Episode 5

314 10 1
                                    

"Awas nak, di belakangmu!".

Mendengar peringatan itu, Purbasasari cepat bereaksi dengan berjumpalitan ke kiri menghindari serangan yang menderu dahsyat yang datang dari arah belakangnya.

Ternyata serangan yang menderu dahsyat itu adalah gada yang melesat,gada itu hanya menghantam pohon yang menyebabkan robohnya pohon. Lalu gada itu melayang kembali kepada pemiliknya. Seorang lelaki tinggi besar berwajah sangar yang sempat berhadapan dengan saudagar.

Purbasasari kembali waspada, senjata Kujang digenggamnya erat. Dengan kemampuan yang dimilikinya, Ia dapat merasakan Cakra yang memancar begitu kuat dari sosok lelaki ini.

Lelaki tinggi besar memperlihatkan kesaktian dengan perdengarkan suara tawanya yang keras menggelegar seperti suara tawa Asura yang bisa membuat bumi bergetar. Membuat orang-orang tak tahan mendengarnya sehingga menutup rapat telinga. Begitu pula yang dilakukan Purbasari yang merasa tak tahan juga mendengarnya.

Purbasasari mencari cara untuk menghentikan lelaki itu tertawa. Sampai Purbasari melihat batu sebesar kepalan tangan di hadapanya. Lantas Ia menendang batu itu mengarah kepada lelaki itu. Batu melesat ke arah sasaran yang dengan telak masuk ke mulut lelaki ini. Membuatnya berhenti tertawa akibat mulutnya tersumpal batu. Kali ini giliran Purbasari yang tertawa-tawa mengejek. Semua orang yang melihat kejadian ini ikut tertawa. Mereka puas melihat seorang kepala dari para perampok yang telah mencelakai mereka ditimpa hal memalukan seperti ini.

Lelaki tinggi besar melotot marah. Batu di mulutnya segera hancur dikunyah di mulutnya hingga terdengar suara "kres... kres... kres...!". Setelah itu Ia memuntahkanya.

"Keparat kau anak kecil, aku akan segera membunuhmu! ". Ancamnya.

" Heaaa...!".

Lelaki tinggi besar besar bersalto ke udara dan terjangkan gada, ganas. Purbasari cepat menghindar dengan berjumpalitan ke belakang. Sehingga terjangan gada hanya menghantam tanah yang membuat tanah hancur retak. Lelaki ini terus memburu Purbasari dengan hantaman gada mautnya.

Purbasasari dengan gerakan lincahnya mampu menghindari setiap pukulan gada dengan mudah. Tapi serangan lawan yang begitu gencar membuatnya sulit untuk mendapatkan kesempatan melakukan serangan balasan. Apalagi Ia hanya bersenjata Kujang yang merupakan senjata pendek yang kurang lebih seperti pisau belati. Sehingga sulit untuk menjangkau lawan. Sementara lawan yang bersenjata gada dapat lebih leluasa menyerangnya.

Badan lawan yang tinggi besar seimbang dengan tenaganya yang sangat kuat. Sangat mudah baginya mengayunkan gada yang berat. Pohon-pohon tumbang dan batu-batu besar hancur dihantam pukulan gada ketika Purbasari berlindung di baliknya.

Purbasasari terus menanti kesempatan untuk balas menyerang. Sampai dalam suatu kesempatan ketika lawan agak limbung terbawa tenaganya sendiri. Purbasari cepat menerjang dan siap tikamkan Kujang. Tapi tanpa terduga lawan mengibaskan gadanya yang membuat pergelangan tangan Purbasari terkena hantam. Sehingga membuatnya Kujangnya terpental lepas dari tanganya.

Purbasasari cepat melompat mundur,tangannya yang terkena hantam terluka parah. Ia meringgis kesakitan, darah mengucur dari tanganya yang terluka. Lelaki tinggi besar kembali menerjangkan gada. Namun lagi-lagi mampu dihindari Purbasari. Bahkan Purbasari sempat mencipratkan darahnya ke mata lawan yang membuat penglihatan lawanya terganggu. Sehingga Purbasari memiliki kesempatan untuk menyerang lawan. Kesempatan ini tidak disia-siakanya. Pisau Kuku Naga di tangan kiri dikeluarkan lantas Ia berkelebat dengan sigap menikam dada lawan.

"Aaaakh...! ".

Sang Kepala rampok menjerit kesakitan sebelum akhirnya roboh tak bernyawa. Para anak buah saudagar yang terselamatkan dari pembantaian bersorak gembira atas kemenangan Purbasari. Mereka kagum dengan kehebatan gadis kecil yang manis namun jagoan ini.

Darah NagaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang