Paparazi

189 63 13
                                    

Karena tidak memiliki kegiatan pasti di hari libur, Hyo Min memutuskan untuk berbelanja di sekitar kota Seoul. Memang menyenangkan bisa bersantai seperti ini, tetapi gadis itu tetap memilih hari biasa dibanding dengan hari libur. Karena ia kesulitan berfikir akan melakukan hal apa agar waktu luangnya tidak terbuang dengan percuma.

Kaki Hyo Min melangkah dengan santai diatas sepatu ketsnya. Ia merasa kakinya lebih nyaman menggunakan kets dari pada harus bertumpu pada sepatu high heels yang kecil. Gadis yang menggunakan kemeja bewarna biru langit dan celana jeans panjang itu memasuki sebuah mall. Ia berniat membelikan sesuatu untuk unnienya.

Ketika ia memasuki sebuah toko pakaian, tidak sengaja ujung matanya menangkap pemandangan yang tidak biasa. Terlihat segerombolan orang berpakaian rapi dan membawa kamera sedang mengejar seorang pria bertubuh jangkung. Hyo Min memincingkan matanya untuk melihat dengan jelas siapa laki-laki malang itu. Matanya membulat ketika sadar kalau laki-laki itu berlari ke arahnya.

"Tae Hyun~sii?" batin Hyo Min bertanya,

Tiba-tiba tangannya telah ditarik oleh laki-laki itu. Membuat Hyo Min mau tak mau harus ikut berlari. Kini mereka berdua bersembunyi di dalam lemari kecil di sebuah gudang salah satu toko.

"Tae Hyun~sii." ucap Hyo Min yang berada dalam pelukkan Tae Hyun. Hyo Min terlihat begitu risih dengan posisinya saat ini. Tangan Tae Hyun melingkar di pinggangnya dan tangannya sendiri berada di depan dada laki-laki itu. Seolah membuat jarak agar dada mereka tidak saling bersentuhan.

"Apa?" jawab Tae Hyun tanpa melihat ke arah lawan bicaranya. Laki-laki itu membuat keheningan seperti tengah memastikan apakah para wartawan itu masih ada di luar atau tidak. Setelah ia yakin bahwa keadaannya sudah aman, ia memalingkan perhatiannya ke arah Hyo Min.  Lebih tepatnya ke arah wajah gadis itu yang hanya berjarak dua puluh cm dari dagunya.

"Lepaskan aku." pinta Hyo Min. Mendengar permintaan itu, dengan perlahan Tae Hyun melepaskan tangannya dari pinggang gadis itu. Tapi tiba-tiba tangannya kembali melingkar di pinggang Hyo Min. Pelukkannya kini terasa lebih erat dari sebelumnya. Telapak tangannya berada tepat di kepala gadis itu. Seolah menyuruh gadis itu untuk bersembunyi di dadanya.

"Mereka kembali." sontak Hyo Min melipat mulutnya karena ketakutan. Seumur hidupnya ia tidak pernah seperti seorang buronan yang dikejar-kejar polisi.

Suara rusuh diluar lemari membuat suasana semakin tegang. Detak jantung Hyo Min berdegup begitu kencang. Perasaan takut menghantui pikirannya saat itu. Walaupun sulit untuk diakui, sebagian perasaannya merasa aman saat berada dalam pelukkan laki-laki ini. Laki-laki ini memeluknya dengan erat seperti tengah menjaganya dari seekor singa yang kelaparan. Memeluk seakan ia takut kehilangan.

"Hyo Min~ah" panggil Tae Hyun dengan pelan.  Hyo Min mendongak setelah mendengar Tae Hyun memanggil namanya, membuat wajahnya meninggalkan tempat persembunyiannya itu. 

"Wae?"

"Aku tak ingin keluar dari sini." ungkapan Tae Hyun tadi membuat mulut Hyo Min membulat tak percaya.

"Aku sangat menyukai posisi ini." lanjut Tae Hyun yang disertai cengiran.

Mendengar ucapan Tae Hyun tadi, berhasil membuat pipinya memerah. Ia terlalu lemah untuk menghadapi gombalan macam itu.

"Hei! Apa kau mau membuatku mati kehabisan oksigen? Aku ingin keluar. Lemari ini sangat sempit dan berdebu." keluh Hyo Min sambil memukul dada laki-laki itu.

Melihat Hyo Min yang terus saja merontak membuat Tae Hyun terkekeh bahagia. Ia tidak pernah menyangka kalau ia bisa memeluk gadis itu secepat ini.

"Kau tak akan mati karena aku akan memberikan nafas buatan untuk mu." entah kenapa perkataan Tae Hyun tadi yang disertai senyuman itu terlihat begitu menyebalkan bagi Hyo Min. Tae Hyun terlihat seperti laki-laki remaja mesum yang tengah berada pada masa akil baliq .

"Tae Hyun~ahh, kapan kita bisa keluar?" tanya Hyo Min dengan suara yang lemas. Tenaganya telah habis untuk mendekam dan bersembunyi di dalam lemari sempit itu.

Laki-laki yang ditanya itu menggaruk dagunya yang tidak terasa gatal.
"Sebenarnya, kita sudah bisa keluar sejak lima menit yang lalu."

Brraakk. Suara itu berasal dari pintu lemari yang dibuka dengan kasar. Sakin kasarnya, Hyo Min tidak bisa mengendalikan tubuhnya sehingga ia terjatuh. Hyo Min menutupi wajahnya karena malu sekaligus merasa kesal pada laki-laki itu. Air mata Hyo Min mulai berjatuhan melepaskan semua rasa takut dalam dirinya.

"Kau menyebalkan Tae Hyun~ahh! Aku hampir mati karena harus mendekap dalam dadamu. Hiikkss hhiikkss." suara tangisan lega itu keluar dari mulut Hyo Min. Sesekali ia menghapus air matanya dengan kasar menggunakan punggung tangannya yang mungil.

Tae Hyun merasa bersalah karena telah  membuat Hyo Min ketakutan. Walaupun ia menikmatinya, tetap saja hati nuraninya masih bekerja dengan baik. Laki-laki itu mendekati Hyo Min lalu berlutut di depannya.

"Hyo Min~ahh. Mianhae. Aku tak bermasut untuk membuatmu menangis." sesal Tae Hyun dengan wajah menunduk.

"Tae Hyun~ahh, aku tidak suka dibohongi." ucap Hyo Min dengan suara yang pelan. Bahkan hampir terdengar seperti suara bisikkan.

"Mianhaeyo." ucap Tae Hyun lagi.

"Tae Hyun, aku sudah tahu soal koreografi itu. Kau sudah menguasainya dengan baik kan sebelum kau memintaku untuk mengajari mu?" perkataan Hyo Min tadi membuat jantung Tae Hyun berhenti sejenak. Ia tidak menyangka Hyo Min akan mengetahui kebohongannya secepat itu.

"Mian-"

"Aku sudah memaafkanmu. Tapi apa kau tahu akibat ulahmu itu, aku hampir saja membiarkan unnie ku bunuh diri?" kini isakkan tangisan terdengar dari gadis itu. Suara yang seolah menahan sakit yang begitu dalam.

Tae Hyun benar-benar merasa bersalah. Ia sungguh menyesal atas perbuatan bodohnya. Ia melakukan semua itu tanpa melihat dari sudut pandang orang lain. Ia hanya memikirkan dirinya. Ia tidak memikirkan perasaan Hyo Min. Dan sekarang, Tae Hyun terlihat begitu kacau di depan gadis yang ia lukai.

To be continue 😘

How if i choose you? (Nam Tae Hyun fanfic) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang