Kenyataan

243 78 23
                                    

Ketika bangun, Tae Hyun merasakan ada sesuatu yang dingin di keningnya, kain basah yang digunakan untuk menurunkan demam. Ia pun mendapatkan bonus untuk melihat Hyo Min yang sedang tertidur di pinggiran ranjang. Tangannya yang kecil dilipat untuk menopang wajahnya. Dari samping Tae Hyun bisa melihat mata gadis itu yang terpejam damai. Tae Hyun mencoba untuk menyingkirkan sehelai rambut yang menutupi wajah Hyo Min. Meskipun gerakkan tangannya perlahan, itu berhasil membuat Hyo Min terbangun dari tidurnya. Tae Hyun yang melihat gadis itu terbangun mulai ketakutan. Ia takut bila dituduh macam-macam ketika Hyo Min tertidur.

"Kau sudah bangun?" tanya Hyo Min seraya merenggangkan tubuhnya yang terasa pegal.

Tae Hyun menjawab dengan anggukkan pelan. Awalnya Tae Hyun tak percaya, bukankah gadis itu sadar ketika Tae Hyun membelai rambutnya tadi? Kenapa ia biasa saja? Mungkin Hyo Min versi jinak itu ketika ia bangun tidur, batin Tae Hyun.

"Hyo Min, aku lapar." ucap Tae Hyun sambil mengelus-ngelus perutnya.

"Seperti kau sudah sembuh. Baiklah tunggu disini, aku akan buatkan makanan untukmu." Tae Hyun melongo melihat perhatian yang baru saja ia dapatkan dari Hyo Min. Itu adalah kejadian yang langka. Apa harus aku sakit lagi agar ia terus perhatian padaku? Gumam Tae Hyun.

Setelah selesai makan, Tae Hyun pergi menuju ruang tengah. Tae Hyun penasaran dengan apa yang dilakukan wanita itu.

"Anyeonghaseyo nonna." sapa Tae Hyun sopan pada Min Ah. Wanita itu terlihat sibuk dengan sebuah kotak di tangannya. Kotak itu tampak seperti kotak perhiasan mahal. Karena penasaran Tae Hyun mencoba untuk kembali bertanya sambil berharap ia tidak lagi di abaikan oleh Min Ah.

"Kotak apa itu nonna?"

Min Ah terkejut mendengar pertanyaan Tae Hyun. Terlihat raut wajahnya berubah menjadi antusias untuk menjawab pertanyaan laki-laki itu. Min Ah langsung membuka kotak itu dan memperlihatkan sebuah kalung emas putih berliotin kunci. Liotin kalung itu tampak tidak asing di mata Tae Hyun. Ia merasa pernah melihat liotin sebelumnya, liotin kalung itu terlihat begitu familiar.

Melihat Tae Hyun yang sedang duduk bersama kakaknya, Hyo Min tersenyum simpul. Ia lega karena Tae Hyun bukanlah orang jahat.

"Tae Hyun~sii, sepertinya kau harus segera pergi dari sini." saran Hyo Min.

"Kau mengusirku?"

"Tidak. Aku hanya tidak ingin diteror oleh fans-fans mu itu." bela Hyo Min yang kini tengah sibuk membereskan dapur.

"Apa yang kau lakukan? Boleh aku ikut?" tanpa menanggapi ucapan Hyo Min tadi,  tiba-tiba Tae Hyun sudah berada di dapur, membuat gadis itu terkejut.

"Kau bisa melihatnya sendirikan?" sergah Hyo Min dengan tangan yang masih penuh dengan busa sabun cuci.

Piring yang tadinya sedang dicuci oleh Hyo Min kini telah berpindah di tangan Tae Hyun. Tanpa basa-basi laki-laki itu langsung membuka keran lalu membilasnya. Tentu Hyo Min terkejut, bagaimana mungkin seorang Tae Hyun mau menyuci piring dirumahnya?

"Apa salah jika aku mencuci piring? Di dorm semua anggota Winner melakukan semuanya sendiri." jelas Tae Hyun tanpa menghentikan gerakkan tangannya. Hyo Min hanya bisa mendengus pasrah, melihat Tae Hyun yang melakukan sesuatu seenaknya. Walaupun dilarang, laki-laki itu tak akan menurut, jadi ia memilih untuk diam dan menyimpan energinya.

Disela-sela acara mencuci piring itu, Tae Hyun membuka pembicaraan. Topik yang laki-laki itu pilih membuat Hyo Min agak terkejut. Tapi Hyo Min masih bisa memaafkannya, karena nada bicara Tae Hyun terdengan sopan dan hati-hati. Tidak ada kesan untuk menyinggung sama sekali.

"Masalah apa yang menimpa unnie mu?"

"Dia dikhianati oleh tunangannya." cerita Hyo Min dengan nada yang rendah. Hyo Min melirik ke arah Tae Hyun yang memasang wajah seperti ingin mengetahui lebih lanjut. Baiklah, aku tak bisa apa-apa kecuali menceritakan aib ini padanya, batin Hyo Min.

" ini terjadi enam tahun belakangan ini. Si brengsek itu menyuruh unnie menunggu selama tiga tahun dengan janji mereka akan menikah. Tapi di tahun keempat laki-laki itu tak datang juga. Dan unnie mendapatkan kabar, bahwa laki-laki itu sudah menikah dua tahun lalu dengan seorang artis."

Mendengar Hyo Min menyebut orang yang dimaksut dengan sebutan "si brengsek itu" membuat Tae Hyun menyimpulkan, bahwa Hyo Min sangat menyanyangi unnienya.

"Lalu apa yang akan kau lakukan setelah mengetahui semuanya?" kini gadis berkaos putih longgar itu melontarkan pertanyaan yang membuat otak Tae Hyun berhenti bekerja. Mata Tae Hyun melebar sakin kagetnya. Ia tidak percaya kalau ia akan dituntut seperti ini.

"Apa?"

Mendengar jawaban Tae Hyun, gadis itu mendengus pelan. Jawaban yang mengartikan bahwa Tae Hyun sama sekali tidak bisa diharapkan.

"Aku kira kau akan menghabisi si brengsek itu dengan tanganmu sendiri." Hyo Min mengutarakan sedikit harapan dalam hatinya kepada laki-laki  itu. Walaupun ia tau, Tae Hyun tak akan melakukannya.

"Karier ku bisa hancur bila aku katahuan melakukan tindak kekerasan." Jawaban Tae Hyun sesuai dengan perkiraan Hyo Min. Tae Hyun tidak terlalu bodoh untuk melakukan hal seperti itu.

"Tapi jika kau menyukaiku, mungkin aku tak keberatan untuk melakukannya."

Perkataan Tae Hyun tadi membuat pipi Hyo Min memerah padam. Jika ia bercermin, mungkin pipinya sudah semerah tomat matang. Walaupun perkataan itu terlihat seperti candaan, tetapi berhasil membuat jantung Hyo Min berdegup dengan kencang. Perasaan aneh mulai dirasakannya. Perasaan yang sama sekali belum pernah ia rasakan. Gelisan, bahagia, sedih semuanya bercampur menjadi satu.

To be continue 😘

How if i choose you? (Nam Tae Hyun fanfic) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang