"Eh lo?" Ujarnya.
Gue cuma diam.
"Lo ngikutin gue?" Lanjutnya.
"Geer banget lo! Rumah gue di komplek ini juga." Jawab gue. Dia mencibir.
"Ayo Alvin, tapi mau beli es krim" ajaknya.
"Ya, ayo ce! Bang Reyhan mau ikut?" Ajak Alvin sambil menjulurkan tangannya pada gue.
Gue menggeleng. "Gak usah Alvin, abang takut sama singa yang lagi gendong Alvin" jawab gue asal yang disambut tatapan sinis dari cewek itu.
"Eh, tapi kan abang suka singa." jawab Alvin polos. Kini giliran cewek itu yang ketawa. Gue mencibir kesal.
"Yaudah! Bai Alvin! Heh lo anak orang pulangin lagi ya!" Pamit gue ke Alvin lalu bicara ke cewek itu.
"Yaiyalah! Lo kira gue pedofil apa gak balikin anak orang." Jawabnya dengan ketus.
Gue ngangkat bahu, "siapa tahu kan?"
"Wah bangke!" Umpatnya kesal. Gue mendelik, "heh! Ada anak kecil tuh! Mulut dijaga!" Kata gue memperingati.
"Ya elo sih mancing, udah ah!" Katanya lalu membawa Alvin pergi.
"Bai bang Reyhan!" Teriak Alvin lalu melambaikan tangan. Gue membalas lambaian nya.
Gue tersenyum lihat cewek itu dari jauh. Cewek aneh! Pikir gue lalu melanjutkan perjalanan ke rumah.
.........
"Assalamualaikum, Ahan pulang!" salam gue sambil melepaskan sepatu dan meletakkannya di rak sepatu. Gue melihat mama sedang duduk di ruang keluarga sambil menonton acara keluarga sore hari.
"Bang Ahan!!" panggil adek dari lantai dua.
Ya, dia Alessa dan dia adalah adek gue. Adek gue yang masih kelas 2 SMP, dengan muka imut tapi gayanya kayak udah dewasa. Pengen diunyel-unyel mulu mukanya kalau lihat dia.
"Apa, Ca?" jawab gue sambil menaiki tangga dan memasuki kamar dengan nuansa abu-abu. Gue melihat Alessa sedang berbaring dan bermalas-malasan di atas kasur gue.
"Kamu kok berantakin kamar abang sih, Ca? Sana balik ke kamar kamu!" usir gue sambil embuka kancing seragam.
"Galak banget sih! Padahal Eca mau kasih tau berita bagus." rengutnya kesal.
"Berita apa?" Tanya gue tanpa melihat kearahnya.
"Boboiboy ada episode baru!" Katanya girang.
Emang iya, gaya bicaranya udah kayak dewasa, tapi film kesukaannya Boboiboy.
"Kamu tuh ya, Ca!! Abang kirain ada kabar bagus, ternyata cuma Boboiboy." kata gue sambil melepaskan tas yang masih gue sandang.
"Ada kok, sini Eca bisikin," katanya menyuruh gue mendekat.
"Mastin kini ada ekstraknya!" lanjutnya lalu berlari keluar kamar sambil tertawa.
"HEH ANAK KECIL! SINI KAMU! AWAS AJA! ABANG SIRAM PAKE AIR PARIT YA KAMU!" teriak gue kesal.
Ya allah, dosa apa gue sampai punya adek kayak dia dan akhirnya gue hanya bisa menghela nafas lelah.
....Sekarang gue lagi ngerjain PR. Ya, anak SMA emang banyak PR, buat mumet aja.
Tok tok tok
Pintu kamar gue di ketuk.
"Masuk aja, gak Ahan kunci kok!" sahut gue dengan suara yang agak keras. Gue menoleh dan melihat Alessa berjalan ragu-ragu ke arah gue.
"Bang, abang masih marah?" Tanyanya sok polos. Gue mendengus, lalu lanjut mengetikkan sesuatu di laptop tanpa ada niat menjawabnya.
"Alessa janji deh gak bakal kayak gitu!"
Gue tetap tidak menoleh ataupun menjawab.
"Ih abang kok diam aja? yaudah deh! Nih untuk abang, sebagai permintaan maaf dari Eca. Abang tau gak? Ini Eca beli dengan uang jajan Eca, jadi jangan ngambek lagi." Bujuknya dengan suara memelas dan berhasil membuat gue tersentuh.
