Suasana hening menyelimuti kita berdua. "Jo! Gue-, ASTAGA JO! BANG REYHAN!" Pekik seseorang dari arah pintu. Gue segera melepaskan pelukan kak Reyhan lalu menoleh.
Kevan berdiri di depan pintu dengan muka kagetnya. Muka gue merah karena malu dan gue lihat kak Reyhan menggaruk tengkuk belakangnya.
Melihat tatapan yang mulai menghakimi dari Kevan, gue buka suara. "Gue bisa jelasin,"
...Kita bertiga duduk di kasur kamar gue dengan Kevan yang masih melemparkan tatapan menyelidikinya. Gue berdehem canggung memecah keheningan.
"Kalian gak melakukan apapun, kan?" Tanyanya.
Gue mendelik, "tadi kami kete-" perkataan gue terputus.
"Atau jangan-jangan kalian pura-pura saling benci supaya gak ketahuan kalo kalian pacaran?" Katanya lagi.
"Atau kalian baru pacaran kemaren?"
Gue kesal, "HEH! KEMBARAN UPIN! NANYA SATU-SATU! GUE GAk TAU MAU JAWAB YANG MANA! MAKANYA DENGERIN GUE DULU!" Bentak gue.
Seketika hening. Gue lihat muka kak Reyhan yang kaget dengar gue teriak kayak gitu. Kevan berdehem, "lanjutkan," katanya. Gue mendengus kesal.
"Tadi pagi gue sama Alvin jalan keliling. Terus, ketemu sama ni makhluk sama cewek. Terus, dia suruh tuh cewek bawa Alvin pergi, dia malah narik gue pergi. Terus, tiba-tiba ni tuyul sakit. Gue yang gak tau rumahnya yah bawa dia kesini." jelas gue.
Kevan mengangguk, "hmmm, masuk akal juga," gue menghela nafas lega.
"Tapi, kenapa kalian pelukan di kamar gitu? Lo itu cewek Jo, masa pelukan sama cowok, di kamar pula!" lanjutnya kembali membuat gue diam salah tingkah, gak tau mau jawab apa.
Gue noleh ke kak Reyhan minta jawaban. Dia tersentak, lalu segera berdehem. "Gue gak tau mau ngomong apa." katanya sambil cengengesan.
Please,jangan buat gue lempar lo dari lantai dua ya goblok!
Gue melemparkan tatapan tajam pada kak Reyhan memaksanya bicara. Dia mengangguk, "Jadi gini, gue pingsan, terus pas gue sadar, si Jo udah nangis. Gue yang merasa cowok gak mungkin biarin cewek nangis, refleks aja gue peluk." jawabnya, gue mengangguk meyakinkan.
Kevan ikutan mengangguk sepertinya menerima penjelasan kami. "Yaudah, rumahnya dimana, bang? Biar gue anterin." kata Kevan. Reyhan menolak tapi Kevan terus memaksa untuk mengantarnya pulang.
"Yaudah, gue ngantar kak Reyhan dulu. Jo, lo siap-siap gih sono! Temanin gue pergi!" perintah Kevan lalu pergi bersama kak Reyhan.
Kevan memang cowok yang protektif dan sangat menghargai cewek. Gue ingat, pas SD. Saat semuanya masih berjalan dengan normal, dia pernah hampir berkelahi sama temannya karena mereka gak sengaja menendang bola sampai kena kepala gue.
Gue mengunci pintu kamar lalu mandi dan bersiap. Gue memakai dresssantai biru muda selutut, lalu membiarkan rambut panjang gue terurai. Gue mengambil HP, dompet, dan memasukannya ke dalam tas selempang putih.
Gue turun ke lantai satu dan melihat Kevan sedang menunggu sambil menonton TV. Gue segera menghempaskan diri di sebelahnya.
"Udah lo antar?" Tanya gue. Dia mengangguk sebagai jawaban.
"Udah selesai? Ayo berangkat!" ajaknya sambil mengulurkan tangannya yang gue sambut begitu aja.
...
Kita berdua berjalan mengelilingi salah satu mall terdekat. Hari ini gue bisa beli apa aja dan makan apa saja dengan disponsori oleh dompet Kevan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy Girl vs Ketua Osis (OPEN PRE ORDER)
Fiksi Remaja#33 in fiksi remaja(05/11/17) [akan direvisi setelah tamat] Dia Jovanna. Gadis yang menjalani hidup dengan bahagia tanpa beban. Selalu tertawa dengan tingkahnya yang absurd. Gadis yang selalu mengatakan dia baik-baik saja dengan wajah tanpa beban. G...