Chapter 18 Alchemist

184 9 0
                                    

"Hari ini benar-benar terjadi hal tidak terduga. Aku bahkan belum pernah bermimpi indah seperti ini. Dua gadis manis berjalan didekatku. Fani menyilangkan lengannya diantara lenganku. Sementara Momo memegangi lengan bajuku sambil tersipu malu. Ah.. Kalau pun ini mimpi aku tidak ingin terbangun." Gumam Satria dalam hati.

Dibawah langit yang sedikit mendung, Satria berjalan bersama kedua gadis yang dikenalnya, dengan senyum kebanggaan, dan hati yang berbunga-bunga. "Seandainya saja Yuki dan Hana ada disini juga, pasti kita kelihatan seperti keluarga besar." Ucapnya dalam hati.

Rambut kedua wanita yang berjalan mengapitnya berkibar gemulai. Bau harum yang tercampur merangsek masuk kedalam kedua lubang hidung milik Satria. Entah itu aroma syampo atau bau parfume, yang pasti pagi ini benar-benar membuat paginya terasa sangat segar. Sebelumnya Satria hanya punya satu teman disekolah itu, namun sekarang semuanya berangsur-angsur berubah, tanpa sebab dan alasan yang Satria sadari.

"Momo, Yuki, Hana, Fani, Anggie, dan tentu saja Elisabeth. Eh.. 6 teman itu termasuk banyak atau tidak ya? Ah sudahlah aku tidak peduli, aku benar-benar bahagia." Katanya sembari nyengir sendirian

"Momo san bagaimana makan malamnya?" Tanya Satria sambil terus mengimbangi irama langkah kedua gadis yang jalan beriringan dengannya.

"Hmm... Semuanya berjalan lancar.. Papah dan aku sekarang juga bisa memasang foto Mamah dirumah kami." Jawab Momo dengan nada datar.

"Ada apa Momo san?" Tanya Satria mengkhawatirkan kerutan yang tampak diwajah manisnya.

"Betsuni.." Balasnya seraya melepaskan genggaman jarinya dari seragam Satria.

"Kenapa ya? Apa aku berbuat salah? Sepertinya mood nya sedang jelek." Gerutu Satria dalam hati.

Ya inilah Satria, detektif muda yang terkenal. Teroris terkenal bisa dia sudutkan. Mata-mata asing bisa mudah Ia kelabui. Witch Hunter yang dikagumi CIA, MI6 maupun KGB itu tidak selalu sempurna. Dibalik kemampuan deduksi yang tajam. Dibalik pengamatan detailnya yang menakjubkan. Tapi kalau soal cinta dan perasaan perempuan dia sangat payah. Walaupun maksud ekspresi Momo terlihat jelas. Kecemburuan dari seorang gadis SMA yang tampak dengan transparan. Dia sama sekali tidak peka kalau soal begini. Kecemburuan Momo saat melihat cowok yang disukainya dekat dengan cewek lain, Satria sama sekali tidak menyadarinya.

"Fani bagaimana dengan Momo? Maksudku Momo kucing kamu." Tanya Satria seraya mencoba melepaskan tangan Fani dari lengannya.

"Hihihi... Aku akan menjemputnya nanti, mau ikut Satria?" Jawab Fani sambil tersenyum.

"Ah sayang sekali Fani, sepertinya aku akan sibuk dengan kegiatan klub nanti. Oh ya Momo, kemarin saat kamu tidak hadir, kita kedatangan tiga tamu yang tidak terduga. Satu diantara adalah calon guru pembimbing club kita. Dan dua diantaranya adalah anggota klub kita yang baru..."

"Biar Momo tebak, semua tamunya adalah perempuan kan?" Momo Menyela dengan tatapan curiga.

"Eh.. Dari mana Momo tau? Apa bakat detektif Momo yang tersembunyi sudah muncul?" Tanyaku heran.

"Tuh kan bener... Dasar.." Balas Momo tidak menjawab pertanyaan Satria.

"Aku merasakan ada hal yang berbeda dengan Momo hari ini. Apa ini salah satu siklus emosional bulanan dari seorang gadis atau semacamnya. Sepertinya aku harus lebih hati-hati memilih kata. Bisa-bisa aku dibanting seperti preman malang yang waktu itu. Atau bahkan mungkin dia akan menendangku tanpa ampun. Tapi bisa melihatnya sedikit ekspresif seperti hari ini, aku benar-benar bisa bersyukur. Kecantikannya tidak pernah meredup sedikitpun." Gerutu Satria dalam hati

Sampai didepan gerbang sekolah, seorang gadis manis setia menunggu kedatangan mereka bertiga. Sifatnya yang kalem dan sedikit pemalu, menjadikan dia gadis yang jauh berbeda dengan kedua sahabatnya. Walaupun jarang tersenyum, senyuman manisnya sangat dinantikan. Karena jarang tersenyum, justru membuat nilainya menjadi tinggi.

Satria Nusantara High School Detective Case 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang