"Acaranya emang kapan? Jam berapa?" Tanya Ali yang masih ragu untuk menerima ajakan Prilly.
"Ayolah Li, kali ini aja lo bantuin gue," bujuk Prilly sambil memasang wajah memelas. "Ini pernikahan Niko sama Dewi, Li. Acaranya juga mulai dari jam 7 kok, pasti selesainya nggak akan sampai tengah malam. Atau bisa juga nanti di tengah-tengah acara kita langsung pulang," sambung Prilly dengan suara yang pelan. Prilly putus asa? Mungkin. Karena memang ia tak pernah memohon seperti ini kepada orang lain. Yang ia tahu, jika ia menginginkan sesuatu maka harus sesuai dengan apa yang ia inginkan.
Namun sekarang berbeda, apakah ia harus memaksa Ali? Rasanya tak mungkin. Jalan satu-satunya adalah membujuk Ali hingga laki-laki itu mengiyakan ajakan Prilly tanpa ada paksaan dari Prilly.
"Terus tujuan lo buat ngajak gue apa?" Tanya Ali lagi. Jujur saja Ali tidak tega melihat wajah memelas Prilly, ia hanya ingin melihat Prilly membujuknya untuk menemaninya hadir di pesta pernikahan sahabatnya itu.
"Ali mah jahat sama gue, nanti kalo disana gue nggak kuat liat Niko sama Dewi gimana? Siapa yang mau meluk gue buat nenangin?" Tampaknya Prilly tak pernah kehabisan akal untuk menjawab pertanyaan Ali.
Ali terkekeh kecil, apakah Prilly memang butuh pelukannya saat sedang merasa sakit hati? Bukankah Prilly bisa meminta pelukan dengan lelaki lain yang lebih tampan dan juga lebih kaya? Mengapa harus dengan dirinya?
"Yaudah gue temenin, tapi lo harus janji satu hal," ucap Ali yang membuat senyum Prilly merekah. Ali mengalah? Atau Ali sudah kehabisan kata-kata untuk menjawab pertanyaannya?
"Janji apa? Pasti gue tepati asal itu bikin lo bisa nemenin gue dateng ke pesta pernikahannya Dewi," ucap Prilly.
"Lo nggak boleh nangis selama disana. Lo harus kuat dihadapan Niko maupun Dewi. Lo harus ikhlasin Niko sama Dewi, oke? Nggak salah kan kalo lo belajar mengikhlaskan orang yang lo cintai? Biarin dia bahagia dengan pilihannya sendiri," ucap Ali yang membuat Prilly berpikir sejenak. Berpura-pura kuat dihadapan Niko? walaupun tekad Prilly sudah bulat bahwa ia akan Move on dari Niko, tapi tetap saja rasa cinta dihatinya itu belum hilang sepenuhnya.
Walaupun ia benci dengan Niko yang ternyata hanya memanfaatkan kekayaannya, tapi tetap saja tidak bisa menghilangkan rasa cintanya seperti membalikan telapak tangan.
Dengan ragu Prilly menganggukan kepalanya pertanda setuju. Ali yang melihat raut wajah Prilly seperti orang tidak yakin, membuat Ali menggigit bibir bawahnya karena gemas dengan ekspresi wajah Prilly. Kenapa Prilly begitu menggemaskan?
Ali langsung mengacak rambut Prilly pelan hingga membuat Prilly terpekik, "Ali! Rambut gue berantakan!" Prilly mengerucutkan bibirnya, dan seketika tawa Ali pecah melihat eskpresi wajah Prilly.
"Lo mah, bukannya benerin rambut gue malah ketawa-tawa. Kan elo yang ngacak-ngacak harusnya lo juga yang benerin," ucap Prilly manja. Ali heran, sebenarnya ada apa dengan hari ini? Kenapa hari ini Prilly terlihat begitu sangat menggemaskan?
"Yaudah yuk, pulang. Udah sore banget," ajak Ali yang dibalas anggukan kepala oleh Prilly.
Sekarang giliran Prilly yang mengantar Ali pulang terlebih dahulu. Setelah Ali turun dari mobilnya, Prilly segera melajukan mobilnya menembus padatnya kota Jakarta. Kalau sore begini, kemacetan akan bertambah 2x lipat karena memang sudah waktunya jam pulang kantor.
*****
Prilly melihat dirinya di pantulan cermin, penampilannya malam ini mendekati sempurna baginya. Ia menggunakan dress selutut tanpa lengan yang berwana soft pink, sepatu yang senada dengan warna dress nya dan juga rambut yang ia curly pada bagian bawahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Beda Derajat ✔️
Hayran KurguMencintai seorang bidadari? Anak konglomerat? Hanya seorang pengamen yang tiap hari pagi hingga sore mencari uang untuk kehidupan sehari-hari. hanya seorang pengamen yang menyukai gadis cantik dari kalangan orang kaya. dilarang? Jelas sangat amat di...