Bagian 04

33.7K 2.8K 102
                                    

Bagian 04

Napasku tersengal-sengal, jantungku rasanya ingin lepas saking terkejutnya. Apa yang dia lakukan? Dia benar-benar gila. Untuk apa dia menabrakkan mobilnya ke pohon besar di pinggir jalan, dan untuk apa juga dia tiba-tiba menyelamatkan aku?

Ya, dia menyelamatkan aku dari kecelakaan yang disengaja ini. Saat kepalaku hampir membentur dash board mobil, tiba-tiba dia menahan tubuhku dengan memiringkan tubuhnya, dan akhirnya kepalanya yang membentur kaca mobil lalu mengeluarkan darah.

"Ka-kamu gila...," entah untuk berapa kalinya aku mengatakan kalau dia itu gila.

"I know, aku minta maaf hampir buat kamu terluka," aku menatap dia dengan tatapan tidak percaya. Darah yang keluar dari keningnya semakin banyak. Astaga!

"Kamu tuh, apa-apaan sih?" Aku menatap dia yang juga sedang menatapku, "kamu kenapa pakai mikirin aku segala? kening kamu berdarah, Li! Kalau kamu kenapa-kenapa gimana?" Aku menggigit bibir bawahku menahan tangis.

"Aku nggak mau kamu kenapa-kenapa. Tolong, jangan mulai bawel dulu, kepala aku rasanya pusing banget."

"Itu salah kamu sendiri! Kamu tahu nggak sih? Aku tuh, khawatir sama kamu! Aku takut. Coba saja kalau-"

"Sshhh.... Prill, please."

"Kita ke rumah sakit," aku keluar dari mobil dan memapah dia untuk pindah tempat duduk. Setelahnya aku duduk di kursi kemudi dan melajukan mobil dia yang depannya sudah babak belur.

Tanganku gemetaran ketika menyetir seperti ini, aku masih terlalu terkejut dengan kejadian tadi.

"Prill," aku menolehnya sebentar, seperti bisa menebak kekhawatiranku dia berkata. "I'm ok," ucapannya malah membuatku tidak tahan untuk menangis.
Segila-gilanya dia, sekejam-kejamnya dia, seberapa pun aku benci dia, dia tetaplah kekasihku. Lelaki yang selalu memanjakan aku, melindungi aku, selalu ada untuk aku, dan lelaki yang tidak pernah bisa melihat aku disakiti sedikit pun. Selain Ayah, dia adalah lelaki yang juga berarti untukku.

"Jangan nangis, dong. Sshhh.... aku minta maaf," aku makin sesenggukan, tetap berusaha fokus pada jalan. "Prilly....," aku menelungkupkan kepalaku pada setir mobil saat lampu merah menyala.

"Aku takut... kamu kenapa sih, selalu melakukan apa yang buat aku ketakutan?" Tidak ada sahutan. Aku makin sesenggukan. "Aku cuma minta, jangan melakukan apa pun yang buat aku takut, Li," aku mendongak dan menoleh pada Ali yang memejamkan mata. Aku mengusap air mata di pipiku kasar.

"Ali! Jangan bercanda!" Aku menepuk lengannya, wajah dia pucat sekali. Astaga! Darahnya..., "Ali!! Li!"
Saat lampu hijau menyala, aku melajukan mobil Ali dengan kecepatan yang lebih tinggi. Ali, jangan begini.

•••

"Prilly? Apa yang lo lakukan di sini?" Aku menatap Reno gugup. Jangan-jangan Bintang juga dibawa ke rumah sakit ini.

"Eumh, lo sendiri kok bisa di sini?"

"Orang Indonesia, ditanya malah tanya balik. Lo nggak tahu, ya? Bintang tadi jatuh keserempet mobil."

"Engh, Apa?" Aku menatap Reno seakan tidak tahu apa-apa, "te-terus gimana? Nggak apa-apa, kan?"

"Nggak apa-apa, kakinya doang bengkak. Eh, lo ngapain di sini? Sakit?"

Psychopath Boyfriend [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang