Chapter 2

13.9K 1.2K 41
                                    

Setelah merasa siap dengan penampilannya, Prilly langsung melajukan mobilnya ketempat yang telah ia tentukan oleh sahabat nya, Jakarta memang tidak pernah lepas dari kata 'macet', sangat amat macet membuat mood Prilly berubah.

"Gila ya, gue udah lama nggak tinggal disini tapi masih tetep aja macetnya, gue pikir malah udah nggak macet. Lama-lama gue beli nih jalanan," Prilly berdecak kesal karena macetnya Jakarta.

Lampu lalu lintas berubah menjadi warna merah, membuat Prilly menghentikan kembali mobilnya. Tiba-tiba ada seorang pengamen yang bernyanyi dengan gitarnya disamping mobil Prilly. Mood Prilly yang saat itu sedang tidak enak menghiraukan pengamen itu yang sedang bernyanyi. Setelah lagu selesai, Prilly memberi selembar uang lima puluh ribu rupiah tanpa melihat wajah si pengamen.

"Aduh maaf mbak, nggak ada kembaliannya," ucap sang pengamen itu. Mood Prilly yang sedang tidak enak di tambah lagi dengan hadirnya pengamen itu membuat emosinya makin menjad-jadi.

"heh! Lo tuh bisa nggak sih nggak usah ngamen di mobil gue?! Masih untung gue kasih duit, lo masih aja mikirin kembalian?! Gue tuh nggak butuh uang receh! Mending sekarang lo pergi bawa tuh duit deh." Benar saja emosi Prilly saat itu tidak dapat ditahan.

Ditatapnya sang pemilik mobil dengan tatapan terkejut, dan ternyata Prilly juga mengalihkan pandangannya untuk melihat pengamen mana yang berani membuat mood nya tambah hancur.

"Elo lagi! Ternyata elo yang udah berani ngancurin mood gue?!" Prilly menatap wajah sang pengamen dengan tatapan terkejut bercampur kesal.

"Dia lagi? Cewek yang sama waktu ngasih duit ke gue. Bener-bener nggak punya sopan santun," ucap Ali dalam hati. Pengamen itu adalah Ali.

"Urusan gue sama lo belom selesai ya, dan sekarang gue lagi buru-buru, cepet lo masuk ke dalem mobil gue!"

"Loh, saya mau di bawa kemana mbak? Saya minta maaf kalo sudah membuat mood mbak ini ancur gara-gara saya," ucap Ali sopan.

"Udah deh mending cepetan lo masuk, lampu udah mau ganti jadi hijau tuh!"

Dengan berat hati akhirnya Ali memasuki mobil Prilly, setelah itu lampu berubah menjadi hijau dan Prilly segera melajukan mobilnya.

*****

Di perjalanan suasana begitu canggung, hanya terdengar lagu yang berputar dari radio. Ali yang memang tak mengenal Prilly memilih untuk diam daripada hanya membuat mood gadis ini menjadi tambah hancur karena nya. Sebenarnya Ali sangat bingung, mengapa perempuan ini membawa nya pergi? Bukankah ia harus mencari uang untuk kehidupan sehari-harinya.

iPhone milik Prilly berbunyi pertanda ada panggilan masuk, Prilly segera melihat siapa yang menelfon, ternyata Dewi.

"Halo Dew..."

"......."

"Serius lo nggak bisa? Terus gimana? Masa iya gue pergi sendiri."

"......."

"Yaudah deh, lo have fun ya! Bye Dew..."

Prilly mematikan sambungan telfon dengan Dewi. Mungkin hari ini benar-benar hari sial bagi Prilly. Sudah terjebak macet, ada pengamen yang nggak tau diri ngomongin soal kembalian, dan sekarang Dewi tiba-tiba membatalkan janjinya begitu saja.

Membicarakan soal pengamen tadi, Prilly baru ingat bahwa di sampingnya kini ada seorang pengamen yang sedang duduk sambil memperhatikan jalanan. Prilly merutuki kebodohannya yang bisa-bisanya ia menyuruh laki-laki ini memasuki mobilnya. Bagaimana jika pengamen ini orang jahat? Mengingat perilaku kurang sopannya tadi terhadap pengamen ini membuat ia merasa takut pengamen ini akan balas dendam.

Cinta Beda Derajat ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang