Reyhan memperlambat laju motornya. Ia baru saja kembali dari mengantar Nathalia. Ia melihat sebuah mobil yang sangat ia kenali terparkir di halaman yang jaraknya 2 rumah dari rumahnya.
'Cewek itu udah pulang?' Pikirnya.
Senyumnya terkembang, ia merindukan gadis itu. Pikirannya yang kacau seketika hilang digantikan rasa lega bahwa gadis itu sudah kembali. Akan tetapi, senyumnya luntur mengingat percakapan terakhirnya dengan gadis itu. Tatapannya menyendu, pikirannya kembali kacau dan dadanya menjadi sesak.
Karena terlalu sibuk dengan pikirannya, ia melewati rumahnya begitu saja sehingga membuat Alessa yang sedang membuang sampah melihatnya dengan heran.
"Bang Ahan! Heh!" Panggilnya. Reyhan segera sadar dan menarik remnya. Ia mendengus kesal lalu memutar kembali motornya dan memarkirkannya di garasinya.
"Mikirin apa sih, bang? Sampai rumah sendiri kelewatan." Kata Alessa.
Reyhan menggeleng, lalu masuk begitu saja meninggalkan Alessa yang kesal karena dicuekin abangnya. Alessa terus mengikuti abangnya sampai kamar. Ia melompat ke atas kasur Reyhan. Namun Reyhan terus saja mengabaikannya. Reyhan mengganti seragamnya dengan kaos berwarna biru tua.
"Bang, kok gak mandi?" tanyanya lagi karena biasanya selepas pulang sekolah, abangnya ini akan segera mandi. Namun lagi-lagi Reyhan diam tak berniat menjawabnya.
"Busetttt, ini Echa lagi ngomong dicuekin mulu."
"Bang, Echa lihat ce Jovanna tadi. Dia main sama Alvin." Katanya lagi. Reyhan hanya diam mendengarkan.
"Dia main di taman pas Alessa pulang sekolah. Tapi, kasihan tau bang, kurusan dia. Mukanya lumayan pucat sih, eh atau emang dia yang putih? Gak tau deh, yang pasti makin kurus. Kasihan banget, sedih banget kayaknya dia pas mamanya meninggal." Kata Alessa.
Hati Reyhan semakin tak terbentuk. Sakit rasanya mengetahui orang yang kita sayang menderita. Seharusnya pemuda itu berdiri di sebelahnya, jadi orang yang menghiburnya.
"Udahlah, Cha. Ngapain bahas dia? Kamu kan tau kalau abang udah punya pacar. Kalau pun dia kurusan, ya bukan urusan abang. Dia yang gak mau makan, dia yang sedih. Ya kamu bisa apa?" Katanya pada Alessa.
Alessa terdiam, ia sedikit tersinggung, "Echa ngomong gini karena Cha tau kalau abang juga penasaran sama keadaan dia, juga khawatir sama dia. Gak usah sok membohongi diri sendiri. Pacar? Hahah, dia kan cuma orang yang abang manfaatin biar ce Jovanna sakit hati dan dengan bodohnya Abang malah nyakitin dua hati cewek yang gak salah." Sindirnya tajam.
Reyhan menatap Alessa tajam, emosinya tersulut dan merasa terpojok kan, "Jangan sok tau. Udah, abang gak mau kelahi, abang capek. Kamu pergi ke kamarmu sekarang." Katanya sambil memperingati.
Alessa masih belum puas, ia meraih gelas kaca yang berisikan air di nakas abangnya lalu meminumnya sedikit sebelum melanjutkan perkataannya, "Bang, Alessa juga cewek. Kalau abang nyakitin cewek, karmanya bukan ke abang, tapi ke Echa! Abang mau Echa digituin cowok lain? Gak kan?makany-" kata-kata Alessa terputus karena Reyhan sudah meraih lengannya kasar lalu menyeret gadis itu keluar kamarnya.
"BANG APAAN SIH?! SAKIT! LEPAS!" Kata Alessa.
Reyhan tetap saja menyeretnya lalu menghempaskan tangan adiknya hingga Alessa ikut terjatuh, pinggangnya terbentur dengan ujung rak kayu, dan gelas yang ia pegang pun pecah akibat terhempas begitu saja.
Air mata Alessa turun, ini pertama kalinya ia dikasari oleh orang apalagi itu abangnya sendiri. Kaca yang melukai tangannya kini tak terasa sakit karena hatinya yang lebih sakit. Ia merasa terluka dan kecewa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy Girl vs Ketua Osis (OPEN PRE ORDER)
Ficção Adolescente#33 in fiksi remaja(05/11/17) [akan direvisi setelah tamat] Dia Jovanna. Gadis yang menjalani hidup dengan bahagia tanpa beban. Selalu tertawa dengan tingkahnya yang absurd. Gadis yang selalu mengatakan dia baik-baik saja dengan wajah tanpa beban. G...