Shariq mendecak frustasi. Sudah 3 hari dia dikurung oleh ayahnya di kamarnya sendiri. Semua pintu dijaga ketat. Sekarang ia menyesal, kenapa tidak mengalah pada adiknya yang dulu menginginkan kamarnya yang berada di lantai 2 rumah ini. Lihat lah, ia jadi tidak bisa kabur dari jendela kamarnya ini.
Bukannya tidak ingin kabur, sebenarnya ia nekat saja untuk melompat dari kamarnya ini, tapi tepat di halaman bawah rumahnya sudah ada orang suruhan dari ayahnya untuk mengawasinya.
Berbagai cara untuk mengalihkan perhatian mereka sudah ia coba. Mulai dari kabur secara terang-terangan, pura-pura duduk di taman, dan terakhir mencoba menerobos pengamanan tersebut yang tentu saja gagal, yang ada badannya sakit-sakit karena sempat bergelut dengan pengawal ayahnya. Saat berusaha kabur dari kamar adiknya, Tascha, Shariq hampir berhasil, namun sayangnya gerbang depan rumahnya juga dijaga ketat sehingga ia ketahuan dan akibatnya dia dikunci di kamarnya sendiri.
Dia tidak bisa lagi keluar dari kamarnya seperti kemarin. Pintu hanya terbuka ketika pembantunya, Bi Lastri, mengantarkan makanannya dan membersihkan kamar tersebut.
Ia merasa bosan sekaligus frustasi ketika mengetahui rencana ayahnya. Seperti saat ini, dia berkeliling kamarnya berpikir bagaimana caranya agar bisa keluar dari rumah ini. Pada akhirnya hanya umpatan kasar yang bisa ia keluarkan dari bibirnya.
Suara pintu terbuka dan memperlihatkan Bi Lastri yang hendak membersihkan kamarnya. Setelah asisten rumah tangga itu masuk, pintu tersebut kembali terkunci. Shariq segera mendekat kepada wanita tua tersebut. Asisten rumah tangga yang sudah bersamanya sejak kecil.
"Bi, bisa tolongin Shariq gak? Shariq mau keluar, Shariq mohon, bi. Bantuin Shariq kabur ya. Shariq harus keluar dari sini. Sekali aja, bi." Pintanya dengan wajah memelas.
"Tapi bibi gak bisa bantu banyak, mas." Jawabnya.
"Gak banyak kok bi, cuma tolong bilang ke Tata. Besok datang ke sekolah aku, cari yang namanya Rafqi dan Kevan. Tolong bilang ke Tata buat sampaikan ke mereka kalau aku butuh bantuan. Mereka pasti bias bikin alas an untuk masuk ke kamar ini. Tolong Shariq, Bi." Kata pemuda itu. Bi Lastri pun mengangguk lalu melanjutkan pekerjaannya.
"Makasih bi, aku sayang bibi." Kata pemuda itu sambil memeluk wanita yang lebih tua dari mamanya tersebut.
"Iya mas, sekarang mas istirahat aja ya, nanti bibi anter makanannya." Jawabnya.
Shariq tersenyum lebar lalu mengucapkan banyak terimakasih pada pelayannya yang sudah mengurusnya sejak kecil.
...
Tascha berjalan canggung memasuki sekolah abangnya, Bintang Bangsa High School. Ia ditemani seorang temannya bernama Sandy yang mau menemaninya datang ke sekolah abangnya ini. Mereka berjalan canggung di tengah-tengah orang yang menggunakan seragam jas coklat, sementara dirinya menggunakan jas dongker yang berlambangkan SMP Garuda 1.
Gadis itu mendatangi segerombolan siswa laki-laki yang sedang bercengkrama di depan kelasnya.
"Permisi kak," sapanya.
Semuanya menoleh, mereka nampak terpesona dengan gadis cantik berseragam SMP yang ada berdiri di hadapan mereka. Bahkan, ia mendengar salah satu dari mereka berbisik memujinya.
Ia tersenyum kecil, "Kelas 10 IPA 2 dimana ya, kak?" Tanya gadis itu.
"Di hati abang, dek."
"Di hadapan ku ada bidadari."
"Di mataku, ada kamu, dek."Jawaban yang ia terima terlalu jauh dari yang ia minta. Sandy merasa kesal melihat pada gerombolan semior itu segera maju berdiri di sebelah Tascha, menegaskan bahwa jangan mencoba mengganggunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy Girl vs Ketua Osis (OPEN PRE ORDER)
Roman pour Adolescents#33 in fiksi remaja(05/11/17) [akan direvisi setelah tamat] Dia Jovanna. Gadis yang menjalani hidup dengan bahagia tanpa beban. Selalu tertawa dengan tingkahnya yang absurd. Gadis yang selalu mengatakan dia baik-baik saja dengan wajah tanpa beban. G...