Chapter 17 HanaYuki

192 12 0
                                    


"Ruangan ini benar-benar sepi ya kalau tidak ada Momo."

Aku bergumam sambil merebahkah tubuhku diatas sofa yang empuk. Memandangi kipas angin yang berputar cepat. Tidak ada klien, tidak ada Fani dan Anggie, hanya ada aku seorang. Membosankan memang, tapi dengan tubuhku yang masih terasa sakit dan nyeri, sesekali bermalas-malasan seperti ini juga tidak begitu buruk.

Saat ini Momo sedang apa ya? Dia meninggalkan aku sendirian diruangan ini. Kalau dia tidak segera berbaikan dengan ayahnya, aku akan mencubitnya besok. Ya walaupun dia berhasil berbaikan juga, tetap saja aku akan mencubitnya. "Hihihi." Aneh ya padahal aku tidak ingin membuatnya menangis, tapi aku justru mulai menikmati membullynya kadang-kadang.

Ah panjang umur rupanya. Sebuah pesan singkat masuk terlihat dilayar Smartphoneku yang menyalah.

Satria kun, Hari ini Momo akan malam dengan Papah \(^_^)/ Doakan semuanya berjalan baik ya (^.^):)

Membacanya aku tak kuasa menahan ujung bibirku yang terangkat dengan sendirinya. Ini solusi yang terbaik, komunikasi adalah kunci utama dalam sebuah hubungan, baik itu keluarga maupun pertemanan. Asalkan terbangun dengan baik, pertengkaran kecil atau pertengkaran besar pasti bisa dilewati dengan mudah.

Ngomong-ngomong soal pertengkaran, aku harap juga saudara kembar itu sudah berbaikan. Aku sudah mengikhlaskan tubuhku tersengat Stun gun, kalau mereka masih bertengkar, aku benar-benar akan menculik Hana. Ya tentu saja aku juga akan menculik Yuki juga. Mereka seperti satu paket kan? Jadi aku akan membawa pulang keduanya. Mempunyai adik perempuan yang imut, itu kan impian semua laki-laki. Tunggu dulu... Kalau Hana mengetahui pikiran jahatku ini, pasti dia akan berteriak "Lolicon, Pedophil, Hentai!"

"Permisi.." Berbarengan dengan suara ketukan pintu, suara perempuan terdengar merdu.

Aku bangkit dari lamunanku. Merapikan seragamku yang kusut lalu duduk tegak diatas sofa.

"Silahkan masuk." Kataku lantang.

Seorang wanita muda dengan paras yang cantik dan penampilan yang terlihat dewasa masuk keruangan yang tadi hening. Tubuhnya yang mungil terlihat kontras dengan tampilan dewasanya yang tampak dengan jelas. Blazer hitam dan rok hitam yang berpadu elegan menambah sisi kematangannya. Seraya menatapku wanita itu membuka mulutnya dengan perlahan.

"Satria ya? Aku ditugaskan kepala sekolah untuk mengawasi, eh bukan maksudku membimbing kalian menjalankan aktikfitas klub kalian. Kalau boleh tau aktifitas seperti apa yang kalian lakukan. Si Nitta itu tidak memberitahukanku dengan baik."

"Ah iya, Ibu Nitta juga pernah bilang soal kedatangan ibu. Aktifitas ya, kalau dibilang klub detektif mungkin akan sedikit berbeda sih. Kita bahkan hanya punya satu klien sejauh ini, susah juga menjelaskannya. Tapi yang pasti, sesuai dengan keinginan klien, kita akan melakukan penyelidikan, investigasi, mencari kebenaran dan tentu saja memberikan solusi dari masalah yang dialami klien. Ya semacam itu lah Ibu.."

"Oh ya.. Ibu lupa mengenalkan diri. Nama ibu Mei Oshima. Ibu akan membantu kalian menjalankan kegiatan klub ini dengan sebaik-baiknya. Jangan sungkan untuk meminta apapun ya." Ujarnya sambil tersenyum hangat

"Ah iya Ibu Mei, sebenernya ada satu lagi anggota klub ini, tapi saat ini dia tidak bisa hadir karena ada urusan keluarga."

"Nit-nit sudah memberitahukan juga soal itu. Maaf ya Satria hari ini ibu masih sibuk dengan masalah administrasi dan semacamnya, jadi ibu tidak bisa berlama-lama hari ini."

"Administrasi? Ibu baru pindah disini? Sebelumnya ibu mengajar dimana?"

"Oh iya, ibu lupa sesuatu yang sangat penting. Sebenernya ibu baru memulai pekerjaan ini. Jadi.. Yoroshiku nee." Balasnya sembari memamerkarkan lesung pipinya yang manis.

Satria Nusantara High School Detective Case 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang