Bagian 10

27.1K 2.4K 83
                                    

Bagian 10


"Iya, kapan-kapan ya!" Aku mengangguk,
"ya sudah, mau tidur di sini atau pulang?"

"Pulang..."

"Di sini saja lah," aku menatapnya kesal.

"Mau pulang saja. Ayo."

Aku menarik lengannya paksa.

"Nggak mau, ah! Di sini saja."

"Ah, Ali. Mau pulang...," aku mengentakkan kakiku kesal. Sementara dia menatapku aneh sambil menggigit bibir bawahnya sendiri.

"Ya sudah, sana pulang!" Aku mencibir ke arahnya. Sementara dia dengan santai pergi ke dapur dan minum. Teganya!

"Antar..." aku memeluk lengannya manja.

"Aku capek, ah! Pulang sendiri saja."

"Ah! Tega banget, sih! Aku nangis, nih."

"Masa mau nangis bilang-bilang?" Dia tertawa pelan.

"Ya sudah, kalau kamu nggak mau antar aku. Aku benaran nangis, nih."

"Nangis saja."

"MAMAAAA..... HUAAAAA....."
"Eh, eh, kok, nangis benaran? Iya, iya pulang ya, Sayang, ya? Kamu mah, apa-apa nangis..."

"Biarin! Let's go, Pacar!" Aku naik ke atas punggungnya. Dalam hati, aku tertawa melihat wajah paniknya tadi.

"Berat, ih!"

"Ah, Aliiii....!"

•••

Hari ini, rencananya aku dan Ali akan jalan-jalan berdua, mumpung libur. Bosan lah, kalau setiap hari di apartemen dia terus.

"Prilly! Ini Ali sudah datang..."

"Iya, Ma. Sebentar lagi," aku keluar dari kamar dan langsung turun ke lantai dasar. Ali langsung berdiri saat  melihatku turun.
"Ayo!"

"Kita mau ke mana?" Aku bertanya padanya saat mobil mulai melaju.

"Ke rumah, sebentar."

"Benaran ke rumah kamu?" Aku menatap dia antusias. Dia hanya mengangguk, "keluarga kamu galak nggak?"

"Biasa saja."

"Orang tua kamu, ada di rumah?"

"Ya ada lah. Kalau nggak ada buat apa aku ajak kamu ke rumah."

"Aku deg-degan, deh."

"Baru ketemu orang tua aku ini kok, deg-degan? Belum juga aku bawa orang tua aku ke rumah kamu," aku tersipu mendengar dia bicara  begitu. Ah, malu.

"Mau apa ke rumah aku?"

"Ya melamar anaknya lah," aku menutup wajahku. Belum apa-apa sudah bicara melamar. Yakin banget, bakal jodoh begitu? "Tapi sebentar saja, ya. Setelah itu, kita jalan."

"Mau jalan ke mana?"

"Terserah kamu."

"Ke cafe Bintang, yuk?"

"BIG NO!" Aku berdecak sebal. Masih saja cemburu pada Bintang. Padahal kan, belum tentu Bintang ada di cafe Bintang. Dari pada jalan tidak karuan lebih baik duduk manis di cafe, sambil selfie-selfie.

"Terus ke mana?"

"Ke Mall saja, lah. Aku mau beli play station baru," dijamin akan sangat membosankan.

"Yuk, turun."

Aku melongo sambil menatap rumah di depanku. Gila, ini rumah luasnya berapa kali berapa, ya? Rumah aku setengahnya saja mana ada.

Psychopath Boyfriend [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang