Chapter 20 Dead star

154 12 0
                                    


Miniatur boneka imut terlelap dikaki Momo. Sementara sang kakak asik menerbangkan drone miliknya diantara kerumuan massa yang bergerak tak beraturan, melalui kamera Smartphone ditangannya, dengan sorot mata berbinar gadis kecil itu mengintai pesona panggung gemerlap dibawahnya. Tarian laser indah yang menyorot monas dan air terjun yang berwarna-warni menambah spesial malam itu. Masih ada satu jam lagi sebelum pertunjukan utamanya. Akan tetapi polisi yang kuharapkan justru malah serius mengawasiku dengan pakaian premannya. Mungkin ini sebabnya mereka tidak meminta bantuanku sampai akhir. Mereka masih terjebak dengan nama yang tertera dalam surat pertama Elisabeth. Aku tidak menyalahkan mereka karena mencurigai seseorang memanglah tugas mereka. Namun sebentar lagi mereka mungkin akan kalang-kabut dengan kejadian yang akan disaksikannya. Melihat ilusi indah yang dibuat oleh Elisabeth, gadis jenius yang menganggap semua ini bagian dari sebuah permainan penghilang rasa bosannya.

"Satria.." Momo memanggilku dengan wajah yang cemas.

"Ada apa Momo?"

"Bisa bantu aku? Sepertinya Kakiku kesemutan. Tolong ambilkan tas itu, aku akan menjadikan bantalan untuk Yuki." Pinta Momo sambil tersenyum kecil.

"Ini.. Biarkan aku membantu mengangkat kepalanya." Ucapku seraya membawa tas pink milik Momo.

"Terima kasih." Balas Momo.

Aku kemudian duduk diatas tikar yang kubawa dari rumah. Momo mendekat duduk disampingku, merentangkan kakinya, Stoking hitam dan celana rok yang casual menjadi pilihannya hari ini.

"Aku tidak menyangka gadis kecil seperti Yuki mempunyai nafsu makan yang luar biasa ya Momo?"

"Iyah, kerak teror, kacang rebus, kue putu, selendang mayang, bakso malang, hampir semua jajanan disini dia makan. Aku sampai khawatir kalau nanti perutnya sakit."

"Mungkin di dalam perutnya itu ada Black hole Momo san."

"Iyah..iyah.. Mungkin juga ya." Momo terkekeh geli memegangi perutnya.

"Nah gitu dong Momo san, wajahmu lebih lebih manis jika seperti itu. Ada apa Momo san?" Aku bangkit sembari menjulurkan tanganku membantunya berdiri.

"Eh-eh.. Curang kamu selalu saja bisa mengatakan hal seperti itu dengan mudah.." Momo tersipu menutupi wajahnya.

"Aku juga tidak tau mengapa, saat bersamamu, aku selalu tidak bisa mengontrol kata-kataku dengan baik. Maaf kalau itu membuatmu tidak nyaman."

"Bukan-Bukan begitu maksudku! Hanya saja.. Haaaaah...Sudahlah.. Cepat belikan aku minum aku haus." Momo yang tampak kesulitan menjawab pertanyaan itu mengacak-ngacak rambutnya.

"Aku tidak mengerti. Apa aku berbuat salah lagi?" Gumamku dalam hati.

Khawatir aku membuatnya bertambah marah aku pun segera beranjak dari tempat kita bersantai. Melangkahkan kakiku pelan menuju sosok gadis kecil yang tampak sedang tersenyum sendiri.

"Yo Hana." Sapaku.

"Ada apa? Kamu merusak pemandanganku."

"Ih dingin sekali." Aku memeluk tubuhku sendiri, mengaharapkan belas kasiannya.

"Buruan mau apa?"

"Aku cuma mau nawarin minum, aku mau beli minum, kamu mau ga?"

"Bilang kek daritadi. Aku mau teh botol aja."

"Siap nona manis!"

"Baka!" Seru Hana sembari tersipu.

Setelah memberi hormat kepada gadis didepanku, aku kemudian memutar badanku seraya berjalan layaknya seorang anggota Paskibraka.

Satria Nusantara High School Detective Case 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang