Chapter 8 Gema yang Bersahutan

426 18 2
                                    

Suara gemuruh terdengar dari dalam ruangan, rintik-rintik hujan menyelinap melalui rengangan kecil jendela berwarna biru muda, tetesan air yang keluar dari keran westafel, dipadukan sempurna dengan suara hisak tangis dari anak perempuan berseragam putih abu-abu. Momo tetap duduk disampingnya dengan setia. Wajahnya yang lara menunjukan kepeduliannya atas sahabat yang berada dalam dekapannya.

Fani mulai menghentikan tangisannya, Momo membasuh pipinya yang basah dengan perlahan. Nafasnya masih tidak beraturan, wajahnya memamerkan pertanyaan-pertanyaan yang ditahannya. Sementara Satria duduk tertunduk dengan kepalanya yang masih diperban, merubah pandangannya lalu mengambil nafas panjang.

"Jadi Fani apa kita bisa memulainya sekarang? Kamu membuang-buang waktuku yang berharga." Kata Satria dengan pandangan kosong.

Momo terkejut mendengar kalimat sinis yang diucapkan partnernya, perasaan kesal meluap-luap, dadanya terasa panas, membuatnya tidak sadar telah menatap laki-laki didepannya dengan penuh kebencian. Momo yang berfikir bahwa Satria adalah pria yang baik, mulai meragukan pemikirannya yang naif.

"Apakah ini jati dirinya yang sebenarnya? Kemana Satria yang menguburkan anjing malang yang ditemukannya? Kemana Satria yang peduli dengan orang-orang sekitarnya? Dimana Satria yang menatapku dengan penuh kekhawatiran? Apa selama ini aku salah? Aku bahkan baru dekat dengannya beberapa hari ini. Apa aku boleh menjudgenya dengan satu kalimatnya yang dingin?" Momo bergumam dalam hatinya penuh prasangka.

Fani berusaha bangkit. Momo pun membantunya berdiri, bagaikan anak kijang yang baru lahir, kakinya masih terlihat sangat lemah. Momo terus membantunya berjalan, sampai dia tepat berdiri tepat didepan pria itu. Pria yang menatapnya dengan dingin.

"Jadi Fani kenapa kamu melakukannya?" Satria bertanya dengan sorot mata yang tajam. Momo menggenggam tangan Fani, tangannya bergetar kuat.

"Apa maksudnya sih?" Tanya Momo dengan lantang. Momo tidak bisa menahan amarahnya lagi. Momo yang polos merasa telah dibohongi. Sikap Satria yang selama ini baik kepadanya, berubah drastis.

"Diam Momo! Ini bukan urusanmu lagi!"

"Tentu saja ini urusanku! Fani sahabatku!"

"Hahaha..Sahabat? Jangan bercanda! Sahabat macam apa yang tidak bisa menyadari penderitaan yang dialami Fani selama berbulan-bulan! Omong kosong! Sahabat hanyalah sebuah kata yang tidak berarti bagimu! Fani yang kau kenal hanyalah persona yang kau buat sendiri dari kumpulan ketidakpedulian dan kenaifanmu."

"..." Momo yang malang tidak bisa membatahnya, semua perkataannya tepat sasaran. Semuanya benar, jika saja Momo menyadarinya sejak lama mungkin Fani tidak akan menderita. Perasaan Momo semakin bergejolak hebat, laki-laki dihadapannya, bukan lagi laki-laki yang dia kenal.

"Haaaah... Sekarang aku tanya sekali lagi, kenapa kau melakukannya Fani?" Tanya Satria sambil menghela nafas.

"Apa maksud kamu, aku ga ngerti?" Balas Fani dengan kelopak matanya yang membengkak.

"Baiklah akan kuceritakan kembali kronologis nya. Kemarin kamu datang dengan sebuah permintaan. Mencari seekor kucing peliharaanmu. Itu benar kan?"

"Iyah itu benar! Dimana kucingku sekarang?"

"Setelah mendapatkan kucingnya apa yang akan kau lakukan?"

"Tentu saja membawa pulang!"

"Yah membawa nya pulang untuk kau jadikan tameng? Atau sebagai pelampiasan dari rasa sakitmu yang terpendam?

Fani terdiam melepaskan tangannya dari genggaman Momo. Merangkul tubuhnya sendiri, seperti orang yang menggigil kedinginan. Momo kebingungan, sama sekali tidak mengerti apa yang terjadi. Sementara Satria terus menatap Fani dengan dingin tanpa rasa kasihan.

Satria Nusantara High School Detective Case 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang