Chapter 5 Honest Feeling

575 17 2
                                    

Aku menatap jam dinding didepanku, mendengarkan guru mengoceh semakin membuatku tidak sabaran. Elisabeth terus menatapku sambil tersenyum, sementara Momo hanya melirik-lirik ke arahku.

"Ayo cepat-sepat." Kataku dalam hati.

Kring..Kring.. Suara bell yang kutunggu akhirnya berbunyi. Aku pun segera menuju ke meja sebelahku.

"Aku sholat dulu ya momo." Kataku sambil berdiri didepannya.

"Iyah." Jawabnya mengangguk.

"Heeh.. Apa yg aku lewatkan?" Elisabeth menyela sambil tersenyum memegangi tangan Momo yang sedang merapikan buku nya.

"Bukan hal yang menarik Elisabeth." Jawabku tersenyum berharap membuatnya penasaran.

Setelah menyelesaikan kewajiban ku, aku pun segera bergegas keruang misterius itu, dengan jalan memutar, aku berharap tidak mendapatkan tatapan dingin dari keramaian siswa lagi.

Akan tetapi aku justru menemui hal yang tidak terduga. Anak kecil yang menendangku saat istirahat tadi sedang mondar-mandir menatapi dengan serius bermacam jajanan didepannya. Aku yang penasaran menghampirinya dengan perlahan.

"Yo.. Bingung mau milih yang mana?" Tanyaku sambil berdiri disampingnya.

"Iyah... Serabi, putu mayang, piscok, martabak, kue pancong... hmm yang mana ya." Jawabnya sambil terus menatap kue pancong yg sedang disajikan didepannya.

"Kenapa ga cobain satu-satu?, kamu kan sekolah disini besok coba yang lain lagi." Kataku sambil menatap matanya yang berbinar-binar.

"Wah oniichan benar-benar jenius! Bu kue pancong nya 20 ya!" Seru cewe imut itu sambil mengeluarkan mata uang asing didompetnya. 10 ribu yen uang kertas yang dia keluarkan. Dalam hati aku bergumam "Baru kali ini orang dipanggil jenius karna kue pancong."

"Maaf de kita ga menerima uang asing." Ujar sang ibu penjual kue pancong sambil menatapku.

"Heeeehh... kenapa? Aku kan belum sempat menukarkan uang nya." Kata cewe imut itu sambil mengkerutkan keningnya.

"Gapapa bu biar aku yang bayar." Aku pun segera mengeluarkan selembar uang 20 ribuan dari kantongku.

"Ih beneran nih oniichan?, Nanti besok pasti aku ganti oniichan, aku janji oniichan." Seru cewe imut itu dengan sorot mata yang berseri-seri, tidak melepaskan pandangannya dari kue yang sedang disiapkan oleh ibu penjual kue itu.

"Tapi apa habis kamu segitu? Ukurannya cukup besar loh." Tanyaku sambil menunjuk kantong pelastik yg sudah ditangannya.

"Nihihihi... Gapapa oniichan, ini kan untuk berdua. Matta ne oniichan, makasih ya!" Cewe imut itu pun dengan tergesa meninggalkanku.

"Jangan lari lagi nanti jatoh lagi."

"Jatoh lagi?, oh iya oniichan namaku Yuki, aku masih kelas satu, salam kenal ya." Cewe itu berbalik sambil memperkenalkan dirinya, lalu pergi begitu saja dengan cepat.

"Padahal aku belum memperkenalkan diri.. tapi perasaan kok ada yang aneh ya, apa ya.. Itu ga penting, momo kan udah nunggu aku." Gumamku.

Aku segera berlari sekuat tenaga menuju ruang klub baru kita itu. Melewati tempat gadis kecil itu menendangku tadi siang. Memutar melewati taman belakang sekolah. Terus melewati lab fisika.

"Yo momo dah lama nunggu? Kenapa ga masuk aja?" Tanyaku sambil menatap gadis yang sedang berdiri disamping pintu.

Momo hanya mengangguk lalu masuk keruang itu. Aku mengikutinya dari belakang, membiarkan pintunya terbuka. Momo lalu duduk disofa menundukkan kepalanya dengan canggung. Aku mengambil remote AC yang ada dimeja, kemudian mematikannya. Aku melirik momo yang hanya duduk diam sambil merapikan poni rambutnya. Perasaan tidak nyaman yang kurasakan itu berangsung beberapa saat.

Satria Nusantara High School Detective Case 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang