Wattpad Original
Ada 11 bab gratis lagi

Bab 2

124K 6.7K 103
                                        

Aku memandang wajah kacauku di cermin, saking kacaunya wajahku, aku tidak bisa mengenal wajahku sendiri. Entah berapa lama aku menangis hingga keadaanku sekacau ini. Aku tersenyum miris, aku disini menangisinya dan disana mungkin dia sedang tertawa bahagia bersama wanita lain tanpa memikirkan aku sama sekali.

Jika hidup berumah tangga serumit dan semenyakitkan ini, 2 tahun lalu aku tidak akan mengatakan iya ketika bapak menjodohkan aku dengan anak temannya.Bahkan jika perlu seharusnya aku kabur dari rumah untuk meneruskan cita-citaku untuk menjadi guru. Melangar segara pantrangan konyol para tetua yang tidak memperbolehkan seorang wanita mengenyam pendidikan tinggi dan tinggal di luar rumah sendiri.

Penyeslan tinggal penyesalan, seandainya... yah seandainya... itulah yang berputar dalam kepalaku, meskipun aku tahu tidak ada gunanya menyesalinya sekarang. Menyesali sesuatu yang sudah terjadi dalam hidupku tidak ada artinya sama sekali. Semua sudah terlanjur terjadi dan tidak ada yang bisa memperbaikinya. Hidup bukan sebuah drama dimana kita bebas menentukan skenarionya sesuai yang kita inginkan. Karena hidup scenario tuhan yang sudah kita setujui sejak sebelum kita terlahir di dunia ini.

2 tahun lalu aku hanya seorang gadis berusia 19 tahun yang tinggal di daerah pedalaman jawa barat. Daerah yang terkenal karena penghasilan hasil perkebunannya yang melimpuh. Saat itu aku baru saja menerima surat kelulusanku dari SMA, dan sedang merayu mama agar mau membantuku merayu bapak untuk mengizinkan aku bisa kuliah di kota. Keluargaku berpikiran kolot dimana anak perempuan bagi mereka tidak harus mengenyam pendidikan formal tinggi-tinggi.

Bagi mereka tugas anak perempuan itu hanya di dapur dan mengurus rumah serta suami mereka kelak. Bagi mereka perempuan itu hanya ka dapur, ka kamar, katengah imah hanya itu tugasnya.Dibesarkan dengan paham jika pekerjaan perempuan hanya untuk mengurus anak dan suami. Di didik untuk lebih banyak belajar tentang pekerjaan rumah tangga daripada pendidikan formal tidak membuatku tunduk pada aturan itu. Bagiku pendidikan formal sama pentingnya baik bagi laki-laki ataupun permpuan. Aku tetap mempertahankan kepercayaan itu meskipun mereka menyebut aku motekar karena ingin menjalani pendidikan formal sama seperti anak laki-laki.

Aku termasuk anak yang pintar, meskipun tanpa persetujuan orangtuaku aku mendafatar ke universitas dan aku diterima dengan beasiswa penuh. Aku terus berusaha membujuk orangtuaku untuk memberikan aku izin kuliah di luar kota. Meskipun berulang kali mereka menolakku dengan alasan aku perempuanlah, alasan pamalilah perempuan tinggal jauh tidak dengan muhrimnya. Aku tidak menyerah dan terus membujuk mereka sembari menyusun cita-citaku untuk menggapai masa depan.

Tapi, semua cita-cita yang sudah tersusun rapi hancur begitu saja ketika Rasyid putra dari kepala desa datang melamarkau untuk dia jadikan istri kedua.Gila memang, aku sama sekali tidak mengenal Rasyid meskipun aku tahu dia ,karena jarak rumah kami tidak terlalu jauh. Rasyid bilang dia jatuh cinta padapandangan pertama padaku, dia bilang dia mencintaiku sejak aku masih kecil.Lamarannya tentu saja di tolak bapak, Rasyid bukan pria baik-baik, dia seorang pemabuk ditambah lagi dia sudah punya istri yang sedang hamil pula.

Berita lamaran Rasyid terlanjur tersebar dikalangan masyarakat, mereka bersimpati pada Ina istri Rasyid. Mereka tidak bisa mencela Rasyid karena jabatan orangtuanya dan beralih mencelaku. Mereka menyalahakan aku sebagai wanita penggoda suami oranglah, wanita tidak punya hatilah, pokoknya segala hal yang buruk ada padaku.Untuk menjernihkan berita ini, menepis kabar miring jika aku berniat merebut suami orang, bapak malah menikahkan aku pada salah satu anak sahabatnya saat bapak kuliah di kota dulu.

Bapak bilang jika menikahkan aku dengan pria lain dan mengirimku jauh dari desa adalah jalan terbaik karena semua tahu betapa nekadnya Rasyid. Bapak takut Rasyid menyakitiku dan melakukan hal yang tidak-tidak padaku. Aku sudah menolak keinginan bapak, bahkan aku membujuk bapak untuk mengirimku kuliah di luar kota saja daripada menikahkan aku. Tapi bapak keukeuh dengan keputusannya untuk menikahkan aku.

Aku yang tak dirindukanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang