Gue segera turun dari meja dan melemparkan tatapan tajam ke Shariq, "kok lo gak bilang, sih?!" Desis gue.
"Gue juga baru sadar" jawabnya meringis.
Gue muka memanas berjalan dengan canggung ke pintu kelas, "ada apa?" Kata gue yang masih malu.
"Gila! Jadi ini kelakuan lo di kelas?" Tanyanya, gue nunduk.
Eh sejak kapan gue takut sama nih ketua osis? Gue segera mengangkat kepala, "kenapa? Emangnya gue gak boleh ngelakuin hal yang gue suka?" Tanya gue menantang.
"Gak nyangka aja lihat anak osis yang beribawa ternyata sebobrok ini." jawabnya santai.
"Lah, emangnya anak osis gak boleh ngelakuin hal bodoh kayak gini?" Sahut gue gak mau kalah.
"Udahlah, gak usah diperpanjang. Nanti siang kita ada rapat, bahas masalah pensi bulan depan." katanya.
"Yaudah." jawab gue ketus lalu dia pergi. Kesal banget gue ngelihat mukanya.
Sebelum dia pergi, seseorang temannya bicara ke gue. "Bai cantik!" katanya.
'Yeuu genit' umpat gue jengkel.
Gue kembali melanjutkan konser yang tertunda. "Zhen me a?*" Tanya Kevan, partner osis yang juga merangkap sebagai sepupu gue.
Iya, dia Kevan Erlangga Fangio. Panggilannya Fanbing. Emang gitu panggilannya, jangan tanya gue. Gue cuma tau dari kecil dia dipanggil dengan nama itu.
"Pas istirahat kita rapat osis, Bing," jawab gue.
"Oh ya Bing, nanti siang lo gak ke sekre taekwondo, kan?" Tanya gue dan disambt oleh gelengan kepala darinya..
"Bagus! Nanti kita makan bareng yah!" Lanjut gue dengan girang, Kevan terkekeh lalu menepuk kepala gue gitu aja.
"Heh! Jangan ngobrol depan pintu, pamali!" kata Daisya dari dalam kelas.
.....Gue s edang asik berbincang dengan Kevan tanpa memperdulikan teman-teman yang lain.
"Seru banget sih obrolan lo berdua. Kalian ngomongin apaan sih dari tadi? Gak ngerti gue bahasa lo berdua." protes Daisya sambil merengut mendengar gue dan Kevin yang berbicara menggunakan bahasa mandarin.
"Eh sorry, gue kebiasaan ngomong pakai bahasa campur-campur kalau udah kayak gini." kata gue.
"Kalian tuh gak tau yah kalo gue selalu remedial mandarin, ha?" Keluh Daisya lagi.
"Itusih lo yang gak belajar." sahut Kevan lalu lanjut makan.
"Yeu si bangke! Songong bener!" kata Rafqi.
"Super sekali" sambung Shariq.
Gue ketawa. "Bing, lo udah selesai makan? Yuk pergi rapat! Nanti si ketos ngamuk" ajak gue.
"yaudah, ayo!" Jawabnya lalu berdiri.
"Gue sama Fanbing pergi dulu, yah!" Pamit gue sambil menghabiskan sisa minum gue. Mereka mengangguk.
Saat gue berjalan di koridor, banyak kakak kelas perempuan yang kasih tatapan sinis kea rah gue. Mereka lihatin gue dengan tatapan iri yang buat gue bingung.
'Wah enak banget di rangkul cogan!'
'Wah cabe! Masih kelas 10 udah berani banget rangkul-rangkul di koridor? Cabe!'
Ya, gue baru sadar kalau mereka lihatin gue karena lengan Kevan yang sedang melingkar dengan nyamannya di bahu gue. Kevan yang notabenenya adek kelas cogan siapa yang gak minat? Atlit taekwondo pemegang sabuk hitam.
Gue sih sebenarnya santai aja, lagiankan gue sepupunya. Gue malahan dengan bangga jalan buat manasin mereka. Satu sekolahan gak ada yang tahu kalo gue sepupuan sama dia kecuali anak kelas gue.
"Bing, fans lo kok banyak banget? Mana seram semua ini." kata gue.
"Hahaha, Gak tau deh kenapa. Mungkin karena gue ganteng?" katanya sambil tertawa.
"Yeu narsis lo!" kata gue sambil mencubit pinggangnya.
Dia tertawa, "gemes ih!" katanya sambil ngacak rambut gue.
"Yeuu bangke! Rambut gue udah rapi malah diacak-acak!" Rengut gue. Dia tertawa.
"Gimana kabar yiyi*?" Tanyanya. (tante, bahasa Mandarin).
Gue diam lalu tersenyum, "gak gimana-gimana." jawab gue sambil tetap senyum.
Dia menghela nafas panjang, "walaupun semuanya berat untuk lo, lo ingat aja gue selalu ada di belakang lo." katanya.
Gue mengangguk. "Makasih Bing" kata gue.
"Apa sih yang gak gue lakuin buat lo?" katanya sambil mengacak rambut gue lagi.
"Ih kan, jangan diacak-acak mulu!" pekik gue kesal.
"Ekhem, pacaran jangan di depan pintu." kata seseorang. Gue menoleh, 'ketos baru'.
Gue memutar bola mata jengah, lalu segera menarik tangan Kevin masuk.
....
Author sideRapat kali ini membahas pensi sekolah. Jovanna yang merupakan penanggung jawab dari acara ini harus kerja keras agar mendapat hasil yang maksimal.
"Hm, siapa yang ngeriset buat acara ini?" Tanya Reyhan.
"Gimana kalau lo aja, Han? Kebetulan, minggu ini ada acara di Monas. Kan kalau lo yang pergi sekalian lo bisa pantau juga!" Usul Maurel, wakil ketua osis.
"Iya juga sih, tapi ada yang mau nemenin gue? Masa pergi sendirian? Harus ada yang bantu gue untuk catat keperluan." jawabnya.
"Gimana kalo Wenda aja? Rumahnya dekat dari Monas." Kata seorang anggota lain yang bernama Pierre. Sementara Wenda menggeleng, "gak bisa, gue ada les." Jawabnya menolak.
"Jovanna aja, kan dia ketua dari divisi penanggung jawab semua ini." kata Kevan tanpa rasa bersalah.
Jovanna melotot ke arah Kevan, 'sialan!' rutuknya dalam hati.
"Gak bisa, gue ada urusan... Um.. ya urusan." kata Jovanna mencari alasan.
"Apa? Les? Setau gue lo gak ada les deh di hari sabtu." jawab Kevan tanpa merasa bersalah.
'Awas lo! Gue ulek-ulek lo abis ini!' omel Jovanna dalam hati.
"Oke! Berarti Jovanna nemenin gue sabtu." jawab Reyhan. Jovanna menghela nafas lalu mengangguk.
'Mampus! Hari Sabtu gue yang berharga bakal hialng nih!' rutuknya.
*zhen me a: 'ada apa?'
KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy Girl vs Ketua Osis (OPEN PRE ORDER)
أدب المراهقين#33 in fiksi remaja(05/11/17) [akan direvisi setelah tamat] Dia Jovanna. Gadis yang menjalani hidup dengan bahagia tanpa beban. Selalu tertawa dengan tingkahnya yang absurd. Gadis yang selalu mengatakan dia baik-baik saja dengan wajah tanpa beban. G...