Gue segera berbalik ke arahnya dan memeluknya. "Abang ga marah kok! Makasih ya, abang sayang Eca." kata gue sambil mengusap kepalanya.
"Eca juga sayang abang! Yaudah bang, Eca balik ke kamar dulu ya? Eca ngantuk." ujarnya.
"Tumben kamu tidur jam segini?" Tanya gue heran.
"Eca lagi mencoba menjadi baik," jawabnya.
"Eca tidur yah! Bai bang!" lanjutnya mencium pipi gue lalu berbalik ke kamarnya. Gue mengangguk lalu mengatakan selamat malam.
Setelah Alessa pergi ke kamarnya, gue penasaran dengan benda yang ada di dalam kotak persegi yangdia bawa tadi.
Gue membuka kotak itu.
"HEH BOCAH TENGIL!! SINI KAMU!!" Kata gue teriak lalu keluar dari kamar.
"Kenapa Han? Udah malam kok teriak gitu?" Tanya Mama. "Mah, lihat deh mah kelakuan anak gadis mama. Masa dia beliin Ahan kiranti. Dikira Ahan cewek apa?" Adu gue gak terima.
"Eca, gak boleh gitu!" tegus mama lembut ke arah sofa.
Wah, ternyata tuh anak ngumpet di sofa dekat papa.
"Lagian, bang Ahan marah mulu, kayak cewek PMS. Eca kan Cuma main di kasurnya, masa abang ngomel-ngomel." jawab Alessa keluar dari persembunyian dan duduk di sebelah papa.
"Mama ngidam apa sih pas hamil Eca? Kok bisa kayak gini kelakuannya!" keluh gue.
"Mama ngidam pake baju cosplay power ranger merah, kenapa?" Balas bocah tengil itu menantang.
"Heh abang gak nanya kamu, ya!" balas gue kesal.
"Ya suka-suka Eca dong!" jawabnya lagi.
"Aduh duh, mama!" kata kami berdua.
"Kalian berdua ini yah! Kerjaannya kelahi aja! Abang jangan marah-marah terus, Eca kamu jangan bikin abang marah! Udah, baikan sana!" omel mama sambil narik telinga gue sama Alessa.
"Udah atuh mah. Lagian kalian berdua ini ya! Kalau lagi jauh nanti kangen-kangenan, kalau dekat kerjaannya kelahi." sahut papa. Mama melepaskan jewerannya.
"Papa, lihat bang Ahan, masa Eca dimarahin terus." adunya. Gue melotot.
"Udah, tidur sana! Ini udah malam." kata mama.
Gue berbalik ke kamar, Alessa jalan di belakang gue. Sebelum masuk kamar, gue segera menjitak kepalanya, "Rasain!" kata gue lalu segera mengunci pintu kamar.
"BANG AHAN!!!" Teriaknya kesal, gue tertawa dengan puas.
....
Jovanna side"Abang pilih yang mana, perawan atau janda,"
"Asek asek joss!"
"Digoyang atuh mang!!! 10 IPA 2 digoyang!" Teriak gue heboh bersama Shariq, Rafqi, dan Daisya. Jam istirahat pertama hari ini diisi dengan konser dangdut dan disambut antusias oleh seluruh penghuni kelas 10 IPA 2. Semua siswa kelas 10 IPA 2 menikmati konser dadakan ini.
Gue menjadikan sapu sebagai mic gue, Shariq pakai pel, dan Daisya menggunakan kemoceng sementara Rafqi mengibas-ngibaskan uang mau menyawer.
"Woi Jo! Ada yang nyariin ini!" panggil seorang teman gue dan ga gue hiraukan. Gue sibuk melanjutkan konser.
Tiba-tiba gue sadar ketika suara di sekitar gue mulai hilang. Gue menoleh ke arah pintu dan melihat ketua osis bersama 4 orang temannya berdiri di depan pintu dan memandang dengan heran ke arah gue.
Eh wait, ketua osis? KETUA OSIS?!
KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy Girl vs Ketua Osis (OPEN PRE ORDER)
Teen Fiction#33 in fiksi remaja(05/11/17) [akan direvisi setelah tamat] Dia Jovanna. Gadis yang menjalani hidup dengan bahagia tanpa beban. Selalu tertawa dengan tingkahnya yang absurd. Gadis yang selalu mengatakan dia baik-baik saja dengan wajah tanpa beban. G...