Chapter 1

19.5K 1.3K 50
                                    

Author POV

Prilly berjalan tergesa-gesa menuju sebuah cafe yang notabennya adalah milik orang tuanya. Ia melirik jam tangan mahal yang melingkar di tangannya. Siang ini Prilly mempunyai janji dengan sahabat SMAnya dulu. Ya, ceritanya reunian begitu karena lama tidak bertemu.

Prilly menyapu pandangannya saat sudah sampai di dalam cafe. Tepat pada meja pojok kanan sahabatnya berada, Sofi dan Cece. Ia pun menuju meja tersebut

"Hai, guys! Aaaa gue kangen!" Prilly, Sofi dan Cece pun berpelukan seperti teletubies.

"Gue juga kangen. Ih, lo makin tembem ya 'Prill? Makan apa aja sih di sana?" Ledek Sofi dan menarik pipi berisi milik Prilly. Prilly memanyunkan bibirnya dan menghentakan kakinya kecil. Padahal Prilly sudah melakukan diet ketat, tetapi pipinya itu tidak kunjung tirus dari dulu. Chubby dan menggemaskan

"Please, jangan bully pipi gue, sopingggg. Kebiasaan banget sih lo, dari dulu narikin pipi gue. Bukannya jadi tirus, malah tambah kendor" sungut Prilly sebal dan menepis tangan Sofi yang berada di pipinya. Sofi dan Cece pun hanya tertawa melihat tingkah Prilly.

"Udah, diem! ini gak lucu tau!" Prilly rupanya masih kesal dengan kedua sahabatnya ini. Ia menarik kursi di belakangnya dengan sedikit kasar.

"Sensi banget sih, buk. Lagi PMS lo?" Tanya Cece dengan nada bercandanya dan menyenggol lengan Prilly pelan.

"Palingan ada masalah sama doinya 'Ce" Sahut Sofi asal.

"Gak nyambung banget deh. Kok malah bicara doi. Sorry ya, gue masih sendiri"

Ucapan Prilly tersebut membuat kedua sahabatnya itu terkejut. Bahkan Cece yang sedang menikmati minumannya sampai tersedak di buatnya.

"Demi apa lo masih jomblo!!?" Kata Sofi dan Cece kompak.

"Idih, biasa aja tuh muka. Emang kenapa sih?" Ucap Prilly santai. Ia memanggil Waiters untuk memesan minuman.

"Gue gak percaya. Apa bule si London gak ada yang ganteng sih 'Prill?" Tanya Sofi tak percaya dengan ucapan Prilly yang menyatakan belum memiliki kekasih.

"Eh, apa lo yang gak laku-laku?" Tambah Sofi yang jelas mendapat pukulan keras di lengannya oleh Prilly.

Mustahil jika tidak ada yang suka pada Prilly. Perempuan cantik, pintar, dan kaya ini sangat di gilai oleh kaum adam di kampus maupun sekolahnya dulu.

Tapi, satu nilai minus untuk Prilly. Ia tidak mau berteman dengan orang yang tidak sederajat dengannya. Jangankan berteman, berkomunikasi saja ia enggan.

"Lo tuh, ya, kalo ngomong kok suka bener 'Sof" Cece menimpali candaan Sofi. Sofi yang meringis karena pukulan Prilly menjadi tertawa mendengar ucapan Cece. Di saat seperti ini, Prilly hanya bisa mengelus dadanya. Tapi hal ini tak di anggap serius oleh Prilly. Karena Prilly tau sifat sahabatnya yang suka bercanda.

Minuman yang Prilly pesan tadi datang. Saat Waiters meletakkan minuman Prilly di meja, tak sengaja tanggannya menyenggol minuman itu dan mengenai baju Prilly.

"Akh!" Pekik Waiters perempuan itu. Aroma kopi pun sudah menyatu dengan parfum yang menempel di bajunya.

"LO BISA GAK SIH HATI-HATI. LIHAT, BAJU GUE KOTOR GARA-GARA LO!" Waiters itu menunduk takut . Jelas, semua padangan pengunjung cafe tertuju pada meja yang di tempati Prilly.

"Heh! Kenapa cuma diam aja" Prilly menyentak meja di hadapannya yanh membuat Waiters itu terkejut. "Ma-maaf saya" lirihnya terbata.

"Udah, Prill. Tenangin diri lo" ucap Sofi sambil mengelus lengan Prilly, tetapi Prilly tak menghiraukannya. Ide gila terlintas di pikirannya.

Cinta Beda Derajat ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang