Dengan mata yang masih mengantuk, aku menggaduk segelas kopi instan dengan tangan yang berputar pelan. Memasukan 7 sendok gula sambil tersenyum sendiri. Karena cepat lambat aku akan terkena diabetes menambahkan beberapa sendok gula lagi juga tidak masalah. Ini semua salahnya, kalau aku terkena penyakit diabetes atau jantung aku akan memintanya bertanggung jawab.
"Paman mau kopi?" Aku berteriak sambil menengok kearah ruang makan.
"Ah ennga usah, aku berangkat duluan ya. Jangan lupa dikunci pintunya!" Jawabnya sambil bergegas menarik tas hitamnnya yang lusuh.
Aku lalu membawa kopi yang kubuat keruang makan, seraya menguap aku kemudian meraih Remote TV yang berada diatas meja. Mencari chanel kartun kesukaanku, sambil menunggu asap kopiku yang masih menyembur keluar, aku menikmati sarapan roti tawar seperti biasa.
Semuanya kupasrahkan pada beberapa lembar kertas yang sudah kususun dengan rapi. Sebuah proposal sederhana yang kubuat semalaman. Proposal yang mungkin akan menyelesaikan masalah itu dengan baik. Semua lembaran itu akan akan lengkap kalau informasi yang kudapatkan sendiri semalaman bisa bersinkronisasi dengan baik dengan informasi yang diberikan Mami Endud nanti siang. Aku harap semuanya berjalan dengan baik. Hal yang tersulit adalah membuat Maid itu mau mendengarkan aku. Selama Momo ada disampingku mungkin itu akan sedikit mudah, akan tetapi keberadaanku yang bukan siapa-siapa membuatnya lebih rumit. Dengan kepercayaan diri yang semakin menciut aku kemudian melanjutkan aktifitasku seperti biasa. Mengunci pintu tua yang seakan memberiku sedikit semangat, berangkat menuju rumah seorang gadis yang mungkin sedang menungguku.
Entah berapa kali aku menguap sepanjang perjalanan kerumah tuan putri itu. Kopi instan itu sepertinya tidak bekerja dengan baik, atau mungkin karena waktu tidurku yang terlalu minim jadi penyebabnya.
"Yo selamat pagi Hime sama." Aku menyapa gadis yang sudah berdiri manis didepan gerbang berwarna hitam.
"Apasih." Senyuman malu gadis didepanku sedikit menarikku dari rasa kantukku yang menyiksa.
"Fani engga bareng Momo? Dia sudah pulang dari menginap di rumah Anggie kan?"
"Dia sudah duluan katanya ada rapat OSIS."
"Orang sibuk ya Fani."
"Ya begitulah." Momo tersenyum berbinar sambil memandangi langit biru yang terbentang diangkasa.
Sambil tersenyum Momo mengikuti langkahku. Rasa kantuk yang luar biasa itu tiba-tiba hilang dengan ajaib. Sepanjang perjalanan sorot matanya selalu tertuju kearahku. Memandang penuh harap tanpa berkedip. Aku sudah mengerti apa maksud pandangannya, tapi tidak ada jaminan kalau rencanaku akan berhasil. Aku juga sama sekali tidak tau bagaimana cara memuaskan pandangannya yang sedikit menyilaukan itu.
"Hei Momo san apa kamu sudah sarapan?"
"Su-sudah."
"Boong.. Kamu pasti masih marahan sama Maid itu kan?"
"Curang kamu detektif pasti tau segalanya."
"Itu hanya spekulasi tanpa dasar Momo san, lagian wajah polosmu itu tidak bisa digunakan untuk berbohong. Masih lama waktu masuknya, ayo kita duduk dulu disana sebentar." Kataku sambil menunjuk tempat duduk yang berada di dekat tempatku berdiri.
Sambil duduk disampingnya aku meraih benda kecil yang ada didalam tasku. Kotak makan kecil dengan gambar kucing kecil imut berwarna putih. Diatasnya ada sendok pelastik berwarna pink yang terlilit karet gelang berwarna merah. Kotak makan yang sudah kusiapkan sejak pagi tadi.
"Ini cepat dimakan Momo, aku buatkan spesial buat kamu, Nasi goreng Ekstra pedas dengan saus tiram."
"Eh? Buat aku?" Tanya Momo dengan wajah kebingungan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Satria Nusantara High School Detective Case 1
Misteri / ThrillerSatria Nusantara merupakan anak yatim piatu yang misterius. Ayah dan ibunya meninggal sejak kecil. Kakaknya merupakan seorang buronan teroris No 1 Putri "Desert Witch" Nusantara, walaupun CIA mengabarkan bahwa kakaknya telah mati, jasad kakaknya tid...