Bagian 08
Aku menarik napas dan memejamkan mata sejenak. "Kita putus," aku membuka mata dan menatapnya. Rahangnya mengeras dan tangannya mengepal. Dia menatapku tajam.
"Kamu bilang apa barusan?"
"Aku. Mau. Putus!" Aku menekan ucapanku. Dia melepaskan tangan gadis itu dari lengannya dan mendekatiku. Dia memegang bahuku erat.
"Lepas! Sakit, Ali! Meskipun kamu nggak cinta sama aku! Tapi kamu nggak bisa kayak begini! Kamu membawa cewek ke apartemen kamu! Sementara pacar kamu kedinginan, kelaparan, dan ketakutan di sini nunggu kamu!"
"Aku nggak akan pernah melepaskan kamu! Kamu mau bebas, kan? Aku bebaskan kamu! Tapi kalau kamu minta aku buat melepas kamu, itu nggak akan pernah terjadi! Nggak akan pernah!" Dia membuka pintu apartemennya dan menyeretku masuk.
"Aku nggak peduli! Aku mau kita putus!"
"DIAM! Aku nggak suka kamu bilang kayak begitu. Kamu milikku, selamanya. Nggak akan ada kata pisah diantara kita!"
"AKU MAU PUTUS!"
"Shit! Kamu mau kita putus, iya? Oke! Tapi aku pastikan, malam ini juga, kamu nggak akan punya siapa-siapa lagi selain aku!"
"Maksud kamu apa? Jangan macam-macam! Jangan pernah sentuh keluargaku lagi! Kamu sadar nggak, hah? Kamu minta aku buat tetap sama kamu! Sementara kamu bisa selingkuh sama orang lain, begitu? Kamu nggak bisa menyakiti aku kayak begini, Li!"
"Tahu apa kamu tentang sakit hati? Sakit yang kamu rasakan belum seberapa sama-"
"Apa?"
"Jangan pernah bilang itu lagi! Aku nggak pernah main-main sama ucapanku!"
"Lakukan apa pun! Asal kamu jangan pernah sentuh keluarga aku! Kamu mau sayat wajah aku, iya? Atau kamu mau sayat urat nadiku sekalian, iya? Aku rela mati demi orang tuaku, Li!" Aku berjalan meninggalkannya ke dapur masih dengan tangisku yang semakin menjadi. Serius. Aku sudah kehilangan akal dengan sikapnya.
Aku mengambil pisau kecil, dan menyerahkan padanya. "Ini! Ayo, sayat wajah aku! Ayo! Lakukan hal yang waktu itu gagal kamu lakukan! Ayo, Li!" Aku mengarahkan tangannya ke wajahku, "atau sayat urat nadiku sekalian! Biar kamu puas! Kamu mau aku mati, kan? Ayo bu-"
PRANG!!!
"DIAM!!" Aku mendorong dia lalu aku keluar dari apartemennya.
"Dasar cowok buaya! Buaya darat! Baru dua minggu sudah dapat cabe-cabean! Mama.... Huaaaaa!" Aku menangis di pinggir jalan seperti orang gila.
"Prilly!"
"Aaaakkkkk! Lepas! Lepas!"
"Tunggu dulu! Aku minta maaf, ya?"
"Kamu tuh, selalu minta maaf! Aku tuh, capek nunggu kamu! Terus tiba-tiba kamu pulang membawa cewek, bentak-bentak aku! Dasar buaya! Jahat!" Aku berusaha melepaskan tanganku dari cengkeramannya.
"Diam dulu!"
"Lepas! Lepas!"
"Ikut aku!" Dia menarik lenganku kasar.
"NGGAK MAU! AKU MAU PULANG!"
"KAMU BISA DIAM NGGAK? HAH?!"
"NGGAK! LEPAS! LEPAS, ALI!! LEPAS!" Tiba-tiba dia menggendongku seperti menggendong karung beras.
Brak!
Dia menurunkan aku di atas meja makannya. Dan dia berdiri tepat di depanku. Dia menatapku tajam. Aku melengos sambil sesenggukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Psychopath Boyfriend [COMPLETE]
Fanfiction19 September 2016 - 01 Juli 2018. #3 in random •Rabu, 28 Des 2016 •Senin, 02 Januari 2016 Ide cerita dari @-semerun Ditulis oleh saya.