ayahnya, Prabu Dharmagupta tampil memimpin balatentara Salakabentar yang berjuang mempertahankan kedaulatanya. Perang berkobar dengan sengit, banjir darah tumpah di tanah Salakabentar.

Rupanya balatentara Medang Kahirupan mampu mengungguli pertempuran. Kutaraja mampu dimasuki dan istana dikepung rapat. Pangeran Dharma Wirapaksi dan Prabu Dharmagupta beserta para Senapati dan para prajurit yang tersisa berusaha mempertahankan istana habis-habisan. Sampai Prabu Dharmagupta tewas terbunuh dan istana akhirnya dapat direbut musuh. Sementara Pangeran Dharma Wirapaksi segera meloloskan diri.

Istana Salakabentar yang yang megah dan indah dibakar musuh. Pangeran Dharma Wirapaksi hanya dapat melihatnya dari atas bukit dari kejauhan. Api membakar istana dengan cepat. Sekaligus membakar hati Sang Pangeran yang panas oleh kobaran dendam.

"Ayahanda, maafkan aku, aku terpaksa melarikan diri. Mereka telah menghancurkan negri kita. Aku bersumpah akan melakukan pembalasan yang setimpal untuk mereka!". Berkata Pangeran Dharma Wirapaksi dengan perasaan demdam membara.

Darah NagaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang