"Gimana? Udah dapet calon menantu buat Ayah?"
Yudishtira bertanya, tetapi pandangannya masih fokus pada berkas-berkas yang ada di tangannya. Hal yang membuat Ali kesal pada ayahnya itu. "Ayah ini, mau nanya ke berkas-berkas itu atau nanya ke Ali," gerutu Ali.
Yudishtira menutup berkasnya tadi, lalu ia menghamipiri anaknya yang duduk di sofa ruang kerjanya itu. Ia tersenyum, persis seperti senyum Ali. Tapi, kali ini versi tuanya.
"Gimana?"
"Gak mungkin mama gak cerita apa-apa ke ayah soal calon istri Ali," ucap Ali dengan nada tak yakin. Selain mamanya, mungkin juga Yudishtira telah mendapatkan info dari oramg suruhannya.
"Ayah mau dengar cerita itu dari kamu langsung."
"Namanya Adara Prilly Afseen, dia anak dari rekan bisnis ayah, pak Rendra Afseen. Waktu itu Ali minta restu ke pak Rendra, sempat di maki-maki loh, yah. Tapi akhirnya Ali ngebongkar siapa Ali sebenarnya. Dan pak Rendra bilang dia nunggu lamaran Ali secapatnya."
"Yaudah secepatnya juga kita datang ke rumahnya. Mau tunggu apa lagi?" Tanya Yudishtira santai.
"Tunggu kesiapan dari Prilly. Bahkan Ali aja belum nanya sama dia, yah. Hehehe," kata Ali yang membuat Yudishtira mencibir. "Serius apa enggak sih. Ini mau nikahin anak orang, Aliiii!"
"Iya iya, yah. Nanti Ali bilang kok."
"Yaudah kalau kaya gitu. Sekarang bantuin ayah ngeberesin kerjaan ayah. Pulang dari Prancis bukannya di suruh istirahat malah di suruh pacaran sama berkas," ucap Yudishtira bersungut-sungut menatap kerjaannya di atas meja. "Kamu sih lama banget nemuin jodoh kamu di Indonesia," ucapnya lagi dengan nada bercanda.
"Kok malah nyalahin Ali?!" Tanya ALi tak terima di salahkan. Yudishtira hanya menanggapinya dengan tertawa.
"Kalau sudah menikah, nanti kamu urusin perusahaan yang ada di mana? China? London? Prancis? Arab? India? Atau di Je-"
"INDONESIA!" Sahut Ali cepat.
"Kok di Indonesia? Bukannya kamu tau kalau perusahaan kita di Indonesia mulai berantakan? " Tanya Yudishtira bingung sekaligus tak percaya dengan pilihan Ali.
"Alasan utamanya Prilly. Orang tuanya ada di sana, yah. Ali tau Prilly paling gak bisa jauh dari kedua orang tuanya. Waktu dia kuliah di luar negri pun orang tuanya ikut bersama Prilly karena permintaannya."
Ali jadi teringat Prilly yang menceritakan waktu Prilly kuliah di Amerika tapi orang tuanya ia suruh tinggal bersamanya juga di sana.
"Dan ayah gak usah khawatir, Ali akan berusah memperbaiki lagi perusahaan kita di Indonesia," lanjut Ali dengan tekad yang sudah bulat. Kalau begini, Yudishtira hanya bisa meng-iyakan saja. Kalau di bantah pasti Ali juga tidak akan merubah keputusannya.
"Ayo cepat selesaikan! Ayah udah gak sabar pengen cepet-cepet pulang ke rumah."
*****
Malam ini Ali, Prilly, Dian, Yudishtira dan Pratiwi sudah berkumpul di meja makan siap menyantap hidangan makan malam spesial bagi mereka karena di siapkan oleh Prilly sendiri. Ya, sendiri. Prilly dulu memang pintar masak, bahkan dia pernah menjadi koki cilik di satu acara stasiun televisi. DULU.
Ali tentu kaget mengetahui Prilly bisa memasak. Apalagi memasak makanan sebanyak ini. Yang Ali fikir, Prilly pasti tidak bisa memasak apalagi menyentuh barang-barang dapur pasti tidak mau. Tapi sekarang nyata, masakan Prilly terlihat begitu menggiurkan.
"Ayo silahkan di coba makanannya!" Ucap Prilly sopan dan tersenyum. Padahal di dalam sana jantungnya berdisko dan hampir mau lepas dari tempatnya karena takut jika masakannya tidak enak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Beda Derajat ✔️
Fiksi PenggemarMencintai seorang bidadari? Anak konglomerat? Hanya seorang pengamen yang tiap hari pagi hingga sore mencari uang untuk kehidupan sehari-hari. hanya seorang pengamen yang menyukai gadis cantik dari kalangan orang kaya. dilarang? Jelas sangat amat di...