"Ma, Han pergi ke supermarket ya." izin gue pada mama yang sedang membuat menu makan malam di dapur di dapur.
"Emangnya kamu mau beli apa?" Tanya mama tanpa menoleh ke gue.
"Mau beli snackma, Han snack dihabisin sama Eca kemaren." adu gue.
Mama menggeleng, "gak boleh, kamu lagi sakit. Suruh Eca aja!" Perintah mama.
"Mama, Ahan udah gak sakit lagi, nih coba cek," gue berjalan ke mama lalu meletakkan punggung tangannya ke kening gue.
"Nah? Udah gak panas, kan?" Kata gue meyakinkan mama.
Mama menggeleng, "tetap gak boleh, suruh Eca aja sana." mama tetap gak bolehin.
"Eca lagi tidur ma, gak mungkin Ahan bangunin. Ahan gak tega banguninnya."
Mama menghela nafas panjang dan mengangguk, "emangnya kamu mau beli apa sih, Han? Udah tau lagi sakit, tetap aja ngotot mau jajan yang gak sehat gitu." Kata mama mengomel.
Gue merengut lalu memeluk mama dari belakang, "Ahan udah sehat mama." Kata gue manja.
"Udah, cepat perginya. Pulangnya jangan mampir kemana-mana, langsung pulang." Kata mama yang buat gue tersenyum lebar.
"Eheheh, mama gak mau titip sesuatu gitu?"
"Gak usah, mama kemaren baru selesai belanja bulanan." Kata maa menolak tawaran gue.
"Yaudah, Ahan pergi dulu, ma. Dadah!" kata gue lalu mencium pipi mama.
...
Gue keluar dari supermarket dan melihat seorang gadis yang familiar bagi gue. Oh, itu Jovanna. Gue mengikuti jalannya.
Gue berniat mengejutkannya, tapi niat gue gak jadi gue laksanakan saat melihat bahu cewek itu bergetar. Gue segera mensejajarkan langkahnya dan berjalan di sebelahnya. Dia menoleh.
"Gue panggil dari tadi kok gak nyaut sih?" Gerutu gue. Dia cuma diam.
"Lo kenapa?" Tanya gue terkejut melihat matanya yang memerah.
"Lo ngapain disini, kak? Bukannya sakit?" Jawabnya tanpa menjawab pertanyaan gue. Suaranya bergetar.
"Yaelah, sistem imun gue kuat, gue mah sakitnya bentar doang. Udah sembuh gue, mama aja yang berlebihan." Jawab gue.
"Hm, enak yah diperhatiin orang tua, harusnya lo senang," Katanya tersenyum tipis.
Gue menatap dia heran, "lo kenapa?" Tanya gue, dia menggeleng.
"Gak ada kok, kak. Gue baik-baik aja." katanya sambil senyum.
'Gue tau lo gak baik-baik aja Jo, gue mohon jangan nutupin semuanya dengan senyum lo.' Batin gue.
Entah ide darimana, gue menarik dia dalam pelukan gue, "udah Jo, lo mau nangis, nangis aja sekarang. Gak akan ada yang bisa lihat lo nangis sekarang." kata-kata itu meluncur dengan sendirinya dari bibir gue.
Bahunya mulai bergetar dengan isakan yang mulai terdengar dan diredam oleh pelukan gue. Dia menangis di pelukan gue. Gue mengusap kepalanya.
"Keluarin semuanya Jo, jangan ada lagi yang lo tahan." Dan membuat dia semakin terisak.
Setelah dia tenang, gue segera membawa dia ke mobil gue yang di parkiran supermarket. Kita sama-sama diam, gak ada yang mau mulai bicara.
"Lo udah gak apa-apa, Jo?" Tanya gue.
Dia menunduk, "gue pikir semuanya bakal baik-baik aja, gue pikir kita semua bakal jalanin hidup bersama, tapi nyatanya gue sendirilah yang mengarungi hidup ini sendirian. Pengen gue teriak bilang gak sanggup, tapi gue gak bisa, gue gak mau nyusahin orang lain, cukup gue nanggung semuanya sendiri." katanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy Girl vs Ketua Osis (OPEN PRE ORDER)
Novela Juvenil#33 in fiksi remaja(05/11/17) [akan direvisi setelah tamat] Dia Jovanna. Gadis yang menjalani hidup dengan bahagia tanpa beban. Selalu tertawa dengan tingkahnya yang absurd. Gadis yang selalu mengatakan dia baik-baik saja dengan wajah tanpa beban. G...