Wattpad Original
Ada 10 bab gratis lagi

Bab 3

117K 6.7K 155
                                    

2 minggu sudah Allan meninggalkan aku tanpa kabar sedikitpun. Jangan tanyakan bagaimana perasaanku sekarang, karena aku sudah tidak dapat merasakan apapun lagi saat ini. Mataku bengkak dan perih karena hampir setiap waktu aku habiskan untuk menangis. Air mataku terus saja berjatuhan tanpa bisa aku tahan meskipun berulang kali aku meminta diriku sendiri untuk berhenti menangisinya.Saat aku sendirian aku terpuruk dalam tangisku, sedangkan di depan orang lain aku bersikap seolah aku baik-baik saja, bahkan memaksakan diri untuk tersenyum padahal hatiku hancur tak berbentuk.
Aku yang biasanya tidak pandai merias diri, mempelajari cara merias diri agar tidak ada orang yang melihat betapakacaunya wajahku dengan lingkaran hitam dan mata bengkak yang menghiasai kedua mataku setiap harinya.

Aku tahu Angga dan ibu juga ayah tidak bodoh, mereka tahu keadaanku tidak baik-baik saja, tapi mereka tidak pernah membahas keadaanku. Mereka hanya sering menatapku dengan tatapan kasihan dan penuh rasa bersalah tapi tetap menutup mulut mereka. Aku sangat dekat dengan ibu juga Angga, aku kecewa pada mereka yang memilih untuk tidak jujur akan apa yang Allan lakukan. Aku seperti orang bodoh disini, aku tahu segalanya tapi bersikap seolah aku tidak tahu apa-apa. Hatiku sangat terluka sekarang, tapi aku bersikap seolah aku baik-baik saja. Aku menangis dalam kesendirianku, tapi memasang senyum dihadapan orang lain.

Meratapi nasib memang tiada akhirnya, aku terpuruk seperti hanya aku manusia paling menderita di muka bumi ini. Disaat aku sedang hamil, ketika seorang wanita sangat ingin dimanjakan suaminya aku justru ditinggal suamiku menikahi wanita lain. Disaat aku sangat membutuhkan dukungan moril untuk kehamilan pertamaku ini justru aku harus menghadapinya sendirian dalam keterpurukan karena pengkhianatan suamiku. Aku mengelus perutku, hanya dia satu-satunya kekuatanku untuk bertahan saat ini. Aku masih memaksakan untuk makan dan minum serta istirahat yang cukupu ntuk kesehatan bayiku, meskipun segala yang aku lakukan terasa hambar.

Mengingat calon bayiku membuat sisi sensitifku kembali merajai dan mataku kembali memproduksi kelenjar air mata, membuat air mataku kembali membanjiri pipiku.

Pagi hari ketika matahari baru menampakan sinarnya, ketika aku sedang menyiapkan sarapan rasa pusing tiba-tiba menyerangku. Rasa pusing yang diikuti rasa mual membuatku cepat-cepat berlari ke kamar mandi untuk memuntahkan isi perutku. Rasa pusing masih menjalar dikepalaku membuat aku harus berpegangan agar aku tidak terjatuh di kamar mandi.Rasa mual terus mengaduk-aduk perutku meskipun aku sudah memuntahkan isi perutku yang hanya berupa lendir saja karena aku belum makan apapun sejak tadimalam.

"Sayang kamu kenapa? Sakit maagmu kambuh lagi?" Tanya Allan khawatir sambil mendekat dan mengusap-usappunggungku.

Aku hanya menggeleng tanda tidak tahu untuk menjawab semua pertanyaannya. Tubuhku terlalau lemas hingga membuatku merosot ke lantai, beruntung tangan Allan sigap menahanku dan membawaku kepangkuannya hingga aku tidak jatuh di lantai kamar mandi. Allan menggendongku sampai kamar dan menidurkan aku lembut diranjang.

"Tunggu sebentar yah aku panggil dokter dulu." Ucapnya.

"Tidak usah, aku tidak apa-apa."Ucapku menolakya.

"Kamu ini, tidak apa-apa bagaimana?Kamu lemas begitu. Aku akan memanggil dokter Tiwi sebentar, beliau pasti belum berangkat kerja jam segini. Kamu tunggu disini yah sayang, aku takut terjadi apa-apa padamu." Ucapnya sambil beranjak, tidak lupa dia mengecup keningku sebelum pergi.

Tidak berapa lama Allan kembali dengan dokter Tiwi yang langsung sigap memeriksaku.Dokter Tiwi tersenyum setelah selesai memeriksaku.Wanita yang memasuki usia paruh baya itu menggenggam tanganku dan memberikan selamat. Aku kebingungan melihat reaksi dokter itu tapi tetap menerima selamat darinya.

"Untuk mengetahui lebih pastinya,sepertinya kalian harus langsung memeriksakannya pada dokter ahli." ucap dokterTiwi.

"Apa? apa penyakit saya parah?" tanyaku ragu.

Aku yang tak dirindukanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang