Bagian 06

28.3K 2.7K 129
                                    

Bagian 06

"KAMU JAHAT, LI! KAMU BENAR-BENAR KETERLALUAN!" Aku memakinya terus-menerus. Sementara dia diam dan pasrah ketika aku pukuli dadanya, tidak melawan sama sekali. Dia menatapku datar, seolah-olah dia tidak mempunyai salah apa pun.

"Aku nggak mengerti kamu ngomong apa," tidak mengerti katanya? 

"Kenapa tiba-tiba kamu kayak begini? Kamu sadar nggak apa yang kamu lakukan ke aku itu bikin-“

"Sadar! Aku sadar sepenuhnya. Harusnya aku yang tanya kayak begitu sama kamu! Kamu sadar nggak apa yang sudah kamu lakukan itu benar-benar kejam? Hah?!"

"AKU NGGAK MELAKUKAN APA-APA!"

"BOHONG! KAMU BOHONG! Kamu pikir aku nggak tahu apa-apa tentang kamu? Aku tahu itu semua ulah kamu! Kamu tuh, brengsek! Kamu gila! Jahat! Aku kecewa sama kamu! Aku benci sama kamu!" Aku menangis meraung-raung sambil terus memukuli badannya.

"APA? APA YANG KAMU TAHU?”

"Kamu tuh, sebenarnya punya hati nggak sih? Atau hati kamu sudah mati rasa? Apa maksudnya ini?" Aku nunjukin sms dari Bintang sama dia.

"Brengsek. Terus kenapa?" Aku benar-benar tidak habis pikir padanya, "Bintang masih sering kontak kamu?"

"Jangan mengalihkan pembicaraan! Aku nggak menyangka kamu bisa sekejam ini. Kamu boleh sakiti aku sepuas yang kamu mau, tapi jangan melibatkan orang lain. Kamu nggak berpikir bagaimana nasib keluarganya? Mereka hidup dari situ, Li! Bukan dari kamu!" Aku tidak peduli sekarang di rumah sakit.

"Jadi, kamu mau aku biayai hidup mereka?"

"Aku heran. Kenapa semua orang memuji-muji kamu layaknya kamu orang paling sempurna di sini, padahal itu semua hanya topeng," aku menjeda sejenak ucapanku.

"Semua hal selalu kamu nilai dengan uang. Aku tahu kamu orang kaya, tapi nggak begini. Kamu juga hidup dari orang tua kamu, bagaimana kalau seandainya orang tua kamu yang di posisi orang itu?"

"Kamu kenapa sih, selalu memikirkan keadaan orang lain? Aku melakukan itu karena kamu! KAMU! Aku khawatir sama kamu, aku nggak mau kamu sakit! Dan aku akan melakukan apa pun sama orang yang sudah menyakiti kamu."

"Oh ya? Apa pun?"

"Iya. Apa pun. Aku akan bikin orang itu menyesal karena berani menyakiti kamu," aku tersenyum sinis mendengar ucapannya. Sama sekali tidak tersanjung atau pun merasa terlindungi. Justru, semakin merasa ingin menjatuhkan dia dari lantai atas gedung rumah sakit ini, agar dia sadar.

"Lantas, kenapa kamu nggak menghukum diri kamu sendiri? Kamu sudah terlalu banyak menyakiti aku," dia diam mendengar ucapanku. Benar kan? Dia sudah sering membuat aku sakit hati dan sakit fisik, tapi kenapa dia tidak menghukum dirinya sendiri?

•••

"Yakin hari ini mau sekolah?" Aku memutar bola mata malas mendengar pertanyaan Mama yang itu lagi, itu lagi.

"Iya, Ma. Aku sudah nggak apa-apa."

"Awas loh, ya. Jangan makan pedas-pedas lagi. Jangan bandel," aku mengangguk saja daripada tambah diceramahi. "Eh, Ali kok, nggak jemput kamu?"

Psychopath Boyfriend [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang