Hari ini rapat bahas masalah pensi yang tinggal 2 minggu lagi. Gue menghela nafas berat, Jovanna udah 2 hari gaK datang rapat dan sukses membuat semua orang kalang kabut. Dia menghilang tanpa kabar.
Semua orang udah bertanya pada Kevan, Kevan cuma menggidikkan bahu sambil bilang, 'gak tau, gue bukan grim reaper yang selalu tau dimana keberadaan Sunny.'
Rumah Jovanna juga gelap. Gak ada tanda kehidupan disana. Setiap gue samperin ke rumahnya, selalu kosong.
"Bang Rey, kayaknya pensi kita harus diundur deh!" Sahut Leon. Gue menoleh, "kenapa, Yon?" Tanya gue.
Dia menghela nafas kasar, "gue takut gak tepat waktu untuk menyelesaikan bahannya. Mereka masih harus buat brosur, bagiin brosur, buat tatanan acara, data ulang, cek lapangan. Sementara Jovanna gak datang. Gue takutnya kita gak bisa menyelesaikan pensi tahunan dengan baik." Jelasnya.
Gue mengangguk, "Gimana menurut yang lain?" Tanya gue.
"Lagian gimana sih ketua kalian? Kalau gak sanggup jadi ketua, ngundurin diri aja! Jangan buat semua orang repot dong! Atau jangan-jangan dia sengaja gak datang karena mau kabur dari tanggung jawabnya sebagai ketua penanggung jawab ini semua?" Kata Jessie sambil menatap tajam anggota divisinya Jovanna.
"Lo kalau gak tau apa-apa, gak usah banyak bacot." Kata Kevan tajam dan sukses membuat dia diam. Karena jarang-jarang Kevan mau bicara dalam rapat.
Anggota Jovanna yang lain terdiam, "gak apa-apa kak diundur aja. Lagian kan, kita belum ngumumin kapan tanggal pastinya, terus belum cetak brosur. Jadi, kita masih bisa ngubah semuanya. Gimana?" Sahut Fiora, anggota divisinya Leon.
Semuanya mengangguk setuju dan anggota Jovanna hanya menghela nafas pasrah tanpa berkomentar apapun.
Gue mengangguk, "yaudah, nanti gue diskusikan lagi sama Mr. Rangga dan pihak sekolah. Maurel, jangan lupa buat laporan baru pensi. Lusa dibawa!" Kata gue.
Maurel mengangguk, "oke bang!" Katanya mengacungkan jari jempolnya.
"Kenapa sih harus dia yang dipilih menjadi ketua divisi? Gak bertanggung jawab banget! Kan jadi kita semua yang repot! Awas aja kalo pensi ini gagal, gue laporin ke Mr. Rangga buat turunin jabatan dia!" Sahut Karin, anak kelas 11.
"Kok lo yang nyolot sih? Kita yang ngatur ini aja gak merasa terganggu!" Kata Gloria memandang Karin tak suka.
"Udah, apaan sih! Jangan ikutan kayak mereka yang gak tau apa-apa. Biarin aja mereka." Ujar Kevan menenangkan Gloria.
Tok tok
"Masuk!" Sahut gue, tak lama pintu ruangan terbuka menampilkan seorang cewek dengan kardus yang dibawanya.Dia masuk dengan santainya."Eh Jo! Akhirnya lo datang juga," Kata Maurel berdiri menyambut gadis itu. Jovanna tersenyum.
"Jovanna, ada yang mau kita bilang ke lo. Jadi gini, rencananya kita mau ngundur pensi kita, menurut lo gimana?" Tanya Maurel mewakili gue.
Cewek itu terdiam di depan pintu lalu menghela nafas panjang dan berjalan ke arah gue. Dia berdiri di sebelah gue.
"Kak, gue minta waktu sebentar, ya." Izinnya yang gue sambut dengan anggukan.
"Selamat siang semuanya! Ada beberapa hal yang mau saya sampaikan. Pertama, saya minta maaf sebesar-besarnya karena gak datang selama dua hari ini. Kedua, terimakasih pada anggota divisi saya, Kevan, David, dan Gloria yang telah memberikan saya hasil rapat kalian dua hari ini. Ketiga, saya menolak untuk mengundur pensi tahun ini." Katanya tegas.
"Cih, jangan sok deh, Jo! Gak bakal sempat, semua orang udah setuju ini mau diundur." Sahut Karin.
"Gue menolak! Ini bagian dari tanggung jawab gue. Jadi, gue bakal tetap menjalankan rencana awal kita semua. Sekarang gue udah bawa brosurnya, jadi kita langsung bagiin ke setiap kelas dan orang luar. Sekarang gue serahin ke ketua kita buat bagiin tugas. Dan satu lagi, untuk anggota gue, minggu ini kita bakal sibuk, jadi siapin diri. Terima kasih."
KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy Girl vs Ketua Osis (OPEN PRE ORDER)
Teen Fiction#33 in fiksi remaja(05/11/17) [akan direvisi setelah tamat] Dia Jovanna. Gadis yang menjalani hidup dengan bahagia tanpa beban. Selalu tertawa dengan tingkahnya yang absurd. Gadis yang selalu mengatakan dia baik-baik saja dengan wajah tanpa beban. G...