"Yang aku mau dari kamu yaitu ketulusan hati kamu, bukan harta kamu."
*****
"Kapan lo ngenalin Prilly ke Mama sama Ayah?" Pertanyaan Dian itu membuat Ali berpikir. Mengenalkan Prilly pada orang tua Ali? Apakah tidak terlalu cepat? Bagaimana jika Prilly tidak tulus dengan Ali?
"Gue belum tau ka, gue cuma takut Prilly gak serius ataupun gak tulus sama gue." Jawaban Ali itu membuat Dian berdecak kesal. Adiknya ini mengapa? Kenapa sekarang meragukan Prilly?
"Yaudah lo tanya lah, lagian nih ya Li, bukannya waktu lo cuma sisa 3 bulan lagi?"
"Apa emang harus benar-benar tepat waktu ya? Seenggaknya lebihi sebulan atau dua bulan lagi," jawab Ali.
"Nggak bisa! Lo yang kemarin bilang 6 bulan, dan itu harus tepat waktu!" Tegas Dian yang membuat Ali menghela napasnya kasar.
"Iye-iye. Yaudah gue mau lanjut ngamen lagi, udah sono lo pulang," Ali mengusir Dian agar cepat pergi dari hadapannya. Tak perlu pikir panjang, Dian langsung berdiri dari duduknya dan bergegas pergi.
Namun baru beberapa langkah tiba-tiba Dian memutar tubuhnya, "Aliii... nanti sore gue pulang ke Bandung!" Teriak Dian yang hanya dibalas Ali dengan ancungan kedua ibu jarinya.
*****
"Hai," sapa Ali ketika Prilly sudah menghampirinya. Prilly yang memang hari ini tidak terlalu banyak urusan di butik langsung menghampiri tempat biasa Ali ngamen.
Prilly langsung menenggelamkan kepala nya di dada bidang Ali, dan menghirup aroma tubuh Ali dalam-dalam.
"Sayang, apaan sih? Aku keringetan tau, jangan cium-cium bau badan aku," ucap Ali sambil terkekeh kecil. Sedangkan Prilly malah tertawa yang membuat Ali bingung.
"Kenapa?" Tanya Ali yang membuat Prilly berusaha meredakan tawanya.
"Gak apa-apa, bau badan kamu enak, haruumm...." ucapan Prilly itu membuat Prilly mencium bau badan Ali lagi.
"Pergi yuk?"
"Ayoo! kemana? Ke danau?" Pekik Prilly antusias saat Ali mengajaknya pergi.
Ali langsung membawa telapak tangan mungil Prilly kedalam telapak tangannya untuk digenggam. Mereka langsung menuju mobil Prilly dan melajukannya ke danau tempat biasa mereka kunjungi.
"Sayang," panggil Ali saat mereka sudah duduk dibangku danau. Prilly langsung menyenderkan kepalanya di bahu Ali.
"Hmm," Prilly menjawab hanya dengan bergumam.
"Aku mau tanya deh, tapi kamu jawabnya yang serius ya." Prilly langsung mengubah posisi duduknya menjadi melihat ke arah Ali. "Iya, aku pasti jawabnya serius kok."
Ali tampak berpikir sejenak, apakah sudah saatnya ia tanya ini sekarang?
"Kalau seandainya aku pergi dari hidup kamu, gimana?" Satu pertanyaan lolos dengan sempurna dari mulut Ali.
Mata Prilly mulai berkaca-kaca, "Kamu gak akan ninggalin aku kan, sayang?" Satu bulir bening itu tiba-tiba lolos dari mata Prilly. Ali langsung buru-buru menyeka air mata Prilly yang jatuh.
"Aku gak akan ninggalin kamu sayang, aku akan terus ada di samping kamu. Aku mau tanya satu lagi, kamu beneran serius sama aku? Aku cuma pengamen biasa loh," Ali kembali bertanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Beda Derajat ✔️
FanfictionMencintai seorang bidadari? Anak konglomerat? Hanya seorang pengamen yang tiap hari pagi hingga sore mencari uang untuk kehidupan sehari-hari. hanya seorang pengamen yang menyukai gadis cantik dari kalangan orang kaya. dilarang? Jelas sangat amat di...