Bagian 17

27.1K 2.7K 149
                                    

Bagian 17

"Kamu nggak cinta sama aku. Kamu bohong, Li."

"Apa kata cinta itu nggak berarti apa pun buat kamu? Sampai kamu dengan mudahnya bilang cinta padahal sebenarnya nggak."

"Baru saja kamu buat aku bahagia, tapi ternyata kebahagiaan yang aku rasa itu palsu."

Aku masih mencecarnya dengan omonganku. Jantungnya berdebar kencang ketika dia menyebut nama Kinan. Sedangkan jantungnya berdebar normal ketika dia menyebut namaku. Bahkan aku ada di dekatnya.

Dia tak pernah merasakan apa yang aku rasakan padanya. Jantung yang berdebar kencang, hanya aku yang merasakannya dan dia hanya merasakannya untuk Kinan.

"Apa mau kamu, Li? Buat apa kamu minta aku tetap sama kamu? Buat apa lagi sekarang? Aku pikir, kamu benar cinta sama aku. Itu alasan aku bertahan sama kamu! Alasan satu-satunya kenapa aku ada di sini sama kamu! Tapi-- tapi cinta kamu itu bohong! Palsu! Semuanya omong kosong!"

"Kemarin, kamu mohon-mohon sama aku untuk tetap tinggal. Kamu yang memulainya dan kamu juga yang mengakhirinya, Li! Kamu jahat! Aku benar-benar nggak paham sama jalan pikiran kamu..."

"Kenapa kamu diam? Kenapa, Li? Kenapa? Karena aku cuma obsesimu? Buat apa kita memulainya lagi? Aku cinta sama kamu. Tapi kamu malah main-main dengan cinta. Aku capek, Li."

"Aku nggak mau kebahagiaan yang palsu lagi. Aku ingin menjemput bahagiaku, dan itu bukan sama kamu. Yang ku anggap sejati ternyata cuma sesaat. Yang ku pertahankan dengan setulus hati ternyata dusta. Aku pergi... Jangan pernah ganggu aku lagi!"

"Prill..."

Aku menepis tangan Ali dengan kasar. Dia pikir cinta itu hanya sebuah kata tak bermakna? Seenaknya mengucap kata cinta hanya untuk obsesinya semata. Atau dia memang sudah mati rasa? Hingga tak bisa merasakan yang namanya cinta? Tapi jantungnya berdebar dengan kencang saat menyebut nama Kinan.

÷¶¶÷


Mataku rasanya berat untuk dibuka. Pasti mataku sembab akibat semalaman menangis.

"Prilly! Di luar ada Bintang, Sayang..."

Bintang? untuk apa dia pagi-pagi di sini? Ah, aku bahkan tidak yakin ini masih pagi. Aku bangkit dari ranjangku untuk mandi dan bersiap, sebelumnya aku mengirim pesan singkat pada Bintang untuk menunggu saja di dalam.

Setelah selesai bersiap aku keluar dengan wajah yang setidaknya lebih baik dari semalam. "Tumben ke sini? Mau apa lo?"

Bintang berdecak dan memutar bola matanya jengah, "mau nge-date sama mantan."

"Malas. Nggak pernah ditraktir. Buat apa jalan sama mantan kayak lo."

"Kurang ajar ya, kalau ngomong! Biar begini gue bertanggung jawab sama mantan."

"Nggak butuh pertanggung jawaban dari lo."

"Ck! Bodo, ah." Bintang berdiri dari duduknya dan masuk ke dapur. Dasar mantan tak tahu diri. "Tante... anaknya Bintang bawa, ya?"

"Dibawa ke mana?"

"Ke langit ketemu sama bulan."

"Mana ada bulan siang bolong begini!"

"Ya kan, perjalanannya jauh. Sampai di sana malam deh."

"Tapi balikin lagi, ya?"

"Ya, tergantung. Kalau ingat ya dibalikin. Kalau tiba-tiba amnesia ya Bintang kawinin."

Psychopath Boyfriend [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang